Adam menghisap rokoknya dan menghembuskan asapnya pelan. Pria itu menikmati sensasi nikotin yang begitu candu. Ahh kapan terakhir kali Adam merokok? Mungkin, sebelum dia mengalami kecelakaan yang membawanya pada sebuah mimpi panjang yang terasa sangat nyata sampai dia bisa merasakan sakitnya.
Adam menatap arloji yang melingkar apik pada tangan kirinya. Pukul dua dini hari. Pria itu membuang rokoknya dan menginjaknya. Lantas berjalan meninggalkan rooftop sebuah bangunan. Adam memasukkan kedua tangannya pada saku celananya. Berjalan tanpa ekspresi dengan tatapan tajam yang membuat siapapun yang dilewatinya menunduk enggan melihat sepasang manik elang yang seakan bisa melubangi mereka.
Adam mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Jalanan lenggang seperti ini membuatnya mengingat masa-masa dulu. Di mana dia akan melajukan mobil kesayangannya ini dengan kecepatan gila. Namun sekarang, Adam sedang ingin menikmati kehidupan yang sebenarnya. Dia ingin benar-benar menikmatinya.
Drrtt
Drrtt
Adam menekan benda yang terpasang di telinganya. Lantas sebuah suara dari seberang menyapanya. Sebuah kabar yang entah kenapa membuat hatinya tergelitik bahagia. Sesuatu yang belum pernah Adam rasakan lagi sejak kematian kekasihnya.
"Lo di mana? Pemuda yang Lo bawa seminggu lalu udah sadar."
"Otw!"
Adam mematikan sambungannya sepihak. Lantas menginjak gas nya dalam, melaju cepat ke arah rumah sakit yang selama seminggu ini dia datangi.
Dengan langkah lebar Adam berjalan menyusuri lorong rumah sakit menuju ruangan teratas. Sampai di sana, Adam berdiri kaku di depan pintu kamar inap. Mendadak Adam merasa ragu dan juga takut. Takut jika seseorang di dalam sana adalah orang yang benar-benar dia duga. Meski kenyataannya memang begitu.
Cklek
Adam membuka pintu kamar inap dan menutupnya. Sedangkan seorang pemuda yang tengah duduk bersandar itu langsung menoleh ke arahnya dengan wajah dingin. Dua mata elang itu bertemu, beberapa detik sebelum pemuda itu membuka suaranya.
"Siapa?"
Adam tersenyum, tanpa kata pria itu lantas berjalan cepat mendekati pemuda yang menatapnya heran. Adam membawa tubuh ringkih itu ke dalam pelukannya pelan-pelan. Takut membuat luka-luka yang menghiasi tubuhnya tertekan. Sedangkan pemuda itu terkejut luar biasa, meski wajahnya masih tetap datar.
"Saya menemukan kamu, Sagas..."
>>>
Lima tahun lalu, Adam terbangun kembali ke dalam raganya. Teman-temannya bilang dia mengalami kecelakaan parah dan koma selama tiga bulan lamanya. Adam awalnya masih tak percaya dengan apa yang dia alami. Dia kebingungan. Jadi kehidupannya sebagai Sagas hanyalah sebuah mimpi belaka?
Awalnya Adam mengira begitu dan kembali menjalani hidupnya sebagai seorang assassin. Kembali seperti awal, datang, kabur, sembunyi. Begitu seterusnya. Sampai, suatu hari ketika dia tengah menjalankan tugasnya, Adam tanpa sengaja melihat siluet orang yang sangat dia kenali.
Naluri Adam menuntun nya mendekat dan begitu terkejutnya dia ketika wajah pemuda itu sangat mirip dengan Sagas Immanuel Bramata. Hanya saja, Sagas yang dia kenal sebagai pemuda yang ceria dan hangat, kali ini berbeda. Sorot matanya tajam dan dingin, tak ada emosi apapun di dalam sana. Wajah yang harusnya terlihat lembut kini malah memasang wajah datar.
Sampai Adam memutuskan untuk mencari tahu segalanya. Apakah dia benar-benar Sagas Immanuel atau hanya orang yang mirip saja? Atau malah sebenarnya apa yang Adam alami itu memang benar hanya mimpi belaka?
Dan ketika Adam mendapatkannya, Adam tidak bisa berkata-kata. Dia hanya terpaku menatap kosong layar komputernya yang menampilkan segala hal yang berkaitan dengan pemuda yang dia cari.
KAMU SEDANG MEMBACA
De Facto (END)
Teen Fiction"Balas dendam terbaik adalah mengirim mu ke neraka!"