Sagas memakan makanannya dalam diam, mengabaikan Arjuna dan Mail yang sibuk adu mulut pasal pangsit milik Mail yang mendadak ada di mangkuk Arjuna. Sedangkan Jecky sendiri milih nyumpal telinganya pake headphone sambil menikmati es krim matcha nya.
Satu minggu sudah berlalu sejak kejadian tidak mengenakkan yang menimpa mereka. Sagas yang awalnya memilih menjauhi Arjuna pun engga bertahan lama karena Arjun yang selalu nempel ke dia kek prangko.
Dua temennya itu juga ngikut aja. Katanya sih kalau ga sama Arjuna, mereka mau sama siapa? Anak-anak di sekolah ini terlalu normal buat mereka.
Agak lain emang.
"Lo tau? Bakal ada anak baru di kelas sebelah. Gua denger dari Siska." Ucap Arjuna tiba-tiba setelah meja mereka mendadak senyap.
Mail dan Jecky menaruh perhatian pada pemuda itu. Begitu juga Sagas. Entah kenapa, dia juga merasa sedikit tertarik.
"Kelas sebelah bukannya udah penuh ya? Mau ditaruh di mana tuh anak?" Heran Jecky.
Arjuna mengedikkan bahunya acuh tak acuh, "Tapi kabar menariknya lagi, dia katanya anaknya Bramata."
Sagas terdiam mendengar ucapan Arjuna. Sedang Jecky dan Mail berseru heboh dengan pembahasan yang mendadak tergiring ke arah kejadian seminggu lalu.
Sagas tidak peduli, yang dia pikirkan, siapa anak baru itu? Putra bungsu Bramata tentunya adalah dia, Sagas sendiri. Meski sekarang tidak lagi. Tidak mungkin anak baru itu adalah Stevan karena dia udah lulus beberapa bulan lalu.
"Sa, apa hubungan Lo sama Bramata? Kenapa tuan Bramata ngejar Lo?" Tanya Arjuna tiba-tiba.
Sagas diam, enggan menjawab pertanyaan teman barunya itu. Sagas hanya merasa tidak yakin untuk membicarakannya dengan mereka. Toh mereka juga belum lama dekat.
"Bukan sesuatu yang harus Lo tau, ga penting juga." Jawab Sagas terlihat tak acuh.
Arjuna sendiri cuma mengiyakan, sadar kalau mungkin pertanyaan itu cukup mengganggu Sagas.
Sagas menyuapkan makanannya dengan pikiran yang bercabang. Dimulai dari datang nya dia ke sini. Apa misi yang harus Adam lakukan? Ayahnya itu sampai detik ini masih terlihat santai. Biasanya pria itu tidak akan berada di rumah selama misi nya berjalan.
Dan Adam sendirian, tidak bersama dua temannya yang lain. Sagas hanya merasa aneh saja.
Pertemuannya dengan dua kakaknya juga terasa janggal. Kenapa mereka berdua seolah-olah tidak menginginkan Sagas kembali ke sini? Adam juga sering kali mengatakan bahwa tempat ini bukan lagi tempat teraman untuknya.
Dan di mana Stevan? Kakak ketiga nya itu seolah hilang kabar.
Dan ayah kandungnya, Tian. Apa yang dia incar dari Sagas? Kenapa pria itu menginginkan dia setelah memberikan hak acuhnya begitu saja pada Adam? Kenapa?
Sagas tidak mengerti.
"Sa, Lo oke?" Arjuna menepuk pundak Sagas.
Mereka tadi asyik bercanda. Namun Mail yang tiba-tiba bilang bahwa Sagas terlihat pucat, membuat mereka kompak memperhatikan pemuda itu.
Memang benar, Sagas terlihat pucat. Tangannya juga gemetar meski samar.
"Gpp, ga ada masalah." Sagas tersenyum tipis.
"Gua ke toilet dulu."
Pemuda itu bangkit dan pergi menjauh dari kantin. Arjuna dan yang lain hanya menatapnya dalam diam.
Sejak kejadian di mana Sagas bertemu dengan tuan Bramata, mereka merasa aneh. Mereka yakin ada hubungan tak biasa di antara keduanya. Melihat dari reaksi Sagas yang seperti sangat ketakutan ketika melihat Bramata. Ada sesuatu yang terjadi dan itu pasti bukan hal bagus.

KAMU SEDANG MEMBACA
De Facto (END)
Teen Fiction"Balas dendam terbaik adalah mengirim mu ke neraka!"