"Papa..."
Sagas tidak pernah berharap dia akan bertemu dengan Tian. Setidaknya jangan secepat ini. Dia baru menetap di sini, Sagas tak ingin merepotkan Adam dengan tiba-tiba menyuruhnya kembali. Sagas tak pernah siap bertemu dengan papanya. Tak akan pernah.
Maka pemuda itu berdiri dari duduknya dan berjalan menjauh. Mengabaikan tatapan heran dari Arjuna dan yang lain. Tian yang melihat Sagas pergi pun menyusul. Tangannya menahan pergelangan tangan Sagas.
"Papa perlu bicara." Suara dingin Tian membuat tubuh Sagas terasa lemas.
Sagas menggeleng. Dia tidak mau! Bahkan melihat Tian pun dia tidak mau!
"Lepasin, aku mau pulang." Sagas berujar lirih sambil berusaha melepas cekalan Tian.
Arjuna yang merasa ada yang tak beres di sini pun bangkit. Berjalan mendekati Sagas yang terlihat bergetar. Arjuna menyentak tangan Tian keras membuat cekalan nya terlepas. Dilihatnya pergelangan tangan Sagas yang memerah membuatnya geram.
"Om apa-apaan? Temen gua ga mau, jangan dipaksa!" Arjuna menarik Sagas agar berdiri dibelakangnya. Jecky dan Mail masih memperhatikan. Jika kondisi makin ga karuan, baru mereka bakal ikutan.
"Berandal seperti kamu jangan ikut campur. Minggir! Saya mau bicara sama anak saya!" Tian berseru sembari berusaha menggapai tubuh Sagas namun Arjuna dengan tegas menghalanginya membuat Tian berdecak.
"Tapi anak om ga mau tuh kayaknya," Arjuna sedikit melirik Sagas yang menunduk diam di belakangnya dengan tangan yang mencengkram erat seragam Arjuna.
Tian menggeram, "Saya bilang minggir! Kalian urus bocah ini!"
Emoat orang yang dibawa Tian pun melangkah maju guna memisahkan Arjuna dari Sagas. Jecky dan Mail yang melihatnya pun bangkit berdiri dengan cepat.
Jecky menendang punggung salah satu orang berbadan besar yang hampir menyentuh Arjuna. Sedang Mail memukul leher belakang salah satunya dengan nampan yang dia rebut dari seorang pelayan, pukulan itu langsung membuat nya pingsan.
Tian makin menggeram marah. Tapi dia tetap berdiri diam, sesekali melirik ke arah Sagas. Arjuna memukul pria berkepala botak dengan keras, namun agaknya pria itu lumayan kuat juga karena hanya mundur satu langkah dari hadapannya. Arjuna menyeringai.
Sagas yang melihat keributan di depannya pun makin bergetar. Perasaannya terasa tidak nyaman. Meski dia berkali-kali melihat Adam memukuli musuhnya ataupun bawahannya yang lalai. Namun kali ini terasa berbeda.
Pengunjung yang lain pun memilih berlari keluar, tidak mau terkena sasaran orang-orang yang tengah baku hantam.
Arjuna melangkah maju untuk memukul pria botak itu, dibantu Mail yang memang senggang. Sedang Jecky cukup mampu untuk menghadapi dua orang sekaligus.
Arjuna tak menyangka dia akan berada di situasi ini. Jujur saja, baru beberapa hari yang lalu dirinya terlibat tawuran, tapi sekarang dia harus mengeluarkan tenaganya lagi. Tapi tak masalah, Arjuna suka!
Jecky mendekat ke arah Sagas, setelah membereskan dua orang tadi. Dia berniat membawa Sagas pergi. Namun langkahnya terhenti karena Tian berdiri di depannya dengan wajah marah. Sangat marah.
"Lo lari lewat pintu belakang." Bisik Jecky pada Sagas. Pemuda itu mengangguk dan berlari pergi.
Jecky memukul rahang tegas Tian dan mengenainya membuat pria itu mundur selangkah. Tian balas memukul Jecky, pemuda itu sempat menghindar namun ternyata kaki Tian melayang ke arahnya dan memukul telak perutnya membuatnya tersungkur.
Jecky terbatuk, ada sedikit darah yang terasa di mulutnya.
Arjuna yang melihatnya pun berlari mendekat membantu. Sedang Mail masih memukul wajah pria botak itu dengan membabi buta. Kesal karena pria itu tadi sempat mengenai asetnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
De Facto (END)
Teen Fiction"Balas dendam terbaik adalah mengirim mu ke neraka!"