Prologue

600 46 4
                                    

Prologue

Ada yang bilang kalau uang bukanlah segalanya tapi bukankah segalanya membutuhkan uang?

Uang, uang dan uang...!

Untuk bertahan hidup, seseorang haruslah makan dan membeli makanan itu membutuhkan uang. Untuk menjalani hidup, seseorang haruslah memiliki sebuah rumah/hunian/sewaan dalam bentukan yang memiliki atap yang mana harus punya uang untuk memilikinya. Dan untuk hidup bersosialisasi, manusia haruslah berpakaian (terserah ingin mengikuti mode atau tidak) tapi yang pasti semua itu diwajibkan memiliki uang.

Lagi, uang, uang dan uang!

Langit sudah memjingg dan jalanan tidak seramai biasanya (tergolong sangat sepi bahkan) saat Anna menarik nafasnya dalam-dalam sebelum menundukan kepalanyanya, melihat ke arah bawah dimana air sungai (tampak deras alirannya) berada tepat dibawahnya saat ini. Haruskah Anna terjun sesuai dengan niat pertamanya datang kesini? Tapi, bagaimana kalau rasanya sakit? Bagaimana kalau nantinya Anna tidak langsung mati, justru dia tetap hidup di dunia yang sangat brengsek ini dan menjalani kesehariannya dengan cacat permanen disalah satu anggota tubuhnya?

Lagi, Anna menarik nafasnya dalam-dalam. Apa semua orang yang ingin melakukan percobaan bunuh diri selalu punya pemikiran yang sama dengan Anna? Takut akan kesakitan alih-alih takut masuk neraka dan disiksa berat nantinya?

"Tidak, tidak!" Kepala Anna menggeleng kemudian mulutnya terbuka untuk kembali berkata pada dirinya sendiri. "Kau hanya tinggal melompat, lalu tahan nafasmu hingga lehermu terasa tercekik dan mati, Anna! Hanya itu, kau pasti bisa melakukannya!" Kaki kanan Anna terangkat, ingin melangkah maju tapi sedetik kemudian kakinya justru bergerak mundur. Dari pada melompat ke depan, Anna justru melompat ke belakang.

Sepasang mata bulatnya berkedip, merasa konyol dan bodoh sendiri. "Ya ampun! Aku belum mengisi asuransinyakan? Kalau aku mati saat ini, itu artinya aku mati sia-siakan? Astaga, kenapa bisa aku melupakan asuransinya?!" Anna sudah ingin berlari kencang menuju perusahaan asuransi sore ini, tapi tidak jadi ketika ponsel disaku celananya bergetar dan membuatnya  menjawab telepon masuknya yang menurutnya bisa jadi penting walau merasa diganggu.

"Ada apa?" Seseorang yang Anna sebut teman walau bukanlah seorang teman yang baik menurutnya kini menjelaskan sesuatu padanya dengan nada yang cepat seperti seorang rapper sejati. Dan dengan sepasang mata yang membelalak terkejut, Anna kembali membuka suaranya untuk menjawab. "Benarkah? Kalau begitu, aku akan segera kesana! Dalam dua puluh menit, bagaimana? Kalian bisa menungguku kan? Atau, sembilan belas menit mungkin!"
 

Setelah mendengar jawaban yang memang dia inginkan, Anna genggam kuat ponselnya (tidak sempat memasukan kembali kedalam saku) lalu dia berlari sekencang yang dia bisa. Menuju perusahaan asuransi untuk mengurus segala asuransinya sebelum rencana bunuh dirinya sudah tidak penting lagi saat ini. Kalau memang dia masih bisa menggunakan tubuhnya untuk menghasilkan uang, kenapa dia harus merasakan sakit dan matikan? Anna tidak peduli kalau kali ini caranya menghasilkan uang mungkin saja tidaklah benar, tapi mati bunuh diri hanya agar mendapatkan uang asuransi juga tidaklah benar bukan? Itu mungkin adalah ide terkonyol yang pernah kalian dengar tapi masa bodo bagi Anna saat ini.

CYITTTTTTTTTTT...

TIN TIN TIN....

Sebuah mobil hampir saja menabrak Anna yang terus berlari menerobos untuk menyebrangi jalan. Anna hanya menundukan kepalanya sejenak pada mobil yang hampir menabraknya (memberikan gerakan minta maaf pada mobil itu) kemudian dia kembali berlari tanpa mau peduli lagi pada apapun.

Uang dan uang, hanya itu yang Anna pedulikan saat ini! Saat dirinya sudah lelah hidup dalam kemiskinan! Saat dirinya sudah bosan hidup tanpa memiliki segalanya, tertindas dan tidak pernah dianggap ada oleh siapapun!

Seven Shades Grey Of Mr.KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang