Disappointed

126 34 7
                                    

Chapter 30

Hal paling mengecewakan apa yang pernah kalian dapatkan seumur hidup kalian selama ini sampai rasanya kata kecewa bukanlah satu-satunya kata yang bisa kalian gambarkan? Jangan tanyakan rasanya karena seolah-olah semua emosi bergabung menjadi satu untuk menghancurkan perasaan kalian. Rasanya lebih menyesakan dari pada ditinggal mati oleh orang yang kalian sayangi karena setidaknya kematian bisa menjadi alasan yang disalahkan atas rasa sedih yang kalian rasakan. Tapi untuk sebuah kecewa, siapa yang harus disalahkan?

Haruskah Anna menyalahkan orang lain atas perasaan yang sangat menyesakan ini? Jelas sekali dia sadar kalau apa yang dilakukannya selama ini bukan semata-mata disuruh oleh orang lain melainkan atas dasar kemauannya sendiri. Yerim bahkan puluhan kali meminta Anna untuk tidak bertemu dan melayani si orang gila yang paling gila itu tapi Anna dengan sangat keras kepalanya justru melangkahkan sepasang kakinya dengan riang untuk menemui si orang paling gila itu. Jadi haruskah Anna menyalahkan dirinya kali ini? Tapi apa yang akan Anna dapatkan jika dia menyalahkan dirinya atas seluruh perasaan kecewa yang saat ini tengah dia rasakan? Akankah perasaan Anna menjadi lebih baik?

Tidak!

Perasaan Anna justru terasa semakin tidak enak, sangat buruk dan menjadi yang terburuk!

Anna ingin menangis sekencang-kencangnya, ingin berteriak dan mengatakan kalau dunia tidak pernah baik-baik saja padanya karena selalu memainkan dirinya. Anna ingin mengamuk seperti seekor banteng dan menyeruduk siapapun orang yang ada didekatnya terutama orang yang berada di hadapannya ini. Orang yang menjadi sumber atas perasaan kecewa yang menyesakan dan begitu memuakan baginya.

"Menangis bukan karaktermu tapi menyaksikan air matamu ternyata hal yang cukup menyenangkan!" Jun mengedipkan sepasang mata elangnya yang terus bersitatap dengan mata bulat Anna (Anna terpaksa harus terus dibuat menatap mata yang sangat ingin dia colok itu). Air mata Anna terus jatuh berderai padahal dia sendiri tidak menginginkannya tapi matanya sudah bergabung menjadi pengkhianat seperti anggota tubuhnya yang lain.

Seringai menyebalkan melabar dari wajah Jun kemudian wajahnya yang sudah seperti iblis tapi tampan bukan main itu mendekati wajah Anna, tersenyum tapi sedetik kemudian ekspresi nya mengeras saat kedua tangan Anna bergerak reflek untuk mendorong kedua bahu Jun agar tidak mendekati wajahnya.

Anna yang sedari tadi diam justru bergerak melawan, mendorong kedua bahu Jun dengan gerakannya yang pasti meski kenyataannya Anna sendiri tidak benar-benar sadar. Tubuh Anna hanya bergerak mengikuti insting nya, untuk mencoba menjauhkan dirinya dari sinyal bahaya yang mencuar dirasanya.

Jun menatap Anna tajam, kembali dibuat tidak percaya dengan tingkah perempuan yang terus saja menolaknya. Satu-satunya orang yang terang-terangan menunjukan kebencian alih-alih tatapan memuja padanya. Satu-satunya perempuan yang bisa membangkitkan gairah akan seks nya dan satu-satunya mangsa yang entah kenapa selalu ingin Jun incar, ingin tangkap dan permainkan. Atau setelah ini, bisa jadi Jun akan mengurung mangsanya kalau memang itu diperlukan.

Meski pergerakan Anna yang barusan tidak otomatis membuat Jun jatuh dan masih membuat Anna berada diatas pangkuan Jun, tapi tetap saja perlakuan Anna yang terus menolak diri Jun membuat Jun sangat kesal. Rasanya ingin sekali Jun menghancurkan Anna dalam genggaman tangannya. Ingin sekali membuat Anna yang membencinya itu tertunduk lemah dihadapannya.

"Park Anna! Haruskah aku mengingatkanmu soal tanganmu yang tidak terikat tapi harus selalu seperti terikat? Atau..." Jun menyeringai licik sebelum melanjutkan dengan gigi-gigi yang saling menggeretak keras, "Haruskah aku mengikatnya saja?"

Kepala Anna yang dagunya masih terus dicengkram kuat itu menggeleng. Kedua tangannya yang semula bergerak reflek kini mengepal disetiap sisi tubuhnya. Dari pada seperti seekor hewan yang diikat, lebih baik Anna mencoba menahan setiap pergerakan tanganya itu. Anna tidak yakin untuk membuka mulutnya tapi tetap menggerakan bibirnya untuk berkata, "Tuan Kim, tolong lakukan saja apa yang anda inginkan secepatnya!"

Seven Shades Grey Of Mr.KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang