What's The Problem?

146 36 8
                                    

Chapter 18 (What's The Problem?)

Saat berada di London, Jun pernah memimpikan sesuatu. Sesuatu yang sangat aneh menurutnya hingga dia bersumpah kalau saat dia kembali ke negaranya, dia akan melakukan suatu hal pada orang yang sudah berani masuk ke dalam mimpinya tanpa seizinnya itu.

Anna pernah muncul dalam mimpi Jun (beberapa kali sebenarnya dan Jun tidak mau menghitunginya). Didalam mimpinya, mereka berdua melakukan sesuatu yang sempat Jun tahan dan terus waspadai. Sesuatu yang menurut Jun sangat tidak bermoral (padahal setiap siksaan yang dilakukannya selama ini terhadap perempuan lebih tidak bermoral dan tidak manusiawi tapi dia tidak mau mengakui dan menyamainya). Park Anna seolah sudah menjadi momok tidak kasat mata  yang terus menghantui Jun saat Jun melakukan perjalan bisnisnya di London selama dua bulan ini. Dan isi sumpah Jun saat pertama kali menemukan Anna dalam mimpi liarnya adalah dia akan membuat Anna merasakan apa yang dia rasakan. Setidaknya, Jun ingin Anna dihantui oleh dirinya, dibayangi-bayangi olehnya begitulah keinginannya saat itu. Dan sebelum kepergiannya, Jun ingat kalau dia sempat ingin membuang mainannya, menyudahi permainannya tapi kemudian semuanya menjadi tidak terkendali dan mulai keluar dari jalur yang dia sudah rencanakan (menyimpang ditengah jalan). 

Masih ada banyak jalan menuju Roma! Jadi menurut Jun, jalan yang sudah  salah dan sudah terlajur Jun ambil itu lebih baik diikuti dengan hati-hati agar jalan yang salah ternyata bisa menghasilkan tempat tujuan baru yang menyenangkan

Dan seharusnya tadi siang Jun tidak melangkahkan kakinya untuk datang ke rooftop!

Seharusnya Jun tidak bertemu dengan Anna tadi siang dan menyaksikan drama menyedihkan dari kehidupan perempuan itu hingga Jun tidak perlu melihat wajahnya yang berderai air mata.

Dan seharusnya, Jun tidak perlu repot-repot melakukan sedikit permainan pada kakaknya Anna hanya untuk membuat Anna datang mencarinya dan meminta dipermainkan olehnya.

Tapi entah kenapa semua penyesalan yang seharusnya Jun sesali itu menghasilkan sesuatu yang sebenarnya sangat manis bagi Jun. Sebagian besar, jalannya yang salah sudah setengahnya ini juga memberi kesenangan baru untuknya.

Jun tersenyum, merasa puas disela-sela ciumannya dengan Anna. Jun belum pernah mencium bibir orang lain sebelumnya karena dia pikir itu terlalu menjijikan (jangankan mencium lawan jenis atau sejenisnya, menyentuhnya saja Jun sama sekali tidak berniat) tapi melihat bibir Anna yang sedikit terbuka dengan warna merah mudanya yang mengkilat basah karena tercampur dengan salivanya justru membuat dirinya semakin bersemangat untuk kembali menciuminya. Jun tempelkan kembali bibirnya diatas bibir Anna, memilinnya dengan gerakan terburu-buru dan sedikit kasar hingga Anna yang terus saja tidak siap dibuat kewalahan olehnya.

Jun ingat dalam mimpi-mimpinya kemarin tentang bibir Anna yang terasa manis tapi saat ini, bibir Anna terasa sepuluh kali lebih manis hingga Jun rasa dia tidak ingin berhenti menciuminya.

Kedua tangan Jun bergerak mencari pergelangan tangan Anna, mengangkat tangan Anna ke atas kepalanya dan memeganginya cukup kuat disana agar Anna terus terperangkap dibawahnya. Sepasang mata Jun terbuka lalu dia mengamati wajah Anna yang matanya masih ditutupi oleh blind fold bewarna merah sedangkan bibirnya masih terus menempel pada bibir Anna walau tidak melalukan apapun (hanya benar-benar menempel). Rambut panjang perempuan itu terurai acak karena selalu saja bergerak ke kanan dan ke kiri seolah menghindari ciuman dari Jun. Kemudian Jun menyeringai, semakin merasa senang dengan keadaan Anna yang tidak bisa berbuat apa-apa dan kembali memagut bibir Anna.

Tempo ciuman yang Jun berikan pada Anna semakin kasar, semakin cepat seolah dikejar waktu dan tidak mau berbagi ciumannya dengan siapapun (bibirnya Anna maksudnya). Anna sendiri sebenarnya tidak seculun kelihatannya karena pada dasarnya ini bukanlah ciuman pertamanya. Anna juga pernah berpacaran dan berciuman sebelumnya. Tapi ciuman malam ini, yang tengah Jun berikan padanya terlalu menggebu-gebu menurutnya. Anna bahkan berpikir kalau tuan gila yang sedang menyerangnya melalui ciuman ini memang sudah sering mencium perempuan makanya sangat handal dan begitu menguasai bibirnya (padahal ini adalah ciuman pertama bagi Jun).

Seven Shades Grey Of Mr.KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang