“Aku sudah merencanakan pernikahan kami begitu Sara lahir, perusahaan dan juga para member sudah mengizinkan. Saat itu karir grup kami juga sudah stabil, jadi tidak ada masalah jika salah satu dari kami menikah..”
“Tapi hidup memang tidak selalu sesuai dengan apa yang kita harapkan. Keadaan semakin buruk ketika kehamilannya menginjak trimester ke 3.”
“Dia sering mengeluhkan bentuk tubuhnya yang berubah, dan segala hal. Awalnya ku pikir itu pengaruh hormon kehamilan yang membuatnya menjadi lebih sensitif..”
“Tapi ketika Sara lahir dia benar-benar menolaknya, aku masih mencoba berpikir positif, ku pikir itu post partum depression, aku terus berusaha mendampingi dan membantunya. Hingga dia benar-benar pergi dari rumah tepat satu hari sebelum peringatan 100 hari kelahiran Sara..”
“Kemana?”
“Kabar yang ku dengar dia ke Itali, mengejar ambisinya sebagai model..”
“Kau tidak mencarinya? Apa kau membatasi karirnya?”
“Yak kau kira Itali seluas Daegu? Mencari orang di Daegu pun bukan perkara mudah, apalagi mencari di Itali..”
“Membatasi? Entahlah.. Mungkin karena aku memintanya untuk tetap berkarir di Korea..”
“Jadi itu sebabnya dunia tidak tahu keberadaan Sara?”
“Heem.. Tidak mungkin aku mengabarkan keberadaan seorang anak, sedangkan aku tidak bisa mengkonfirmasi hubungan dengan siapapun. Bukan hanya namaku yang dipertaruhkan tapi grup dan perusahaan juga..”
Yoora menyadari sorot penyesalan di mata Yoongi. Tak mudah memang kehilangan seseorang yang dicintai. Terlebih keputusan untuk merahasiakan keberadaan Sara pun bukan keputusan yang mudah dibuat olehnya sebagai orang tua. Dan selama ini Yoongi telah bertahan dengan sangat baik. Menyimpan lukanya, dan berusaha menjadi orang tua yang baik bagi Sara.
“Kau masih mencintainya Yoongi-ssi?”
Yoongi terhenyak dengan pertanyaan Yoora. Yoongi tertawa getir.
“Pantaskah dia untuk terus ku cintai?”
~~~~~
Hari beranjak petang, Yoongi memarkirkan mobilnya di basement apartement Yoora. Dia bersikeras mengantar Yoora ke apartemennya sepulang dari restoran tempat mereka bertemu.
Selama beberapa menit mereka saling membisu di dalam mobil. Seperti tidak ingin berpisah, tapi tidak tahu harus mengatakan apa.
“Yoongi-ssi, besok kau tidak perlu menyuruh pak Kang menjemput Sara, aku akan menjemputnya..” Yoora membuka pembicaraan diantara mereka.
“Kau akan naik taksi?”
“Aniya.. Appa sudah mengembalikan mobilku..” Yoora tersenyum lebar sambil menunjuk sebuah SUV yang terparkir tak jauh dari sana.
“Aahh.. Apa setelah ini kau akan tetap menjadi nanny bagi Sara?”
“Eoh, tentu saja..! Aku masih perlu uangmu, appa belum mengembalikan kartu kreditku..” Yoora tersenyum lebar.
Yoongi tergelak mendengar pengakuan jujur dari Yoora.
“Astaga kau ini..” Yoongi mengusap puncak kepala Yoora, menciptakan rona merah di pipinya.
“Terima perjodohan ini, kau akan dapat segalanya Yoora-ya..” Yoongi menatap Yoora lembut.
“1 bulan, oke? Kau akan dapat jawabannya bulan depan..”
Mereka saling berpandangan sejenak dengan tatapan yang sulit diartikan. Yoora yang pertama memutus kontak mata dengan Yoongi.
“Aku akan naik sekarang. Terima kasih sudah mengantarku pulang..” tangan kanan Yoora meraih handle pintu, tetapi tiba-tiba Yoongi menahan tangan kiri Yoora.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Secret Life
Fanfiction"Lagipula kenapa kau tidak terima saja perjodohan itu? Bukankah kata ayahmu dia tampan dan mapan?" "Kau bercanda?! Dia lebih tua 8 tahun dari ku, dan juga ayah tunggal dengan seorang putri!!"