“Dia putriku juga Oppa.. Putri kita..”
“Kau menyebutnya putrimu? Pernahkah kau menyusuinya? Mengganti popoknya? Merawatnya saat ia sakit? Merayakan ulang tahunnya? Memasakkan makanan untuknya? Menyuapinya? Mengantarnya ke sekolah? Pernah?? Apa kau cukup tidak tahu malu untuk menyebutnya putrimu??”
“O-oppa.. Ku mohon maafkan aku. Izinkan aku menebus semua kesalahanku. Saat itu aku terpaksa meninggalkannya..” air mata mengalir deras di pipi Sunny.
“Dengan cara apa kau akan menebusnya Lee Sunny? Apa kau sadar berapa banyak waktu yang telah kau lewatkan? Apa kau pernah berpikir bagaimana perasaan Sara melalui tiga tahun hidupnya tanpa kasih sayang seorang ibu yang sangat ia butuhkan?”
“Oppa ku mohon.. Izinkan aku memberikan kasih sayang untuk Sara. Izinkan aku menjadi ibu bagi putriku. Izinkan aku tinggal di sini bersamanya, kau tau aku tidak punya siapa-siapa di Seoul ini..” Sunny berlutut memohon dan mengiba di hadapan Yoongi. Air matanya mengalir semakin deras.
“Brengsek kau Lee Sunny!!! Brengsek!!!” Yoongi mengusap wajahnya kasar, melampiaskan kemarahan yang selama tiga tahun ia pendam. “Apa kau pernah memikirkan bagaimana perasaanku? Bagaimana hancurnya aku saat kau pergi begitu saja meninggalkan aku dan Sara?”
“Maafkan aku Oppa.. Sungguh aku terpaksa melakukannya. Agensiku mengancam akan membeberkan hubungan kita jika aku tidak memenuhi kontrak ke Milan..”
“Apa kau bodoh? Apa masalahnya jika agensi mu membeberkan hubungan kita? Aku bahkan sudah siap untuk mengumumkan hubungan kita dan juga keberadaan Sara.”
“Aku.. Aku tidak ingin mengacaukan karirmu Oppa..”
“Kau benar-benar bodoh Lee Sunny.. Kau.. Kau- aku bahkan tidak tau kata apa yang tepat untukmu..” Yoongi jatuh terduduk di sofa di belakangnya. Ia menutup wajah frustasinya dengan kedua telapak tangannya.
“Kenapa? Kenapa kau harus datang sekarang? Kenapa sekarang?”
Sunny bangkit lalu duduk di samping Yoongi, memeluk bahu pria itu yang bergetar menahan segala emosinya.
“Oppa, kita masih bisa memperbaikinya bukan?” Sunny berbisik di telinga Yoongi.
“Papa..”
Yoongi tersentak saat mendengar suara Sara dari sudut ruangan. Gadis kecil itu terbangun dari tidur siangnya karena mendengar suara keributan di ruang tengah.
Yoongi tersadar dan segera menyingkirkan tangan Sunny yang memeluknya. Pun demikian dengan wanita itu yang langsung mendekati Sara ingin memeluknya.
“Sara-ya.. Putriku. Eomma bogoshipeo..”
“Nuguseyo..?” tanya Sara kebingungan. Gadis kecil itu mundur menghindar saat Sunny ingin memeluknya.
“Berhenti!!” larang Yoongi saat Sunny kembali berusaha mendekati Sara.
“Aku akan bicara dulu dengannya.” lanjut Yoongi dingin, tetapi ekspresinya seketika melunak ketika menatap Sara, “Ayo princess, ikut papa..” Yoongi menggendong Sara kembali masuk ke kamarnya.
~~~~~
“Jadi imo tadi mama yang melahirkan Sara?”
Yoongi mengangguk. Tak sulit menjelaskan perkara ini kepada Sara yang memang pada dasarnya sangat cerdas dan kritis.
“Lalu mama Yoora? Apa mama Yoora akan meninggalkanku?”
Yoongi tersentak. “Yoora.. Semoga dia tidak salah paham. Aku harus bagaimana saat ini?” batin Yoongi.
“Papa.. Aku mau mama Yoora.”
Yoongi memeluk tubuh putrinya. Gadis kecil itu kini mulai terisak.
“Papa, apa mama Yoora tidak akan kemari lagi? Apa papa tidak akan menikah dengan mama Yoora? Aku ingin bertemu mama Yoora. Kenapa mama Yoora pergi tanpa memberi tahuku? ”
Rentetan pertanyaan Sara terasa begitu menghujam hati Yoongi. Sejujurnya hatinya pun bimbang, apakah Yoora bisa menerima dan mengerti tentang kehadiran Sunny. Satu hal yang ia tahu, ia harus bicara dengan Yoora.
“Tidak Princess.. Mama Yoora akan tetap ada untukmu.”
“Benarkah? Papa janji?” Yoongi mengangguk seraya tersenyum lembut untuk putrinya.
Setelah menenangkan Sara, Yoongi berusaha menghubungi Yoora. Beberapa kali ia menelepon Yoora, tapi tidak ada satupun yang terjawab. Hingga akhirnya Yoongi tidak bisa lagi meneleponnya. Ponsel Yoora mati.
“Astaga Hwang Yoora.. Kau dimana Sayang? Kenapa tidak ada satu panggilan pun yang kau jawab?” Yoongi berjalan mondar mandir di kamar Sara sambil terus menatap layar ponselnya.
Yoongi duduk dengan gelisah di kamar Sara. Dirinya sadar, dia harus bicara dengan Yoora. Dia harus segera menemui Yoora. Tapi dia tidak mungkin meninggalkan Sara di apartemen bersama Sunny yang baru ditemui Sara. Membawa Sara pergi bersamanya untuk bicara dengan Yoora pun sama tidak mungkinnya.
Tok! Tok!
Pintu kamar Sara terbuka. Sunny melongokkan kepalanya ke dalam seraya tersenyum manis.
“Sudah waktunya makan malam. Aku sudah memesankan makanan untuk kalian. Ayo kita makan dulu..”
Tanpa menanggapi perkataan Sunny, Yoongi mengajak Sara keluar menuju meja makan. Ia membiarkan Sunny berusaha memberikan makan malam untuk putrinya. Sebesar apapun kemarahan Yoongi kepada Sunny, ia tidak ingin menanamkan kebencian di hati putrinya, terlebih kepada ibu kandungnya sendiri.
“Papa, aku tidak suka makanan ini..” Sara mencebikkan bibirnya seraya mendorong piringnya sedikit menjauh.
“Makanlah walau sedikit Princess.. Besok pagi papa akan memasak untukmu.”
“Lalu Sara sukanya makanan apa..?” tanya Sunny.
“Sudahlah.. Percuma saja kau tanyakan, seperti akan memasak untuknya saja..” Jawab Yoongi ketus.
“Ah Oppa, rupanya kau masih mengingat kebiasaanku..”
Yoongi kembali diam tidak menanggapi perkataan Sunny. Sepertinya pria itu telah kembali ke mode kulkas.
~~~~~
Malam beranjak larut, setelah melewati sedikit drama Sara yang terus menanyakan Yoora akhirnya gadis kecil itu tertidur. Yoongi beranjak meninggalkan kamar Sara setelah sebelumnya mencium kening putri kecilnya.
Ia berjalan menuju kamarnya sendiri. Langkahnya terhenti saat ia melihat Sunny menyeret kopernya di depan pintu kamar Yoongi.
“Sedang apa kau di sini?” tanya Yoongi ketus dan dingin.
“A-aku..”
“Kau berharap tidur di kamarku?” tebak Yoongi to the point seraya ber-smirk, “Aku mengizinkanmu tinggal di sini untuk Sara. Jadi gunakan waktumu semaksimal mungkin untuk menebus kesalahanmu padanya. Jangan berharap kau bisa merayuku lagi!! Kau bisa gunakan kamar tamu di sana.”
Yoongi mendengus kesal, berjalan melewati Sunny begitu saja lalu masuk ke kamar dan mengunci pintunya. Ia merebahkan tubuh lelahnya di atas tempat tidur. Sungguh hari ini terasa begitu melelahkan untuknya. Jiwa dan raganya serasa dihajar habis-habisan oleh kenyataan.
Yoongi mencoba memejamkan matanya, tapi kelebatan bayangan Yoora kembali menganggunya. Ia memiringkan tubuhnya, menatap sisi tempat tidur yang biasa ditempati Yoora. Bahkan sisa wangi wanita itu masih tertinggal di sana.
“Yoora-ya.. Aku merindukanmu..”
[Min Yoongi] : Sayang.. Mwohae? Mengapa tidak menjawab teleponku? Kau baik-baik saja?
[Min Yoongi] : Sayang, aku rindu..
[Min Yoongi] : Sayang, aku ingin bertemu denganmu..
Yoongi menatap kosong layar ponselnya. Tiga pesan yang ia kirimkan tidak ada satu pun yang masuk. Ponsel Yoora masih belum aktif.
Sementara itu di kamar lain..
“Kau hanya perlu sedikit bersabar, Lee Sunny.. Hanya soal waktu. Kau akan menjadi milikku lagi, Yoongi Oppa. Aku tidak akan membiarkan siapapun mengambil milikku..”
KAMU SEDANG MEMBACA
His Secret Life
Fanfiction"Lagipula kenapa kau tidak terima saja perjodohan itu? Bukankah kata ayahmu dia tampan dan mapan?" "Kau bercanda?! Dia lebih tua 8 tahun dari ku, dan juga ayah tunggal dengan seorang putri!!"