Musim dingin telah tiba. Tahun ini cuaca cukup bersahabat. Tidak ada badai salju ataupun suhu dingin ekstrim. Salju turun sesekali di kota Seoul sebagai pelengkap musim dingin. Namun tetap saja udara terasa begitu dingin menusuk kulit membuat siapa saja enggan meninggalkan rumahnya.
Tidak terkecuali dengan Yoora. Rasanya ia begitu enggan meninggalkan apartemen hangat milik kekasihnya itu. Tetapi siang ini Yoora memerlukan beberapa data tambahan untuk tugas akhirnya. Dengan sangat terpaksa ia melepaskan pelukan kekasihnya untuk kembali pergi ke kampusnya.
“Kau benar-benar akan pergi?” tanya Yoongi yang siang itu kebetulan sedang ada di apartemen.
“He em, sayangnya seperti itu.. Aku harus kembali ke kampus.” jawab Yoora sembari memakai mantel musim dingin keluaran desainer ternama.
“Kenapa tidak menunggu Sara bangun tidur siang saja? Jadi aku bisa mengatarmu..” ujar Yoongi sambil memakaikan syal di leher Yoora.
“Tidak usah Oppa.. Kau temani Sara saja, hari ini tidak ada Ahjumma yang bisa menemaninya. Lagipula aku bawa mobil..”
“Hati-hati mengemudinya.. Jalanan agak licin oleh sisa salju kemarin..”
“Ne.. Aku pergi..” Yoora berjalan mendahului Yoongi ke arah pintu keluar.
Tepat setelah Yoora memakai kembali sepatunya bel pintu itu berbunyi.
Ting!! Tong!!
Yoora melirik sekilas Yoongi yang berdiri di belakangnya mengisyaratkan pertanyaan tentang siapa yang datang. Laki-laku itu hanya mengangkat bahunya. Tanpa berpikir panjang Yoora melangkah ke arah pintu dan membukanya.
Seorang wanita cantik berambut cokelat panjang berdiri di depan pintu. Wajahnya terasa begitu familiar. Benar, Yoora sudah pernah melihatnya meskipun tidak secara langsung.
“Siapa?” tanya Yoongi dari arah belakang Yoora yang masih mematung.
“Oppa..!!” wanita itu menerobos masuk saat melihat Yoongi berdiri di belakang Yoora.
Wanita itu melewati Yoora begitu saja, seolah Yoora adalah makhluk tak kasat mata. Bahkan Yoora sempat sedikit terhuyung kebelakang saat wanita itu tidak sengaja menyenggolnya.
Wanita itu menghambur memeluk Yoongi. Pria itu hanya diam mematung. Raut keterkejutan sangat jelas di wajahnya. Yoora memandang nanar pada keduanya, tangannya mengepal kuat menahan perasaanya.
“Ehem!!” Yoora berdehem mencoba menginterupsi keduanya.
“Ah jwesonghaeyo..” wanita itu melepas pelukannya dan berbalik menghadap Yoora, “Perkenalkan aku Lee Sunny, ibu kandung Min Sara. Kau? Aahh kau pasti nanny putriku kan?”
“Ye?!” Yoora sedikit terkejut dengan perkataan Sunny. Ia melirik Yoongi. Menunggu jawaban, penjelasan, pembelaan atau kata apapun dari pria itu. Tapi pria itu hanya diam saja menatap Sunny. Tampaknya ia masih belum tersadar dari keterkejutannya.
“Ah ye, majayo. Aku nanny Min Sara. Bangapseumnida Lee Sunny-ssi.. Tapi aku permisi dulu, ada sesuatu yang harus aku kerjakan.” Jawab Yoora tenang dengan senyuman di bibirnya.
“Ah baiklah.. Hati-hati di jalan..”
Yoora segera berlalu. Ia berjalan secepat yang ia bisa untuk meninggalkan apartemen Yoongi, sebelum air matanya menetes. Bahkan ia lebih memilih turun melalui tangga darurat daripada harus menunggu lift.
~~~~~
YOORA POV
Min Yoongi saekkiya!!!
Itulah kata yang sangat ingin aku teriakkan di depan pria pucat itu saat ini. Bagaimana bisa dia diam saja saat mantan kekasihnya menyebutku sebagai nanny putri mereka? Atau memang hanya itu artiku untuknya?
Tanpa menunggu lagi aku segera meninggalkan apartemen pria itu. Mau apa lagi? Apa aku harus melihat mereka bermesraan di hadapanku? Aku bahkan tidak sanggup menunggu hingga lift terbuka, jadi ku putuskan untuk turun melalui tangga darurat. Persetan jika kakiku akan terluka karena sepatu hak tinggiku, dadaku terasa jauh lebih nyeri!!
Aku membanting pintu mobilku. Kesal, marah, kecewa, sedih semua rasaku menjadi satu. Air mata mulai membasahi pipiku, aku tidak bisa menahannya. Tolong berhentilah menetes!! Aku terus mengusap kasar pipiku, mencoba menyingkirkan air mata sialan ini.
Aku menatap nanar ke arah pintu masuk basement. Sesaat kemudian tertawa miris. Apa yang aku harapkan? Ya!! Aku berharap pria itu muncul mengejarku, menahanku tetap di sisinya. Harapan yang sia-sia!!
Heii sadarlah Hwang Yoora..!! Untuk apa dia melakukan itu? Jangan konyol..!! Bukankah sudah jelas bukan dirimu yang ia cintainya? Bahkan sekedar membalas pernyataan cintamu pun enggan ia lakukan, sedang ia bisa meneriakkan cintanya pada mantan kekasihnya itu.
Mantan? Aku bahkan tidak tahu apakah mereka sudah putus atau belum. Bukankah wanita itu hanya pergi begitu saja meninggalkannya?
Aku tahu, aku sudah tahu ini akan terjadi. Sejak aku melihat video lama itu, aku telah mengerti semuanya. Seharusnya aku sudah siap untuk hari ini, tapi ternyata tidak, aku tetap hancur.
Aku melajukan mobilku tak tentu arah. Melenceng jauh dari tujuan awalku. Aku sangat sadar saat menginjak pedal gasku dalam-dalam. Bahkan aku sangat menyadari suara klakson mobil lain yang memprotes cara mengemudi siang ini.
Apa aku ingin mati? Tentu saja tidak! Aku tidak sekonyol itu untuk mati. Aku hanya ingin melampiaskan sedikit emosiku sebelum akhirnya aku harus berpikir jernih atas semua peristiwa ini.
Ban mobilku berdecit keras diatas aspal saat aku tiba-tiba menginjak pedal rem di tepi sungai Han. Tepian sungai yang biasanya ramai kini sepi. Siapa yang mau bermain di sungai saat cuaca sangat dingin? Tentu saja hanya wanita gila ini.
Lama aku termenung seorang diri di dalam mobil. Menatap jauh aliran sungai Han di hadapanku. Aku bergidik ngeri membayangkan bagaimana tubuhku akan membeku jika terjatuh ke dalamnya. Aku tidak ingin mati. Tapi luka dan keputusasaanku menggiring pikiranku ke kematian.
Ponselku berdering. Aku melirik sekilas, ‘Yoongi Oppa’.
Aku berdecih kesal. Setelah tiga jam kau baru menghubungiku? Apa setelah kalian selesai bercinta melepas rindu kau baru mengingatku?
Gila. Ini benar-benar gila. Ini salah, sungguh sebuah kesalahan, dan aku harus menghentikannya.
~~~~~
FLASHBACK BEBERAPA WAKTU YANG LALU.
Yoongi terkesiap saat mendengar derap langkah Yoora di tangga darurat yang tak jauh dari unitnya. Ia berlari keluar menyusulnya tapi wanita itu sudah menghilang. Sementara di belakangnya Sunny mencoba menahannya.
“Aarrgghhh!!!!” Yoongi berteriak marah sambil meremas rambutnya sendiri.
Yoongi mengurungkan niatnya untuk mencari Yoora. Ada masalah yang lebih mendesak untuk segera ia selesaikan. Ia berbalik masuk ke apartemennya dimana Sunny masih berdiri di belakang pintu.
“Kau.. Untuk apa kau kembali..?” tanya Yoongi dingin.
“O-oppa.. Aku merindukanmu. Aku minta maaf untuk segalanya..” Sunny kembali mendekati Yoongi. Pria itu dengan cepat mencekal lengan Sunny saat wanita itu mencoba memeluknya lagi.
“Jangan sentuh aku! Bicara lah selagi aku masih mau mendengarkanmu..”
“Oppa, dimana Sara? Putri kita..”
Yoongi berdecih memandang Sunny dengan smirk penuh kebencian. “Untuk apa kau mencari putriku..?”
“Dia putriku juga Oppa.. Putri kita..”
“Kau menyebutnya putrimu? Pernahkah kau menyusuinya? Mengganti popoknya? Merawatnya saat ia sakit? Merayakan ulang tahunnya? Memasakkan makanan untuknya? Menyuapinya? Mengantarnya ke sekolah? Pernah?? Apa kau cukup tidak tahu malu untuk menyebutnya putrimu??”
KAMU SEDANG MEMBACA
His Secret Life
Fanfiction"Lagipula kenapa kau tidak terima saja perjodohan itu? Bukankah kata ayahmu dia tampan dan mapan?" "Kau bercanda?! Dia lebih tua 8 tahun dari ku, dan juga ayah tunggal dengan seorang putri!!"