“Kau berharap tidur di kamarku?” tebak Yoongi to the point seraya ber-smirk, “Aku mengizinkanmu tinggal di sini untuk Sara. Jadi gunakan waktumu semaksimal mungkin untuk menebus kesalahanmu padanya. Jangan berharap kau bisa merayuku lagi!! Kau bisa gunakan kamar tamu di sana.”
Yoongi mendengus kesal, berjalan melewati Sunny begitu saja lalu masuk ke kamar dan mengunci pintunya. Ia merebahkan tubuh lelahnya di atas tempat tidur. Sungguh hari ini terasa begitu melelahkan untuknya. Jiwa dan raganya serasa dihajar habis-habisan oleh kenyataan.
Yoongi mencoba memejamkan matanya, tapi kelebatan bayangan Yoora kembali menganggunya. Ia memiringkan tubuhnya, menatap sisi tempat tidur yang biasa ditempati Yoora. Bahkan sisa wangi wanita itu masih tertinggal di sana.
“Yoora-ya.. Aku merindukanmu..”
[Min Yoongi] : Sayang.. Mwohae? Mengapa tidak menjawab teleponku? Kau baik-baik saja?
[Min Yoongi] : Sayang, aku rindu..
[Min Yoongi] : Sayang, aku ingin bertemu denganmu..
Yoongi menatap kosong layar ponselnya. Tiga pesan yang ia kirimkan tidak ada satu pun yang masuk. Ponsel Yoora masih belum aktif.
Sementara itu di kamar lain..
“Kau hanya perlu sedikit bersabar, Lee Sunny.. Hanya soal waktu. Kau akan menjadi milikku lagi, Yoongi Oppa. Aku tidak akan membiarkan siapapun mengambil milikku..”
~~~~~
Pagi-pagi sekali Yoongi sudah bangun. Lebih tepatnya dia hampir tidak tidur semalaman. Pikirannya kacau, dia hanya berharap hari segera pagi dan dia bisa segera menemui Yoora.
Yoongi melangkah gontai ke dapur, menepati janjinya pada Sara, memasakan makanan untuknya. Berbulan-bulan dimanjakan dengan masakan rumahan a la Yoora membuat gadis kecil itu jadi sangat pemilih dalam hal makanan.
Yoongi mulai mengambil bahan-bahan dan peralatan memasak, dengan begitu pikirannya dapat sedikit teralihkan.
Masakan sudah hampir siap. Ponsel di saku Yoongi bergetar. Yoongi meraihnya dengan penuh harap.
[Hwang Yoora] : Ne Oppa.. Aku baik-baik saja. Ayo bertemu..
[Min Yoongi] : Aku akan ke apartemenmu segera setelah Ahjumma datang..
[Hwang Yoora] : Tidak perlu, Oppa.. Kita bertemu di Genius Lab saja..
[Min Yoongi] : Baiklah, aku akan menunggumu..
Yoongi menghela nafas lega setelah menerima pesan dari Yoora. Ia segera menyelesaikan masakannya dan bersiap untuk pergi. Di saat yang bersamaan ahjumma juga sudah datang untuk membersihkan apartemennya. Ia langsung menitipkan Sara dan segala keperluannya kepada Ahjumma.
“Kau mau kemana?” tanya Sunny yang baru keluar dari kamar.
“Bukan urusanmu!”
“Tapi Oppa-”
“Jaga batasanmu Lee Sunny..”
~~~~~
Hari sudah beranjak siang saat Yoora berjalan memasuki gedung Hybe. Seperti biasa, Yoora melewati beberapa pemeriksaan keamaanan, ia lalu memasuki lift yang membawanya naik ke lantai tempat studio Yoongi berada.
Tampak dari ujung lorong pintu bertuliskan Genius Lab itu dalam posisi tertutup. Yoora berdiri di depannya, sejenak ia merasa ragu untuk menemui Yoongi. Ia memejamkan matanya dan menghela nafas, bersiap dengan kenyataan apapun yang akan ia dengar.
“Apapun yang akan terjadi, terjadilah..” gumam Yoora sebelum akhirnya ia mengetuk pintu studio Yoongi.
Tak berselang lama pintu itu terbuka. Tampak Yoongi mengenakan setelan celana panjang training dan kaos putih. Tampan, meskipun wajahnya tampak begitu lelah. Pria itu bahkan belum mencukur kumis dan jenggotnya pagi ini.
Yoongi langsung menarik tangan Yoora masuk ke studio. Ia mendekap erat tubuh Yoora dengan sebelah tangannya, sementara tangan yang satunya menutup dan mengunci pintu studionya.
“Sayang, kau kemana? Kenapa tidak bisa dihubungi? Bogoshipeo..” Yoongi membenamkan wajahnya di pundak Yoora, menghirup dalam-dalam aroma wanita itu yang menjaadi candunya.
Yoora mengurai pelukannya, menatap lekat wajah lelah lelakinya. Ia mengangkat tangannya, menangkupkan keduanya di pipi Yoongi.
“Oppa gwenchana?” tanya Yoora lirih.
Yoongi menatap Yoora sendu. Ia menggeleng pelan seraya tersenyum miris.
“Kemari..” Yoora menarik lembut tangan Yoongi, membawanya duduk di sofa yang ada di studio Yoongi. “Ada apa? Bicaralah..”
“A-aku.. Aku tidak tau apa yang harus ku lakukan saat ini. Ku pikir selama ini lukaku telah sembuh, hingga aku berani memulai lagi denganmu. Tapi.. Tapi ternyata aku masih tetap kesakitan dan membawamu sepertiku. Maafkan aku Yoora-ya..”
~~~~~
Yoora menghela nafas berat setelah mendengar semua cerita Yoongi, “Jadi sekarang dia tinggal di apartemenmu?”
Yoongi mengangguk lesu, “Hanya sementara sampai dia mendapat tempat tinggal di Seoul dan juga dia ingin menebus waktunya yang hilang bersama Sara..”
Kini giliran Yoora yang tersenyum miris, ia memiringkan kepalanya melihat ke arah Yoongi, “Kau yakin ini semata-mata karena Sara?”
“Ye?” Yoongi menatap Yoora dengan kedua alis bertaut.
“Oppa masih mencintainya?”
Mata Yoongi seketika membola, “Yoora, bukan seperti itu.. Ini tidak seperti yang kau bayangkan..!”
“Jika aku sebagai tunanganmu memintamu menyuruhnya pergi dari apartemenmu apa kau akan menurutiku?”
“Yoora, sungguh ini semua aku lakukan untuk Sara. Aku tidak ingin menanamkan kebencian padanya. Aku ingin walau sesaat dia bisa mengenal dan merasakan kasih sayang ibu kandungnya..”
Yoora terkekeh getir, bukan pemaparan panjang lebar seperti itu yang ia harapkan. Ia menghela nafas, melepaskan sesak di dadanya yang semakin terasa menghimpit. Yoora menggenggam ke dua telapak tangan Yoongi, menatap wajah Yoongi yang penuh kekalutan.
“Siapa yang Oppa cintai? Aku atau Sunny?”
Yoongi terhenyak dengan pertanyaan tak terduga dari Yoora, “Yoora-”
“Cukup Oppa..” Yoora meremas tangan Yoongi, senyum tersungging di bibirnya, “Aku mengerti. Aku tidak ingin memberatkanmu dengan pilihan itu. Tidak mengapa, kau layak bahagia dengan orang yang kau cintai. Aku melepaskanmu..”
“Yoora, wae?! Bukan seperti itu..”
“Aku tidak apa-apa Oppa. Aku mencintaimu, tapi bukan berarti aku bisa merampas kebahagiaanmu. Dan mengenai perjodohan kita, kau tidak perlu khawatir, aku yang akan bicara dengan orang tua kita..”
“Ah tidak.. Tidak! Tidak seperti ini Hwang Yoora! Aku tidak mau melepaskanmu!”
“Lalu mau mu seperti apa? Apa kau akan terus bimbang memilih antara aku dan Sunny? Apa kau sadar kau telah menyakitiku?”
“Maafkan aku Yoora, sungguh maafkan aku..!”
“Ku mohon, lepaskan aku Oppa. Lepaskan aku sampai kau bisa menetapkan hatimu untuk siapa..”
“Yoora..” Yoongi menatap pilu pada Yoora. Air mata menggenang di pelupuk matanya.
“Mianhae Oppa..”
Yoora berdiri mencondongkan tubuhnya ke arah Yoongi, mengikis jarak diantara mereka. Ia mengecup bibir pria itu. Rasa asin mendominasi setiap sesapan di bibir mereka akibat air mata yang tidak bisa lagi ditahan oleh keduanya. Sebuah closure yang teramat memilukan bagi keduanya.
Ada begitu banyak cinta di dunia ini. Dan tidak semua cinta itu bisa saling memiliki. Bahwa memang benar adanya, level tertinggi dari mencintai adalah melepaskan. Merelakan ia yang dicinta, bukan karena cinta itu tak lagi ada, tetapi ketika cinta itu justru menyulitkan orang yang dicintai.
~~~~~
“Melepaskanmu adalah cara terbaikku untuk mencintaimu. Karena di sana kau akan menemukan bahagiamu sendiri. Tanpa aku..” - vitaminsuga
KAMU SEDANG MEMBACA
His Secret Life
Fanfiction"Lagipula kenapa kau tidak terima saja perjodohan itu? Bukankah kata ayahmu dia tampan dan mapan?" "Kau bercanda?! Dia lebih tua 8 tahun dari ku, dan juga ayah tunggal dengan seorang putri!!"