Yoora beringsut turun dari pangkuan Yoongi dan duduk di sofa tepat di samping Yoongi. Ia duduk diam menatap Yoongi, menunggu pria itu melanjutkan kata-katanya.
“Umm.. Soal rencana kita hari ini, bagaimana jika kita mengundurnya besok?”
Yoora mengernyit, “Wae? Kau tau itu tidak mungkin kan Oppa.. Lusa kau dan aku sama-sama ada jadwal di Korea.”
“Uumm.. Billy menelepon ku tadi malam, ada sedikit masalah di rekaman kami jadi hari ini kami akan memperbaikinya. Bagaimana jika kita menggantinya lain waktu?”
“Yak kau bercanda?! Apa yang akan kau katakan pada Sara? Kau pasti bisa membayangkan akan seperti apa reaksinya..”
Yoongi terdiam. Dalam hatinya ia sungguh merasa bersalah jika harus mengecewakan putrinya. Terlebih momen mereka bisa berlibur bersama sangat jarang terjadi.
“Aku tau Sayang.. Tapi kita bisa mengganti lain waktu. Mungkin minggu depan kita bisa ke Disneyland Jepang atau Hongkong yang lebih dekat. Bagaimana?”
“Oppa.. Bagi Sara tidak sesederhana itu. Itulah sebabnya hari itu aku sempat melarangmu menjanjikan ini pada Sara. Pekerjaanmu tidak bisa dipastikan kapan selesainya. Tapi kau dengan keras kepala mengatakan kau tau bagaimana Sara. Kalau kau selalu merasa kau yang paling mengerti Sara dan mengabaikan pendapatku, lalu apa gunanya aku bersama kalian?”
“Sa-sayang bukan begitu maksudku..”
“Kenyataannya seperti itu, kau mengabaikan pendapatku tentang Sara. Kenapa? Karena aku hanya ‘orang luar’ bagimu?”
“Tidak Sayang.. Sungguh aku tidak pernah berpikir seperti itu. Lagi pula ini di luar kendaliku, aku juga melakukan ini untuk pekerjaan..”
“Ah ya, kau benar ini untuk pekerjaan. Tapi tidakkah kau berpikir putrimu tidak hanya butuh uangmu. Di atas semua itu dia lebih butuh waktumu, kehadiranmu Oppa.. Coba kau ingat-ingat sepanjang usia Sara, berapa kali kau menyempatkan diri berlibur bersamanya?”
Yoongi terdiam, meremas rambutnya frustasi. Kata-kata Yoora terasa begitu menghantam hatinya. Ia tidak mengira masalahnya menjadi benar-benar rumit, belum lagi ia juga harus memikirkan bagaimana cara menyampaikan hal ini pada Sara.
Yoora mendengus kesal melihat Yoongi yang sepertinya tidak memiliki solusi apapun atas keadaan ini. Ia segera berdiri dan pergi meninggalkan Yoongi yang masih berkutat dengan pikirannya sendiri.
~~~~~
Yoora baru keluar dari kamar mandi untuk mengisi bathtub saat melihat Yoongi mendekati Sara. Ia tahu persis apa yang akan dikatakan Yoongi pada gadis kecil yang sedang menonton film kartun itu. Lagi, Yoora menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan untuk mengendalikan emosinya.
Yoongi duduk di samping Sara lalu mengusap rambutnya, “Sara-ya..”
“Princess, ayo kita mandi. Kita mau kemana hari ini..?” Yoora dengan sengaja memotong kata-kata Yoongi.
“Disneyland!!! Yeaayyy..!!!” Sara berseru riang, lalu segera melompat dari tempat tidur mengikuti perintah Yoora.
Setelah Sara masuk ke kamar mandi, Yoongi menatap Yoora penuh tanya, “Sayang, apa maksudnya ini?”
“Cepat selesaikan saja perkerjaanmu Oppa, lalu susul kami ke sana..” jawab Yoora dingin.
“Kau akan pergi berdua saja ke sana?? Tapi itu -”
“Aku tidak ingin berdebat denganmu Oppa.. Kau boleh memilih, biarkan aku melakukan ini atau kau lebih memilih mengecewakan Sara. Pilihan ada di tanganmu..”
Yoongi memandang Yoora frustasi, “Tapi pergi hanya berdua itu terlalu berbahaya, Sayang..”
“Apanya yang berbahaya? Aku dan Sara hanya orang biasa, bukan selebritas sepertimu. Dan tidak ada yang tau juga kami berhubungan denganmu.”
“Tapi tetap saja-”
“Intinya kau tidak percaya padaku, itu saja..”
“Bukan begitu, aku hanya mengkhawatirkan keselamatan kalian berdua..”
“Baiklah, anggap saja ini permintaan terakhirku. Aku akan pergi setelah ini. Jika kau terus meragukanku menjaga Sara untuk apa aku tetap ada di hidup kalian. Hanya sebagai teman tidurmu?!”
“Hwang Yoora!!! Jaga bicaramu!!”
Yoora menatap Yoongi nanar. Bagaimanapun bentakan itu begitu melukai hatinya. Sementara sesal telah menyelimuti hati Yoongi. Entah apa yang ia pikirkan hingga lepas kendali dan membentak Yoora seperti itu.
Yoora berbalik tanpa kata, meninggalkan Yoongi yang masih berdiri mematung. Ia masuk ke kamar mandi untuk membantu Sara mandi. Tanpa ia sadari tetes air mata mengalir di pipinya.
“Mama kenapa menangis? Apa papa nakal?”
“Ye? A-aniyo princess. I-ini.. Mata mama terciprat sabun..” Yoora gugup menjawab pertanyaan Sara, ia segera menghapus air mata di pipinya.
Setelah mereka berdua selesai bersiap, Yoora mengajak Sara untuk sarapan di restoran hotel. Yoora menghirup dalam-dalam aroma secangkir kopi panas di hadapannya. Perasaannya sedikit lebih baik setelah sarapan dan meminum kopinya. Saat ini ia sedang menunggu Sara menghabiskan sarapannya.
Ponsel di samping piring Yoora bergetar. Ia melirik nama di layar, lalu mendengus kesal dan memutar matanya. Tapi tak urung tetap saja ia meraih ponsel tersebut.
~~~~~
Selepas pertengkaran tadi Yoongi kembali ke kamarnya. Ia kemudian masuk ke kamar mandi dan merendam tubuhnya dalam bathtub untuk menenangkan diri. Dalam diam ia meruntuki dirinya sendiri yang seperti kehilangan akal.
Setelah puas berendam dan mengintrospeksi dirinya sendiri, ia melangkah keluar dengan mengenakan bathrobe, mencari keberadaan Yoora dan Sara. Sepi, tidak ada lagi terdengar suara celoteh Yoora dan Sara, juga suara televisi yang memutar tayangan kartun favorit Sara. Yoongi masuk lebih dalam ke kamar mereka berdua, tapi dia tidak menemukan dua manusia favoritnya itu.
Yoongi kembali ke dalam kamarnya untuk mengambil ponsel. Ia segera menelepon Yoora. Beberapa nada panggil tak juga dijawab, ia menunggu. Hingga beberapa saat kemudian, terdengar suara penenangnya dari seberang panggilan.
“Hmm..”
“Sayang, kalian dimana?”
“Kami sedang sarapan di restoran hotel.” jawab Yoora dingin. Yoongi mengerti wanita itu pasti masih sangat kesal padanya.
“Tumben. Kenapa tidak sarapan di kamar saja seperti biasanya?”
“Tidak. Aku ingin menghirup udara segar.”
“Hmm ya sudah.. Tunggu aku, sebentar lagi aku turun..”
“Hmm..”
~~~~~
Segera setelah mengakhiri panggilan teleponnya, Yoongi berganti pakaian dan turun menuju restoran hotel. Ia langsung menemukan mereka berdua duduk di meja di sisi kaca besar yang menyuguhkan pemandangan kota Los Angeles.
Yoongi menyantap sarapannya sambil mengobrol dengan Sara, sementara Yoora masih bertahan dengan aksi tutup mulutnya.
Yoongi menyelesaikan sarapannya, ia melirik Yoora yang masih enggan berbicara padanya.
“Kau dan Sara pergi dengan supir ya.. Aku dan Sejin akan memakai taksi menuju ke studio Billy. Aku akan menyusul kalian segera setelah pekerjaanku selesai..”
Yoora langsung menoleh terkejut tidak menyangka akhirnya Yoongi mengalah dan mengizinkan dirinya dan Sara untuk pergi.
Yoora mengulum senyumnya, ia terlalu gengsi untuk mengakui dirinya sangat mudah luluh dengan sikap Yoongi.
“Hmm..” Yoora mengangguk samar.
Yoongi membuka dompet dan mengambil kartu hitamnya lalu meletakkannya di telapak tangan Yoora.
“Ini.. Bersenang-senanglah..” Yoongi tersenyum dengan gummy smile-nya seraya mengacak puncak kepala Yoora.
Yoora diam menatap Yoongi yang tengah tersenyum tanpa menyadari rona merah tergambar jelas di pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Secret Life
Fanfiction"Lagipula kenapa kau tidak terima saja perjodohan itu? Bukankah kata ayahmu dia tampan dan mapan?" "Kau bercanda?! Dia lebih tua 8 tahun dari ku, dan juga ayah tunggal dengan seorang putri!!"