“Aku?” A Ri tertawa bodoh, “Kalau kau Park Jimin maka aku bisa jadi Lisa, atau Jisoo.. Kadang juga bisa jadi Minji atau Karina..”
Jimin memijit pelipisnya frustasi, “Astaga entah apa yang aku pikirkan hingga memilih berurusan dengan wanita mabuk sepertimu..” gumamnya.
“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Jimin, ia membawa dirinya berjongkok di samping A Ri.
“Aku harus kembali ke Seoul. Tapi aku tidak bisa menyetir dalam keadaan mabuk begini. Aish apa yang harus aku lakukan?”
Akhirnya Jimin mendengar satu kalimat masuk akal keluar dari mulut wanita itu.
Jimin menghela nafas, ia diam berpikir sejenak. “Kemarikan kunci mobilmu. Aku akan mengantarmu..”
Jimin mengulurkan tangannya di hadapan A Ri. Untunglah ia sama sekali tidak minum selama acara tadi. A Ri menolehkan wajahnya menatap Jimin. Tampaknya wanita itu sedang mempertimbangkan tawaran Jimin.
“Geurae.. Karena kau tampan, kau boleh mengantarku pulang..” jawab A RI seraya menyerahkan kunci mobilnya pada Jimin.
Jimin segera membuka pintu mobil A Ri lalu menuntun wanita itu masuk ke dalamnya.
“Pakai seatbeltmu.. Kau tinggal dimana?” tanya Jimin.
“Apartemen yang sama dengan Yoora..”
Jimin menghela nafas, kesabarannya mulai menipis. “Bagaimana aku tau? Aku bukan kekasihnya..!”
“Ya mungkin saja kau pernah menanyakannya..”
“Ck! Kau ingin Yoongi Hyung membunuhku?! Cepat katakan kau tinggal dimana?!”
“The Peak Tower, unit 612..!!”
~~~~~
Selama setengah perjalanan A Ri hanya diam, memandang jauh keluar jendela samping. Jimin melirik cemas ke arahnya, memastikan gadis itu baik-baik saja. Hingga tiba-tiba telinga Jimin samar mendengar isakan pelan.
Jimin menoleh ke arah A Ri, bahu wanita itu bergetar. Wanita itu sedang menangis.
“Wae? Neo gwenchana?” Jimin mencolek bahu wanita itu dengan telunjuknya.
Isakan A Ri semakin keras. Tiba-tiba saja wanita itu menghambur memeluk Jimin di sampingnya. Jimin terkejut, tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena dia sedang menyetir.
“Aku.. Aku.. Apa aku sungguh tidak layak untuk dicintai?” wanita itu mulai bicara di sela isakannya.
Jimin mengerutkan keningnya. Ia berusaha mencerna setiap kata-kata A Ri yang sepertinya adalah ungkapan hati gadis itu.
“Apa setiap laki-laki hanya ingin mengambil keuntungan dariku? Bersenang-senang denganku, menikmati uangku, dan semua fasilitasku, lalu setelah itu mencampakkanku..”
“Bahkan si brengsek Donghae itu.. Ku pikir dia sungguh tulus padaku, tapi ternyata sama saja. Dia bahkan mengakhiri hubungan kami hanya lewat pesan singkat.”
Jimin menggeleng-gelengkan kepalanya, “Jadi itu sebabnya kau minum sampai mabuk, hmm? Dasar naif..” gumam Jimin.
Setelah beberapa saat, tidak terdengar lagi kata-kata dari mulut A Ri dan berganti dengan dengkuran halus.
“Aish!! Apa kau tertidur?” gumam Jimin.
Beruntung saat itu mereka sudah memasuki kota Seoul, dan tak berselang lama mereka tiba di apartemen A Ri. Jimin segera memarkirkan mobil A Ri di basement apartemen tersebut.
“Yakk wanita aneh, bangunlah!!” Jimin menepuk-nepuk pelan pipi A Ri yang masih tertidur bersandar di bahu Jimin.
Perlahan Jimin menggeser tubuh A Ri agar kembali ke kursinya. Kemudian ia kembali mencoba membangunkan wanita itu.
“Yakk A Ri-ya.. Bangunlah, kita sudah sampai..”
Wanita itu hanya menggumam pelan tanpa membuka matanya. Jimin mengacak rambutnya frustasi.
“Aish!! Jika kau tak bangun bagaimana caranya kau masuk ke apartemenmu. Haruskah kau ku tinggalkan di sini?!”
Tentu saja Jimin tak sampai hati meninggalkan A Ri tertidur di mobil sendirian. Ia mengambil clucth A Ri, berharap semoga wanita itu menyimpan kartu akses, kunci, atau mungkin kode pintu apartemennya.
Sepertinya keberuntungan sedang menaunginya. Benar saja, ia menemukan kartu akses cadangan terselip di kantong kecil di dalam clutch A Ri.
Namun perhatian Jimin teralih ke ponsel A Ri. Meski sempat ragu akhirnya Jimin meraih benda pipih itu. Lagi-lagi keberuntungan datang padanya. Wanita itu tidak memasang password di ponselnya. Jimin menelepon nomornya sendiri dengan ponsel A Ri, dengan begitu ia bisa memiliki nomor telepon wanita itu. Sebuah cara yang cerdik jika tidak ingin dibilang licik.
~~~~~
Dengan susah payah Jimin berhasil membuka pintu apartemen A Ri sembari menggendong tubuh wanita itu. Ia segera merebahkan wanita itu di atas tempat tidurnya.
Jimin duduk di tepi tempat tidur, tepat di samping A Ri yang tertidur pulas. Ia mengulurkan tangannya, merapikan rambut yang menutupi wajah A Ri. Dalam diam ia mengamati setiap lekuk wajah wanita itu.
“Kamu layak.. Sangat layak untuk dicintai. Kamu cantik. Dan melihat bagaimana naifnya kamu, aku tau hatimu baik. Jangan biarkan para bajingan itu membuatmu merasa rendah A Ri-ya..” Jimin bermonolog sembari memandang wajah A Ri.
~~~~~
A Ri terbangun dikamarnya seorang diri. Kepalanya terasa sangat pusing efek alkohol semalam. Perlahan ingatan peristwa semalam muncul di kepalanya.
“Arghhh..” A Ri berteriak. Ia jelas mengingat seorang pria mengantarnya pulang ke apartemennya.
A Ri bernafas lega setelah melihat pakaiannya masih utuh menempel di tubuhnya, artinya tidak terjadi apa-apa antara dia dan pria itu. A Ri meraih ponsel di dalam clutch-nya berniat menghubungi Yoora, tapi ia menemukan dua pesan dari nomor tidak dikenal.
[+82927382xxx] : Bagaimana keadaanmu pagi ini? Aku sudah menyiapkan pereda pengar di samping tempat tidurmu. Minumlah..
[+82927382xxx] : Jangan khawatir, tidak terjadi apapun diantara kita semalam. Aku tidak cukup brengsek untuk memanfaatkan wanita mabuk. Lain kali jangan minum terlalu banyak. Jaga kesehatanmu.. (j.m)
A Ri mengusap kasar wajahnya, “Astaga.. Apa dia sungguh Park Jimin? Dan dia- Aaaaaa… Eottoke? Ini memalukan..”
A Ri melihat ke arah nakas di samping tempat tidurnya. Sebotol obat pereda pengar telah tersedia di sana. Di bawahnya terselip sebuah note kecil dengan tulisan tangan Jimin.
‘Hwaiting ♡’
Tanpa sadar senyum A Ri merekah, seolah lupa dengan patah hatinya semalam. Ia meraih ponselnya dan segera membalas pesan Jimin.
[Shin A Ri] : Gomawoyo Jimin-ssi..
~~~~~
Flashback beberapa jam lalu di pesta pertunangan.
Tring!!
[Hwang Yoora] : Oppa, bisa kau bantu aku?
Yoongi mengernyit membaca pesan dari Yoora di ponselnya. Ia segera mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan mencari keberadaan wanitanya.
[Min Yoongi] : Ada apa? Kau dimana?
[Hwang Yoora] : Aku di ruang make up, sisi belakang ballroom. Ppali..
Cemas terjadi sesuatu pada kekasihnya, dengan langkah lebar Yoongi segera menuju ruangan yang di maksud Yoora. Dari ujung koridor Yoongi melihat ruangan itu dalam keadaan tertutup.
Tok! Tok!
“Yoora-ya.. Kau di dalam?” Yoongi mengetuk pintu tersebut.
Pintu terbuka sedikit, tampak Yoora mengintip dari celahnya. Melihat sosok yang datang adalah Yoongi, Yoora segera mengulurkan tangannya menarik Yoongi masuk lalu mengunci pintu. Kini hanya ada mereka berdua di ruangan itu.
“Ada apa? Kau membuatku khawatir..” tanya Yoongi.
“Bantu aku..”
KAMU SEDANG MEMBACA
His Secret Life
Fanfiction"Lagipula kenapa kau tidak terima saja perjodohan itu? Bukankah kata ayahmu dia tampan dan mapan?" "Kau bercanda?! Dia lebih tua 8 tahun dari ku, dan juga ayah tunggal dengan seorang putri!!"