Part 21

3.1K 122 8
                                    

Setelah melihat Yoora mulai tenang, Yoongi mulai bergerak pelan dan menghujam Yoora dengan berhati-hati memastikan kenyaman Yoora. 

Sakit yang Yoora rasakan perlahan berganti nikmat. Desahan dan lenguhan keduanya terdengar memenuhi kamar berpadu dengan suara penyatuan mereka. Tubuh Yoora menegang merasakan sesuatu yang mendesak dalam dirinya. Ia kembali mencengkram kuat bahu Yoongi, membuatnya semakin cepat menghujam Yoora. 

“Akhh!! Yoongi-a..” Yoora merasakan pelepasannya yang ke dua yang lebih nikmat berkali lipat. 

Setelah Yoora mendapat pelepasannya yang ke dua Yoongi semakin mempercepat hentakannya. Sedangkan Yoora kali ini hanya bisa mendesah dan meremat sprei yang sudah berantakan, merasakan dirinya kembali melayang dengan kenikmatan yang Yoongi berikan. 

“Akh Yoora-ya..!!”

Yoongi mengerang, mencabut kejantanannya dan menumpahkan banyak cairannya di perut rata Yoora. Ia menengadah dengan mata terpejam dan bibir pinknya terbuka, keringat membasahi dahi dan rambutnya. Yoongi ambruk di samping Yoora. 

Yoongi membuka matanya, menatap sayu Yoora di sampingnya yang juga tengah menatap balik dirinya, kemudian ia beringsut mengambil tisu di atas nakas untuk membersihkan sisa cairannya di tubuh Yoora lalu menyelimuti tubuh mereka berdua. Yoongi memeluk erat tubuh wanitanya, mengecupi seluruh wajahnya, lalu mengecup lama keningnya. 

“Gomapda Baby..” 

~~~~~

Udara dingin pagi hari yang menerpa tubuh Yoora membangunkannya dari tidur nyenyaknya. Perlahan ia membuka matanya, hendak bergeser sedikit untuk mengambil ponselnya yang ia letakkan di atas nakas. 

Gerakan Yoora terhenti saat ia menyadari sebuah tangan besar melingkar di pinggangnya. Sejenak tadi ia lupa ada Yoongi yang tidur di sampingnya. Yoora memiringkan tubuhnya menghadap Yoongi, memandang wajah pria yang sedang tertidur itu. 

Sangat menggemaskan. Yoora tersenyum. Ingin menyentuh wajah Yoongi, tapi dia khawatir akan membangunkannya. Perlahan ia beringsut, melepaskan diri dari pelukan Yoongi. Ia mengambil ponsel untuk melihat jam. Pukul 06.00 KST. 

Mata Yoora masih sangat berat mengingat semalam Yoongi tidak membiarkannya tidur sampai hampir jam 3 pagi. Dan tubuhnya juga terasa sangat pegal. Jika saja tidak mengingat dirinya tengah berada di rumah orang tua Yoongi, ingin rasanya Yoora menarik selimutnya dan kembali tertidur di pelukan Yoongi. Tapi ia sadar tidak mungkin dia melakukannya saat ini, terlebih ini juga kunjungan pertamanya ke Daegu, setidaknya dia harus memberikan sedikit kesan baik di mata calon mertuanya. 

Yoora beranjak duduk di tepi tempat tidur. Wajahnya tampak meringis menahan perih dan nyeri di bagian inti tubuhnya. Ia memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai, lalu berjalan pelan ke kamar mandi. 

Yoora segera membersihkan diri dan berganti pakaian. Ia memandang bayangan dirinya pada cermin besar di kamar mandi, memoleskan skincare dan make up tipis. Ia tersenyum, beruntung Yoongi cukup pengertian dengan tidak meninggalkan kissmark di area leher Yoora yang terbuka. 

Yoora berjalan mengendap-endap keluar dari kamar, meminimalisir suara agar tidak membangunkan Yoongi. Ia tertegun di atas tangga, suasana rumah masih sangat sepi, sepertinya Nyonya, Tuan Min, dan Sara juga belum bangun. 

Sejenak Yoora berpikir untuk kembali ke kamar saja, tapi tenggorokannya terasa sangat kering, ia lalu menuruni tangga menuju ke dapur untuk minum. Yoora duduk di meja makan membelakangi ruang keluarga, meminum segelas air putih sambil menikmati pemandangan pagi hari halaman belakang rumah orang tua Yoongi yang tersekat pintu kaca dari tempatnya berada saat ini. 

“Kau sudah bangun..?”

Yoora tersentak berbalik ke arah suara, “Oh! Ne eomma..”

“Bagaimana tidurmu semalam? Yoongi tidak mengganggu tidurmu kan?”

“Uhukk uhukk!!” Yoora seketika tersedak, hampir saja dia menyemburkan air yang sedang diminumnya. Wajahnya bersemu merah,  “A-aniyo eomma.. Tidurku sangat nyenyak..”

“Ah baguslah..” Nyonya Min tersenyum penuh arti kemudian berlalu menuju ke dapur untuk menyiapkan sarapan. 

Yoora segera mengikuti langkah Nyonya Min, membantunya menyiapkan sarapan. 

“Eomma.. Ada yang bisa ku bantu?”

Nyonya Min melirik Yoora sekilas, “Ini.. Kau bantu potong-potong sayurannya ya..”

“Ne eomma..”

Yoora segera melakukan apa yang Nyonya Min perintahkan. Tangan-tangan cantiknya dengan cekatan memotong-motong sayuran dan bahan masakan lainnya. Sementara itu Nyonya Min menghentikan sejenak aktivitasnya untuk memandang kekasih putranya itu. 

“Kau biasa memasak?”

“Ne eomma..” Yoora tersenyum kikuk, “Akhir-akhir ini aku cukup sering memasak, Sara sering menolak makan masakan restoran, dia hanya mau masakanku..” tutur Yoora tanpa bermaksud membuat Nyonya Min terkesan. 

“Sara atau papanya?” goda Nyonya Min. 

Yoora tergelak, “Tidak eomma.. Ini sungguh Sara. Yoongi oppa selalu mau memakan apa saja, entah itu makanan pesan antar atau masakanku. Dia bahkan sering juga memasak untukku..”

“Siapa yang mengajarimu memasak?”

“Ahh itu.. Aku sering membantu eomma ku memasak, lama kelamaan aku jadi terbiasa memasak juga..”

“Kau dan eomma mu memasak? Bukankah Tuang Hwang punya banyak maid?”

“Eoh? Tidak banyak, hanya beberapa orang saja..” Yoora tertawa kikuk dan mengusap tengkuknya, “Di rumah eomma selalu memasak untuk aku dan appa, terlebih appa hanya mau makan masakan eomma. Dan mereka juga membiasakanku untuk mandiri dengan kebutuhanku sendiri meskipun kami punya beberapa maid..”

Nyonya Min mengangguk-angguk penuh kekaguman mendengar cerita Yoora, dirinya lega telah memilih calon istri yang tepat untuk putranya. Tapi Yoora di mata Nyonya Min juga sangat menggemaskan, sehingga ia begitu ingin menggoda calon menatunya itu. 

“Apa ini? Kau sedang mencoba membuatku terkesan dengan ceritamu itu?” Nyonya Min menatap Yoora serius dengan kedua tangan tersilang di dadanya. 

“Ye?” mata Yoora membulat, “A-aniyo eomma..! Aku hanya sekedar bercerita. Ku rasa aku terlalu banyak bicara, jwesonghaeyo..” Yoora menjelaskan dengan panik, berpikir Nyonya Min tidak menyukai ucapannya.

Nyonya Min diam memang Yoora dengan ekspresi serius. Kemudian tiba-tiba Nyonya Min tertawa terbahak-bahak. 

“Aigo.. Aku tidak sanggup lagi. Kau- kau menggemaskan sekali Yoora-ya..”

Mata Yoora membulat memandang Nyonya Min tidak mengerti. 

“Eomma, berhenti menggoda calon istriku terus..” Yoongi yang baru saja turun di tangga ikut mengomentari pembicaraan dua wanita itu. 

Nyonya Min masih terkikik gemas melihat wajah kebingungan Yoora.

“Aku hanya bercanda, sayang..” Nyonya Min menangkup kedua pipi Yoora, “Aku sangat bangga mengetahui kemandirianmu, tidak salah aku memilihmu untuk Yoongi..”

Yoora tersipu mendengar pujian Nyonya Min. Pipinya terlihat sangat merah. Ia menunduk, memainkan jemarinya. Menggemaskan. 

Yoongi mengusap puncak kepala Yoora lalu menciumnya. Benar-benar tidak mempunyai rasa malu meskipun ia melakukanya di depan ibunya sendiri, membuat pipi Yoora semakin merah. 

“Kau mau kopi?” tanya Yoora mencoba mengalihkan perhatian dari situasi canggung itu. 

Yoongi mengangguk.

“Duduklah.. Akan ku buatkan..”

“Buatkan untuk appa juga, Yoora-ya.. Aku akan membangunkan appa dan Sara..” sahut Nyonya Min seraya berlalu meningalkan dapur. 

Yoongi duduk di meja makan tidak jauh dari tempat Yoora berada. Dia terus memandangi punggung wanitanya yang tampak sedang sibuk itu. Senyum Yoongi pagi ini benar-benar secerah mentari.

His Secret LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang