5. LANJUTAN

185 10 5
                                    

Di seberang kantor Om Singgih aku berdiri menunggu angkot arah balik. Sesekali mataku tertuju ke gedung tempat Singgih bekerja.

Melihat angkot tujuanku, kami yang hendak naik menyetop. Lebih dulu masuk kupilih tempat yang bisa melihat ke arah gedung kantor itu. Dari kejauhan Om Singgih setengah berlari menuju arah keluar.

Dia melambaikan tangannya. Supir angkot yang melihatnya tidak serta merta menjalankan angkotnya. Malah menunggu. Lumayan penumpang 1 orang, mungkin itu pikiran supirnya.

"Geser geser" Perintah supirnya ke penumpang.

Singgih duduk agak dipojokan. Aku memandangi wajahnya yang sedikit berkeringat karena berlari tadi.

Dia hanya tersenyum. Angkot sudah meninggalkan tempat menunggu.

"Benar benar lupa dia sama aku" Aku membathin. Tapi mataku tidak lepas dari wajahnya.

"Robby" Akhirnya dia menyebut namaku.

"Pak Singgih hendak kemana naik angkot" Tanyaku.
Dia menyodorkan kertas catatan yang mungkin hendak diberikan si operator tadi.

"Iya Pak. Rencana besok Robby datang."kataku sambil meremas kertas note yang diberikan.

" Stop bang! Setop" Suaranya.
Angkotpun berhenti.
"Ayo turun, By."

"Turun? Robby masih jauh pak" Jawabku.

"Kita turun disini" Katanya menarik tanganku. Penumpang menyaksikan kami keluar dari angkot. Setelah membayar, tanganku di tariknya ke sebuah rumah makan.

Suara gemuruh dan kilat diatas langit sana, membuat kami sedikit melangkah cepat dan masuk rumah makan.

"Duduk By. Mau makan apa? "

"Aku tidak makan. Masih kenyang" Sahutku dan duduk di kursi. Tidak ada seorangpun pengunjung kuperhatikan.

Singgih memsan makanannya.

"Robby kau harus makan. Ini sudah sore"

"Nanti saja. Tidak terbiasa pak" Jawabku.

"Sudah Om pesan. Kau harus makan walaupun sikit."

Aku terdiam.
Singgih duduk dihadapanku.

"Maaf tadi waktu diparkiran, By. Om lupa lupa ingat. Setelah operator memberi note tadi, baru Om sadar, bahwa itu adalah kamu. Langsung Om keluar mengejar kamu. Maafin Om sayang"

"Tidak apa apa. Besok juga kan bisa"

"Oh tidak. Ada kesempatan kenapa harus disia siakan. Sebab Om sangat ingin bersama kamu, By"

"Oh begitu. Robby memang sengaja ingin jumpa."

"Kau Rindu?"

"Tidak juga. Kebetulan ada waktu dan lewat sini. Robby hanya ingin memastikan saja. Apa Robby diterima apa tidak. Terbukti, wajah Robby saja Om sudah lupa"

"Bukan begitu sayang. Seandainya tadi aku menghampirimu, kan jadi tanda tanya teman teman Om juga kan. Wajahmu kelihatan sedikit dewasa Robby. Kamu ada masalah"

Pembicaraan kami terhenti. Makanan kami sudah dibawa si punya kedai makan.

"Silahkan pak disantap" Pinta siempunya.

"Makasih bu" Sahut kami bersamaan.

"Makan sayang. Itu enak. Udang lapis tepung. Kalau kurang minta lagi.. Tenang saja Om disampingmu"

"Ini juga gak bakal habis Om." Jawabku.

Udang galah yang sebesar jempol tangan dihadapanku ku santap tanpa memakan nasinya, karena aku masih kenyang. Tidak terbiasa makan tidak pada waktunya.

MY LIFE BAG. 2Where stories live. Discover now