14. Mulyono dan Aku

181 12 10
                                    

Hari sudah menjelang siang, ketika aku berhasrat untuk makan. Kedapur adalah tujuanku guna menyiapkan makan siangku.

Berjalan dengan pelan, kulihat pintu kamarku tertutup.

'Tidur rupanya' batinku.

Di dapur, pelan pelan kusendoki nasi dan ikan teri ke piringku agar taidak menimbulkan suara.

"Lagi makan Robby" Suara Mulyono mengagetkan ku.
Aku diam.

Mulyono mengambil piring dan menyendok nasi dan lauknya. Dia mencicipi sedikit ikan teri yang ku sambal.

"Enak" Komentarnya. Lalu duduk di hadapanku dan memandang wajahku.

"Kau kelihatan dewasa, By."

Aku diam.

Tak ada sedikitpun dihatiku untuk mengomentari percakapannya. Nasi yang ku kunyah serasa kering ketika kutelan. Aku ingin dia segera pergi dari kontrakanku.

Lirikan mataku ke piringnya, tangannya ternyata tidak bergerak untuk mengambil nasinya untuk dimakan. Mataku ku tujukan ke wajahnya.

Ku hentikan makanku untuk menyudahi dan membawa piringku yang masih berisi nasi untuk kuletakkan di ember kotor.

Mulyono meraih tanganku. Air mata di pipinya mengalir melewati bibirnya.

"Robby.... " Ucapnya dalam isaknya. "Mas tidak tau mengatakan apalagi... " Ucapnya terputus.

"Tidak usah bicara. Yang aku mau, mas tinggalkan aku di kontrakanku"

"Tidak mau By.... Mas tidak mau. Mas ingin sama kamu"

"Kan mas sudah lakukan semenjak pagi. Mas tidur juga disini. Terus apa lagi"

"Mas ingin kembali. Ingin seperti dulu dulu lagi, By"

"Seperti dulu dulu, dimana mas bisa mempermainkan aku? Tidak mas. Robby tidak bisa. Sekarang saja kau sudah bersama Darwin. Belum lagi sama temanmu si pengusaha hotel itu. Robby gak mau mas"mataku sambil meraih gelas minum ku.

" Mas dengan Darwin hanya sebatas nafsu Robby. Juga sama teman mas yang kau bilang. Tidak ada rasa mencintai. Tapi ke kamu... "

"Kan Robby juga sama. Yang penting nafsumu tersalurkan"

"Mas mencintaimu Robby"

"Basi mas. Kata kata itu sering mas ucapkan"

"Kalau kau ingin membuktikan, mas akan tinggal disini, By. Hanya kita berdua"

"Sudahlah mas. Robby ingin hidup sendiri. Susah senang Robby nikmati sendiri. Selesai makan, mas pulang saja. Itu makannya kalau tidak enak tidak usah dimakan"

"Enak By, enak." Katanya dan menyuapi kemulutnya.

Entah tidak tahan lagi karena rindu seperti dia katakan, Mulyono berdiri dan memelukku erat. Tangannya yang berlumuran makanan tidak dihiraukannya. Aku yang menolak pelukannya, tangannya malah semakin erat memelukku hingga tangannya seperti dilap ke kaos belakangku.

"Kotor itu" Ucapku.

"Maaf By, maaf. Tidak kuat rasanya menahan beban hatiku" Kilahnya.

"Masih berani berani melakukannya"

"Mas tau, kau masih ada rasa By"

"Rasa ingin membunuhmu, iya. Tapi bukan sayang lagi"

"Bunuhlah By. Bunuh masmu ini. Agar aku tenang mati di tangan orang yang sangat mas sayangi"

"Gombalmu mas. Habis ini pulang saja, Robby masih jualan"

"Tidak. Biar mas tunggu"

"Terserah. Yang pasti Robby tidak mau melayanimu"

MY LIFE BAG. 2Where stories live. Discover now