8. HANCURNYA USAHAKU.

150 11 2
                                    

Hanya 2 minggu kurasakan kebahagian memulai usaha 'Kedai Kopi' ku. Dimana aku bisa mengumpulkan rupiah sedikit demi sedikit demi memperpanjang kehidupan dalam kesendirianku.

Pertemuan yang tidak disengaja di kontrakan ku pada malam minggu itu, awal dari malapetaka usahaku.

"Siapa orang itu, Robby? Om tidak suka melihatnya" Pierr berucap saat Singgih duduk di bangku kedai bersama pengunjung di luar.

"Kenapa Om?" Aku bertanya balik. Om Pierr diam. "Dia adalah kekasih ku." Jawabku.

"Apa? Kekasihmu?"

"Iya, dia yang menyayangiku. Tidak boleh? "

"Kau...?

" Kenapa aku? Waktu pertemuan terakhir dimana om memaksaku, Robby emang bilang 'ya', itu Robby lakukan agar Om tidak marah. Tapi dari dalam hati yang paling dalam Robby tidak menginginkannya. Ingat kelakuan Om ke Robby, memperkosa, memerintah orang memecat, memaksa menerima Om, apa iya Robby masih ingin? Tidak Om. Robby sakit hati Om. Sebagai manusia yang punya hati, Robby kecewa, marah, benci terhadap Om" Aku mengamb nafas dalam dalam dan menghembuskannya. "Robby tau, Om itu tampan, punya jabatan dan punya segalanya. Tapi Robby tidak bisa menerima Om dengan segala yang Om miliki."

"Oh begitu? Tidak ada artinya Om bagi kamu Robby? "

"Bukan berarti Om sesukanya terhadap Robby"

"Ku penggal juga leher pacarmu itu"

"Tidak ada hubungannya"

"Tidak ada hubungannya bagaimana, hah? Om rela datang jauh jauh demi kamu Robby. Om sudah bilang mencintaimu"

"Tapi Robby, tidak. Robby tidak ada hutang budi sama Om. Itu perlu digaris bawahi. Jangan karena Om membayar uang kuliah Robby, itu jadi alasan untuk mengenang Robby. Robby tidak pernah minta"

"Bicara kasar kau sekarang ya" Ucapnya sambil menarik tanganku. Leherku dicekal dengan tangan kanannya.

"Kalau hanya karena uang kuliah Robby, Om mau membunuh ku, silahkan Om. Toh tidak ada gunanya Robby hidup, ayo cekik.. Cekik.. "

Om Pierr marah dan menunjukkan dinding kamarku.

Karena lamanya kami bersoal, Singgih masuk dan menyaksikanku dalam tangis.

"Robby... " Sapanya dan mendekati.

"Heh... Kau, jangan ku tengok kau ada dikontrakan Robby. Dia itu milikku."

"Om tidak bisa cakap seperti itu. Dia yang pacar Robby" Balas ku.

Karena Singgih hanya diam, Pierr mendekati dan menunjuk nunjuknya.

"Jangan racuni Robby dengan apa yang kau miliki" Tandanya. "Kau bisa mungkin jadi mayat"

"Kau tak berhak untuk memutua nyawa orang, pak. Apan karena kau seorang polisi?"

"Iya. Kalau " Ya" Kenapa?"

Singgih diam dan duduk menyender ke dinding kamar.

"Kalau ada apa apa sama dia, Robby yang akan jadi lawanmu. Ingat itu. Sekarang kau kuar dari kontrakanku. Ambil kembali uang yang kau bayarkan ke kampusku. Aku tidak membutuhkannya"

"Sekarang kau bisa berbicara begitu karena ada backingan keuanganmu ya?"

"Ingat, Om. Pihak Yayasan yang memberikan tantangan ke Robby, dan Robby bisa. Itu adalah janji yayasan. Bukan Om Pierr. Dan satu ya Om, sekolah yang kau dirikan itu banyak peminat, itu karena Robby. Harusnya Yayasan memberikan lebih dari hanya uang kuliah 1 tahun. Buka kelas baru dengan bertambahnya siswa, semua itu karena foto Robby yang menjadi daya tarik mengundang peminat. Jadi jangan asal ngomong. Cinta ditolak, bisanya menghancurkan hidup orang"

MY LIFE BAG. 2Where stories live. Discover now