16. KEMARAHAN IBUKU & SINGGIH

147 13 2
                                    

Kebaikan Ibuku mungkin dimaknai oleh Mulyono bahwa Ibuku setuju hubunganku dengan dia.

Hampir setiap sore pulang dari proyek, Mulyono membawakan kami makanan. Aku sebagai orang yang masih mencintai Mulyono tenang tenang saja. Aku fikir perbuatan Mas Mul hanya sekedar menyenangkan ibu dan adekku sebagai perhatian Mas Mul.

"Maaf dek Mulyono, ini tidak perlu kau lakukan. Kami tidak perlu kau belikan lagi apa apa" Kata ibuku di suatu sore ketika kami sedang duduk duduk di dalam kontrakan.

"Ada yang salah, kak?. Aku membelikannya tidak karena terpksa atau apa, kak. Aku tulus membelikannya"

"Bukan tulus tidaknya yang ku lihat dari kamu. Tapi aku tidak mau kau terlalu mendekati anakku, Robby. Dia masih ingin normal. Kau kembalilah kepada Istri dan anakmu"

"Tidak bisa kakak berkata begitu. Aku mencintai Robby"

"Ahhhh... Apalah arti cinta. Kalau kau memiliki cinta, kembali mencintai keluargamu. Kasihan mereka kau tinggalkan"jawab ibuku.

" Robby... "Seru Mulyono.

" Ikuti saja apa kata Ibu mas Mul"jawabku.

Suara adekku Miko yang memanggilku, membuatku meninggalkan Ibu dan Mulyono.

"Ada apa Ko" Tanyaku pelan

"Itu. Ada yang tanya" Jawab Miko.

Mataku terarah ke mahluk yang duduk dibangku, Singgih.

"Sial" Geram ku

Ku dekati Singgih yang memegang cangkir kopinya.

"Heii.. " Sapanya.

Tamu tamu yang sedang menikmati kopinya sore itu memperhatikan kami.

"Hebat Robby. Tamunya orang orang bermobil semua" Suara seorang tamu yang jelas kudengar.

"Mahasiswa teladan ya seperti itu. Tampan, pintar, mandiri, ahhhh... semuanya ada di Robby" Timpal yang lain

****

Aku duduk di depan Singgih tapi tidak ada senyum seperti dulu dulu.

"Lama tak jumpa Rob, apa kabar kau" Tanya Singgih. Aku tidak menjawab. "Oh ya Rob, Ibumu ada ya? " Lanjutnya.

"Ada. Udah beberapa hari di sini. Ada apa pak boss datang kemari? Apa tidak dicariin nanti" Kataku.

"Aku bebas, Rob."

"Sudah putus"

"Maaf Robby. Itu suatu kesalahan"

"Kesalahan atau tidak, kasihan orang orang yang kau beri harapan, pak"kataku pelan. "Dia sangat mengerti bapak dan aku yakin hatinya selembut salju dengan rela melepaskan bapak ikut denganku waktu itu. Kalau aku jadi dia... " Tidak kuteruskan kata kataku.

"Dia yang meminta pisah, By"

"Aku yakin itu. Siapapun orangnya, pasti melakukan itu."

"Aku mencintaimu, Robby"

"Tidak ada lagi cinta, Om" Akhirnya kata 'Om' keluar dari mulutku.

Singgih menatap ke seseorang ke arah belakangku. Aku pun menoleh. Mulyono berjalan agar bergegas. Aku berdiri ingin menegurnya, tapi dia berlalu begitu saja ke arah mobilnya.

Lalu aku menoleh ke pintu kontrakan ku. Disana ibuku berdiri melihat ke arah kami.

"Ehhh dek Singgih, masuk dek sini" Ibuku memanggil Singgih.

Aku jadi tidak mengerti Ibuku. Apa yang dibicarakan hingga Mulyono pergi begitu saja, sementara ke Singgih berbaik hati.

"Iya Kak sebentar sama Robby dulu" Jawaban Singgih.
"Coba tengok, kakak saja memanggilku buat bicara, Rob"

MY LIFE BAG. 2Where stories live. Discover now