13. Mulyono dan Darwin mengusikku

158 12 2
                                    

Cuaca cerah pada Sabtu itu, membuat semangatku dan bang Agil buka mulai pagi.
Peralatan sudah kami siapkan termasuk bahan bahan gorengannya.

"Bang Robby, abang siapin gelas gelas saja bang, biar abang yang menggoreng" Bang Agil memberi saran.

Percakapan kami ringan ringan saja. Kami menyiapkan lebih banyak bahan gorengan karena biasanya Sabtu adalah setengah hari kerja.

Suara klakson mobil di samping kontrakan kami, tidak kami hiraukan. Karena memang jalan umum. Tapi klakson yang kami dengar semakin dibunyikan berulang, hingga mata kami terarah kesana.

"By, datang lagi tuh" Suara pelan bang Agil.

"Ngapain juga pagi pagi? " Gerutuku.
Darwin dan Mulyono berjalan ke arah kami beriringan.

Aku dan bang Agil hanya terpaku melihatnya.

"Pagi Robby." Suara Darwin

"Pagi" Ketus jawabku.

"Makin maju ya kedainya"

"Terima kasih. To the point aja pak boss, tidak usah basa basi, pagi pagi ada apa. Apa tidak mengawasi usahanya? "

"Tidak ada apa apa. Mulyono yang punya rencana" Darwin yang menjawab.

Aku meminta bang Agil yang handle semuanya, sementara aku bawa mereka ke dalam kontrakan.

"Sudah berulang kali Robby memohon mohon ke kalian, agar tidak menggangguku lagi, tapi kenapa ya kalian semakin bikin saya pusing"kataku memegang kepalaku. " Bang Darwin, aku tau bang, kau juga ada hati sama aku, tapi dengan cara mu ini, kau sama saja sama bajingan bajingan yang lain. Tidak cukup 3 orang."

"Robby... "

"Kenapa? Takut sama Mulyono? Biar dia tau kelakuan abang. Tidak ada puas puasnya kalian. Orang sudah tenang cari nafkah masih mengganggu"

"Robby. Mas tidak marah kau berkata begitu."

"Betul itu. Mas tidak akan marah karena memang kalian berdua emang bajingan. Pergi dari tempat sini, muak aku liat kalian. Cari sana yang bisa kalian mainkan, kalau Robby sudah tak sudi. Tidak ada hubungan apa apa lagi sama kalian"

"Sombongnya kamu itu, Robby" Darwin yang bicara

"Apa kau bilang? Sombong? Darwin... Darwin! Aku tau kau suka sama aku, tapi kau salah menduga. Kau pikir aku bukan gay. Tapi setelah tau, kau ingin mencicipi ketampananku. Hahahaha... Enggak akan Darwin. Penakut kau. Tidak bisa membela ku saat ada orang mengintimidasi kau"

"Abang diancam, Robby"

"Sudahlah. Kau tak lebih dari seorang pengecut. Banci."

"Kau kalau bicara... "

"Betul kan?! Sekarang kalian pergi dari sini, dan jangan pernah datang lagi. Karena, aku si Robby si tampan ini, tidak sudi liat tampang pengemis kalian. Ayo pergi.. " Kata ku ketus.

Darwin yang sifatnya hampir sama dengan ku, keras, langsung pergi tanpa melihat kami.

"Robby, mas minta maaf" Mulyono mendekatiku.

"Sudah dari dulu Robby maafkan mas. Pergilah. Nanti Darwin marah" Kataku pelan.

Dalam hatiku, 'kenapa orang yang kucintai pertama kali tega mempermainkan perasaanku'

Suara klakson mobil dari luar, kode untuk Mulyono supaya segera meninggalkanku. Mulyono masih bertahan tidak pergi.

"Darwin marah itu" Kataku meningkatkan.

"Biarkan saja"

"Batu emang. Nanti diceraikan nangis lagi"

"Mas tidak menyukainya"

MY LIFE BAG. 2Where stories live. Discover now