43.

162 8 1
                                    

Sertifikat Magang telah ditanganku. Difikiranku adalah proposal pengajuan sikripsi. "Tinggal selangkah lagi" Dalam hatiku sambil memasukkan sertifikat ke dalam ransel ku sebelum pulang.

Pagi itu aku dan rekan ku tidak bekerja lagi. Segera aku pamit dan bersalaman kepada setiap penghuni kantor yang ku tempati selama 3 bulan.

Kenangan bekerja dan nafsu terukir disini. Ini akan menjadi catatan pribadiku dalam mengarungi hidup. Gio dan Novri walaupun belum menikmati nikmatnya bercinta akan tetap ku kenang.

"Ehh Robby, aku mau bicara. Bisa kan? " Bisik Novri pelan dengan wajahnya tepat di hadapanku.

"Maaf Pak, Robby mau urus skripsi. Tidak ada waktu" Balas ku.

"Sebentar saja"

"Maaf" Sahutku dan berpindah menyalami yang lain.

"Cepat Sarjana ganteng"

"Sekali sekali datang berkunjung, Robby"

Begitu ucapan dari senior senior di kantor itu.
Aku hanya membalas dengan  senyum dan meninggalkan ruangan itu.

Dengan hati bahagia aku melangkah pasti seperti menuju masa depan yang cerah.

"Robby.... Robby... " Panggilan itu kuabaikan. Karena aku tau itu suara Gio.

"Robby! " Suaranya dari belakangku dan aku tertahan karena tas ransel ku ditariknya.

"Robby, aku ingin bicara"

"Robby ingin pulang. Mau menyiapkan proposal skrisiku, pak" Balas ku.

"Hanya sebentar"

"Tidak ada waktuku pak. Maaf. Aku orang susah. Jadi harus berjuang untuk mendapatkan apa yang ku inginkan"

"Aku tau, aku salah. Bukan berarti tidak bisa bicara sebentar dengan mu"

"Mau bicara apa, pak. Waktu ku begitu panjang disini. 3 bukan bukan waktu yang singkat. Buat apa bicara sebentar. Maaf sekali lagi. Banyak orang yang melihat ke Bapak"

"Robby, tiket pesawat yang kunantikan sudah ada. Kita liburan selama 3 hari."

"Tiket? Untuk apa? Kenapa sebegitu yakin aku akan ikut dengan Bapak"

"Makanya sebentar ke mobil. Kita jalan ya. Biar kutunjukkan tiketnya ke kamu"

"Maaf. Beriklan saja sama Novri. Mungkin dia sangat membutuhkan."

"Robby kita berangkat lusa. Jadwalnya lusa, ke Singapore"

"Maaf, asing itu bagiku. Maaf Pak. Sekali lagi aku minta maaf"

Gio meraih tas ransel ku dan membawanya masuk ke dalam mobilnya. Aku berdiri terbengong melihatnya. Dengan terpaksa aku melangkah ke arah mobilnya dan berdiri dekat pintu setirnya.

"Serahkan tas ku atau aku teriak"

"Teriak saja" Katanya dan menghidupkan mobilnya.

"Paaaak.... Pak Giiiiiooo" Seruku nyaring karena takut berteriak sambil mengejar mobilnya yang berjalan pelan.

"Pak Gio"

Gio menghentikan mobilnya.

"Masuk"

Sebenarnya kalau bukan sertifikat magang ku, aku rela melepaska  ransel ku dan meninggalkannya.

"Aku tidak suka cara cara mau Gio." Kkataku setelah duduk disampingnya. "Kau seakan acuh butuh. Kenyataannya suka bermain"

Gio diam sambil senyum senyum.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 28 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MY LIFE BAG. 2Where stories live. Discover now