30. PABRIK.

85 4 4
                                    

Aku tidak pernah tau, sebenarnya pak Ridwan dan pak Novri gay atau bukan, mengingat hampir setiap hari aku diajak untuk sekedar makan atau sepulang kerja mau mengantarkan aku.

Aku hanya berdoa agar mereka tidak mengidap penyakit seperti diriku yang menyukai laki laki.

Terkadang aku bingung, dengan sikap mereka yang tidak ditunjukkan di depan staf.

Pak Ridwan, yang selalu ingin tau tentang pribadiku, menjadikan aku sedikit gamang.

"Ini, ambek By. Buat kamu" Tuturnya didalam mobilnya ketika kami hendak meninjau pabrik.

Bungkusan coklat yang diberikan kuperhatikan karena agak lebar.

"Apa ini pak? " Tanyaku.

"Tak dak apa apa, tapi bagus untuk kamu. Masukkan saja ke ranselmu. Nanti di rumah bukanya"

"Oh gitu ya pak." Sahutku sambil menekan nekan bungkusan di tanganku.
"Harusnya tidak perlu seperti ini pak. Saya kan hanya magang. Robby tidak mau diperhatikan seperti ini. Bisa bisa Clemen... "

"Clemen tidak ada urusannya. Bapak memberikan karena kamu memerlukannya" Potong pak Ridwan.

"Terima kasih pak. Tapi Robby mohon untuk tidak memberikan lagi apa apa ke Robby. Dengan magangnya Robby sudah merupakan karunia besar yang Robby Terima"

"Tidak apa apa, Robby."

"Takutnya bapak bapak dan Ibu yang di kantor tau, Robby dan Bapak bisa jadi bahan pembicaraan"

"Loh, kan hanya pemberian, kenapa jadi bahan omongan? "

Aku terdiam. Aku menilai pak Ridwan bukanlah seperti yang di dalam pikiranku, seorang Gay. Karena dia tidak takut bila orang tau dia memberikan sesuatu padaku.

Ini adalah penilaianku sementara.
Pak Novri yang selalu mendekatiku setiap ada kesempatan, kadang membuat aku takut.

****

Selesai meninjau Pabrik dengan segala catatan ku yang akan ku laporkan nanti sepertinya bermuara ke ke SDM.

"Kita makan dulu, By" Pak Ridwan membelokkan mobilnya ke sebuah kedai makan minang.

"Bapak aja yang makan.. Robby seperti biasa bawa bekal. Biar Robby tunggu di mobil saja pak. Robby belum lapar" Jawabku.

"Ini sudah siang loh. Nanti kamu bisa sakit"

"Tidak apa apa pak. Kalau Robby ikut makan, makanan yang saya bawa bisa basi. Tapi kalau bisa makan di dalam Robby ikut"

Pak Ridwan berfikir sebentar.

"Bawa saja" Katanya.

Pak Ridwan mesan makananya dan 2 porsi rendang dan ayam goreng.

"Ini untukmu tambahan nasi yang kau bawa. Makanlah."

Aku menatap matanya.

"Terima kasih pak." Kataku.

Saat makan, Pak Ridwan mencoba mengorek latar belakang kehidupanku yang kujawab apa adanya.

"Hari Sabtu besok Robby ikut ke rumah ya"

"Ke rumah?" Aku menghentikan makanku karena sedikit kaget dengan permintaannya.

"Kenapa? Tidak bisa? Ada acara atau apa? "

Aku terdiam.

"Dirumah bisa ngobrol santai" Lanjutnya. "Sabtu kan setengah hari. Di kontrakan mu tentu tidak ngapa ngapain juga kan? "

"Maaf Pak. Sepertinya Robby tidak bisa. Ada kegiatan karang taruna"

"Ohhh. Ada organisasi rupanya. Tidak apa. Minggu kau bisa datang kalau begitu" Pak Riduan memberikan alamatnya.

MY LIFE BAG. 2Where stories live. Discover now