37. Lanjutan 1.

96 7 5
                                    

"Dan pak Gio mungkin tidak akan mau jumpa lagi dengan Robby bila tau siapa Robby" Lanjut ku.

"Kisah apapun itu, Aku tidak akan menjauhi kamu Robby. Percaya sama aku. Soal besok kerja, aku bisa memberi tahu pak Ridwan kau bolos karena di panggil dari kampus. Tenang saja. Ceritalah."

"Baik. Tapi janji akan mengantar pulang. Robby tidak tau mau kemana, ini tempat tidak pernah tau soalnya"

"Nginap di rumahku. Kan Papi sama Mami sudah bilang. Itu artinya mereka suka melihat kau Robby"

"Beda dengan penilaian Robby"

"Ceritalah"

Aku menarik nafas lalu menghembuskannya. Aku tidak perduli lagi andainya pak Gio akan menjauhiku bila tau dia bahwa aku seorang Gay. Tidak perduli. Toh baru kenal ini.

"Robby merantau ketika duduk di bangku SMA kelas 2 semeter pertama. Merantau karena diusir dari rumah"

"Diusir? Kenapa? " Pak Gio bersemangat ingin tau ceritaku selanjutnya.

"Bermula dengan kedatangan bapa Uda ku dan keluarganya  ke kampungku untuk suatu pesta. Bapa udaku yang tampan... "

Aku menceritakan sewaktu tidur malam itu bersama udaku.

"Besoknya malapetaka itu terjadi pada diriku. Aku digampar, bibirku mengeluarkan darah, kepala ku di benturkan hingga aku pingsan" 

Aku terbayang kemasa silam. Wajah Ayahku yang sudah tiada membuatku sedih dan emosi. Tangis tiada guna lagi.

"Robby... " Bisik pak Gio.

"Sebenarnya Robby tidak sanggup pak. Robby tidak sanggup" Kataku sedikit emosi. Pak Gio mengambil sapu tangannya dari saku celananya lalu memberikannya padaku.

"Robby tidak akan menangis, pak. Itu sebuah kisah di masa lalu"

"Robby kalau kau tidak mau melanjutkan, tidak apa apa."pintanya.

Aku tersenyum.

" Tanggung pak. Robby lanjut ya"kataku seakan kisahku tidak sedih

Pak Gio hanya mengangguk

"Ayah dan Ibuku tidak bisa menerima penyimpangan ku. Karena mereka taunya pada waktu itu aku sedang berpacaran dengan seorang siswi se kelasku. Pada saat itu juga aku diusir seperti seekor anjing... "

Pak Gio mengusap usap punggungku dan menempelkan dagunya di pundak kiriku hingga nafasnya kurasakan di kepalaku.

"Aku mengurus semua surat pindah sekolahku. Dengan alasan sekolah di tempat udaku, kepala sekolah memberikan surat surat yang aku butuhkan."

Pak Gio bangkit dari duduknya menuju mobilnya dan kembali dengan botol minum di tangannya.

"Minum, By"

Aku menerimanya tapi tidak ku minum.

"Dengan modal uang pemberian ayahku, subuh subuh aku meninggalkan rumah. Yang membuatku sedih waktu itu, adekku Miko namanya, aku harus pisah dengannya. Eh.. Adekku tampan loh pak" Kataku dengan senyum

"Pastinya... Dilihat dari raut wajahmu, adekmu pasti tampan seperti kamu Robby"

"Bapak hanya melihat ketampanan. Relatif itu. Iya laki laki ya tampanlah pak"

"Heheeheh. Iya masa cantik"

"Berbekal uang seadanya, aku mencari kontrakan di pinggir kali yang ternyata banjir hahahaha. Pernah Robby mengungsi gara gara banjir hahahaha... " Tawaku sepertinya tak dak menarik bagi pak Gio.

"Mendaftar di sebuah yayasan Swasta, aku memohon mohon agar uang sekolahku sekolahku diberi keringan. Kepala sekolah memberikannya dengan sebuah tantangan. Aku akan mendapatkan beasiswa bila aku menjadi juara umum"

MY LIFE BAG. 2Where stories live. Discover now