25. Di Cap Gigolo

127 6 3
                                    

Terlambat bangun, pagi itu aku membeli sarapan sebagai penggaanjal perutku bekal kuliah semangkok lontong sayur.

Hari yang indah, karena udara segar efek dari turunnya hujan semalam. Pikiran yang positif dan niat kuliah yang benar itu saja keinginanku.

"Sudah mau berangkat kuliah dek Robby" sapa tetanggaku yang pria paruh baya sedang memberikan makan burung peliharaannya.

"Ya bang. Burungnya gak berkicau bang" Balas ku.

"Burung yang mana nih"

"Burung dalam sangkar" Jawabku sambil terkekeh. Karena dia tau maksudku, Duda seorang pegawai negeri Sipil yang kutau dari ceritanya ditinggal cerai 3 tahun yang lalu.

"Kalau yang ini berkicau nanti dek Robby. Kalau yang ini berkicau kalau lagi.... ahhh sudahlah. Kau selalau menggoda abang" Sahutnya.

"Dikasih minum bang yang di sangar, kalau yang itu biarkan mengeluarkan air minum. Biarkan dalam sangkar burung perkutunya, dan yang itu lepasin bang, biar nyari sangkar" Candaku.

"Hahhahhaaha.. " Tawa kami. Dan aku pamit untuk berangkat

****

Suara dari ruangan kelas kuliah kami kudengar begitu ramai saat aku mendekati kelas.

Ucapan selamat pagi buat teman temanku pagi itu tidak disahuti karena mereka berkumpul di pojok belakang ruangan.

"Ternyata seorang Gigolo. Pemuas nafsu" Kata Rizky yang kudengar jelas.

"Bayaran ternyata. Pasti besar itu pisangnya" Timpal Bianka yang dulu naksir padaku.

Aku memebereskan buku buku yang akan ku pelari hari ini. Tapi mereka semakin seru membicarakan Gigolo yang dimaksud.

Kata kata Gigilo pemuas nafsu masih di ucapkan ketika dosen pengajar kami masuk.

"Siapa yang Gigolo, Gus" Tanyaku ke Tubagus teman semejaku.

"Gak tau By" Bisik Tubagus menjawab ku.

"Selamat pagi" Ucapa dosen kami yang kami sambut serempak.

Dosen kami menanyakan kata kata yang di dengar. Gigolo. Dia tidak ingin nama almamater kami tercoreng hanya karena satu orang. Dosen kami mungkin tidak mau tau bahwa mahsiswi banyak yang menjadi 'Ayam Kampus'

"Siapa? " Tanyanya dengan suara lantang. "Kuliah tidak akan saya lanjutkan kalau tidak ada yang bicara" Lanjutnya sambil berjalan di lorong meja meja kuliaah kami.

"Robby, pak" Jawab Cisco yang naksir aku.

"Hah? Aku? " Jawabku spontan. Semua mata tertuju padaku.

"Diam dulu Robby. Biar Bapak yang bertanya. Cisco, dari mana kau tau bahwa Robby seorang Gigolo"

"Muchlis yang bilang pak"

"Muchlis? Kau... Darimana berita itu kau dapatkan, Lis" Dosen kami semakin bingung.

"Tadi pagi pak Satpam ngomong sama Muchlis, pak" Jawabnya. Semua terdiam.

"Cisco tau dari Muchlis, terus dari Satpam. Kenapa berita macam ini jadi pembicaraan kalian" Ujar Dosen kami sambil melihat ke aku.

"Maaf Pak. Ini harus diluruskan. Robby bisa bisa bulan bulanan se Universitas pak. Harus di clearkan sekarang" Pintaku. "Robby tidak Terima di cap Gigolo"

"Panggil satpam. Kau Cisco, panggil satpam" Suara keras Dosen kami.

"Iya iya pak" Jawab Cisco

Dosen kami masih emosi memberi arahan dan nasihat kepada kami menunggu satpam dan Cisco datang. Dia pun keluar entah urusan apa.

MY LIFE BAG. 2Where stories live. Discover now