26. DALAM RANGKA DIES NATALIS

109 8 0
                                    

Pemilihan peserta untuk diikutkan dalam perlombaan tiap cabang olahraga dan seni dalam rangka Dies Natalis Universitas kami dimulai setelah jam kuliah.

Terpaksa hari itu aku tidak mengamen yang membuat tabunganku tidak bertambah.

Ketua kelas kami menanyakan apa saja yang bisa kami ambil bagian.
Aku sengaja tidak memilih satupun yang ditawarkan sperti Badminton, volley, pop Songs yang sebenarnya bisa aku ikuti.

Semua itu aku lakukan karena stempel yang sudah meraka sematkan pada diriku sebagai Gigolo.

"Maaf aku tidak bisa apa apa.. " Jawabku ketika ditanya.

"Jangan begitulah Robby." Protes ketua kelas kami. "Ini menyangkut Fakultas kita loh" Lanjutnya.

"Aku hanya penggembira sajalah. Tak bisa aku" Elakku.

"Maaf" Suara Poniman dari belakang. "Aku mohon Robby, ikut saja apa yang kamu bisa" Lanjutnya.

"Hah! Emang kenapa Man? Robby bisa apa saja" Ketua kelas kami.

"Robby bisa ikutan Pop Song. Aku pernah mendengar suaranya saat dia mengamen beberapa waktu lalu." Katanya. Semua mata tertuju padaku.

"Nah itu bisa, By."

"Maaf Bang. Sekali lagi aku minta maaf. Tidak bisa" Kataku.

"Jangan begitu By"bisik Erlan sahabatku. " Kalau bisa ambil aja apa bisa kamu lakukan, ini demi kampus kita"lanjutnya. "Kami yang berkawan sama kau akan tetap mendukungmu"

"Gimana By? Bisa kan? Kesampingkan dulu tuduhan teman teman"

"Ok. Aku bisa semua yang dilombakan. Kalian yang menentukan aku mau ikut apa, termasuk mau puasin yang gatel" Kataku. "Daftarkan saja. Kapan waktunya tinggal bilang, aku masih ada kepentingan, pelanggan ku banyak hari ini"Kataku.

Teman temanku melongo aku berbicara begitu.

"Ok, aku mohon pamit" Kataku lalu mengambil ranselku dan pergi.

"Robby, tunggu" Suara Erlan dibelakangku. "Mau ngamen ya? "

"Demi sesuap nasi, Lan. Kau masuklah. Jangan pulang hanya karena aku"

"Kau bisa apa saja, By, biar nanti aku bilangkan sama mereka"

"Udah kubilang apa saja aku bisa, asal jangan bentrok jam mainnya. Badminton, volley, Pop Song, karate kalau ada" Jawabku.

"Ok.. Ok... Aku balik ke kelas, kau pergilah. Hati hati kau"

****

Sampai saat ini sudah hampir melewati bulan, aku belum tau siapa orang mengatakan aku yang Pemuas Nafsu. Tapi predikat itu masih saja kudengar dari teman kuliahku yang membuat semakin jarangnya aku bergaul di Kampus.

Melewati Pos Satpam, aku menemui Satpam untuk menanyakannya lagi. Tapi tetap nihil. Tidak ada orang yang datang lagi untuk jumpa denganku.

Yang bikin emosiku naik, celotehan seorang Mahasiswa dari kampus lain menawarkan dengan bayaran. Seorang mahasiswi.

"Busyettt! Darimana kau tau aku seorang Gigolo? " Tanyaku pelan biar orang tidak tau apa yang kami bicarakan.

"Itu tidak penting Tampan. Yang penting bisa tidur tidak sama aku? Berapa tarifmu? "

"Maaf, aku bukan seperti penilaianmu, salah alamat" Kataku dan meninggalkannya.

"Ya Tuhaaaaaan. Kenapa bisa menyebar begini? Sampai beda kampus mencap aku seorang Gigolo. Siapa lagi yang menebarkan fitnah ini. Seorang perempuan lagi. Apa moralku sudah serusak itu"

MY LIFE BAG. 2Where stories live. Discover now