19. Datang Silih berganti

105 8 1
                                    

Sepertinya tidak nyaman bagiku mengikuti kuliah karena kedatangan Mulyono, Singgih dan Pierr.  Bahkan Darwin meminta teman Mahasiswa ku untuk mempertemukan kami di sebuah warung makan dengan cara berbohong, dengan mengatakan Dia adalah saudaraku dari kampung.

Yang paling parah adalah ancaman Om Pierr.
Bila aku tidak mau menemuinya, aku akan di do dari kampus.

Apa yang harus aku lakukan?

Beberapa kali surat yang diberikan oleh satpam kampus selalu ku abaikan.

Aku termenung di kontrakanku memikirkan ancamannya.

"Kau tau bahwa Om adalah paman yang di akui di kampusmu. Kau boleh pilih, temui Om atau kamu akan keluar dari kampusmu" Itu isi surat terakhir yang aku Terima dari satpam.

Setelah aku pikir bahwa tidak mungkin  aku mengakui bahwa dia bukan pamanku. Meninggalnya Ayahku pun, pihak kampus memberitahu ke Om Pierr. Segala sesuatu menyangkut aku di kampus pasti Om Pierr tau.

"Aduuuh Gusti. Tuhan tolong aku" Keluhku.

Maka kubaca ulang surat yang dititipkan.

"Sabtu minggu ini, temui aku di Hotel " H' pukul 7 malam." Isi suratnya.

"Sinting. Gila. Dasar manusia bejat." Sumpah serapah ku. "Apa dia tidak bisa mencari orang yang bisa memuaskannya. Apa harus aku? Manusia apa ini? Kontooooool kau Pierr" Gumamku.

Bayangan Singgih, Mulyono, bahkan Darwin bergantian di pelupuk mataku.

"Kenapa mereka tidak nekad seperti kau Pierr" Jerit hatiku.

Seandainya nekad pun, hanya Mulyono yang akan aku layani. Biar bagaimanapun dia adalah cinta pertamaku. "Kau Pierr? Hanya kau yang suka, sedangkan  aku hanya sekedar menyukaimu. Itupun karena kau seorang Polisi" Gumamaku.

Aku seperti orang sinting bebicara sendiri akibat dari ancaman Pierr. Gilaaaaaaa

Aku terbawa tidurku karena lelah pikiran akibat sepucuk surat ancaman Pierr.

****

Menunggu hari Sabtu, ku sibukkan diriku dengan mengamen sepulang kuliah.
Sedikit harap bisa melupakan kegalauan hatiku.

Bis kota demi bis kota aku naiki demi menghibur diriku sambil mencari uang.

Sore setelah resto resto pinggir jalan buka, tidak luput dari kunjungan mengamen ku.

Naas bagiku, Singgih yang berulang kali menitipkan surat dan selalu ku abaikan hampir menabrak ku ketika aku mau menyeberang.

"Anjiiiiiiiing kau. Monyeeeettt" Teriakku menghindar dan akhirnya aku gagal menyebrang setelah mengamen di SEA Food pinggir jalan.

Mobil yang ku sumpahi malah memundurkan mobilnya dan berhenti tepat di hadapanku.

Aku mengetuk ngetik kaca mobilnya agar dia turun mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Kaca mobil diturunkan.

"Bangsss...... " Suaraku tertahan melihat siapa yang didalam mobil dengan senyumnya.

Aku segera mundur untuk menghindar.

"Robby... Tunggu" Suaranya dari dalam mobil. Aku berjalan cepat melawan arah mobilnya.

"Sial" Gumamku tanpa menoleh kebelakang.

"Robby... Robby.... Tunggu" Singgih berlari mengejarku.

"Bang tunggu tuh, ada yang manggil" Suara pejalan kaki memanggiku. Akupun menoleh.

"Robby.... Aku ingi  bicara" Singgih sudah dibelakangku.

Aku berjalan pelan tapi tidak menoleh.

Singgih memegagng tanganku untuk menghentikanku.

MY LIFE BAG. 2Where stories live. Discover now