11. JADI SAHABAT

135 12 6
                                    

Di dalam mobil yang mengantar kami pulang ke tanah rantau, banyak yang kami bicarakan antara aku dan Singgih.

Indahnya desaku hingga masa depanku dan arah hubungan kami.

"By, Om minta maaf kalau ada kata kata yang salah ya"

"Bicara saja juga belum, sudah minta maaf. Bicaralah"

"Tentang kata kata Ibu ke kemaren"

"Ada yang salah? Menjadi beban pikiran? "

"Menjagamu, By. Takut tidak bisa melakukannya. Kau sudah dititipkan ke Om"

"Tidak usah dipikirkan. Hidup Om Singgih jangan berubah hanya karena itu. Namanya juga orang tua, pasti khawatir tentang anaknya. Robby beberapa tahun ini bisa melewati masa masa sulit, Om. Jadi jangan terlalu dipikirkan."

"Maksudnya, kau direstui bersama Om secara tidak langsung"

"Hahahahahaha... Kesitu arahnya"

"Biar bagaimanapun, Om menyayangimu, By"

"Robby tau itu. Sampai dibela belain ikut ke kampung, itu bukti Om menyayangi Robby. Tapi... "

"Apa"

"Om Pierr, Mulyono dan yang lain lain bisa menjadi malapetaka nantinya, Om. Mungkin Om belum tau kalau kedai hancur berantakan? Robby tau itu ulahnyan Pierr. Tidak satupun yang bisa digunakan lagi. Biar Robby sendiri yang mengalaminya Om. Om Singgih tidak usah menghiraukan kata kata Ibu."

"Dihancurkan, by?"

"Iya dihancurkan. Robby sudah hampir putus asa. Tapi karena dukungan tetanggaku, bang Agil dan istrinya, Robby bertekad bangun lagi sampai tabunganku waktu kerja terkuras semua"

"Kejam nian dia!"

"Dari pengalaman itulah Robby tidak mau Om Singgih terlibat"

"Om tidak takut sama Om Pierr mu itu walaupun seorang petinggi kepolisian. Berapa dana yang dibutuhkan mengganti semuanya? "

"Om... Jangan gegabah. Robby tidak mau terjadi sesuatu sama Om Singgih. Pierr itu nekad. Soal dana Om tidak usah pikirkan"

"Om coba bantu Robby."

"Tidak usah. Terima kasih empatinya"

Singgih membisu.

"Asal tau ya Om, Robby sendiri jadi kepikiran soal kuliah Robby. Pierr bisa nekad memngeluarkan Robby dari kampus"

"Dikeluarkan? Dengan alasan apa dia seenaknya begitu? "

"Dia sudah di akui pihak kampus sebagai Paman Robby. Bahkan kemaren dia memberiku ongkos pulang kampung, karena pihak kampus memberitahu Pierr. Tidak tau apa yang dibicarakan waktu pertama kali dia datang ke Kampus, hingga teman mahasiswaku waktu itu mengira Robby adalah keponakan kandungnya"

"Gila juga itu orang. Dengan begitu dia akan datang dan datang lagi ke kamu"

"Biarkan dia datang. Dengan begitu Robby akan kembalikan uang yang diberikan ke Robby. Dan nanti Robby tidak akan mau melayani dia lagi"

"Kalau dia maksa? Dan kamu diapa apakan? "

"Itulah sebabnya Robby minta Om Singgih jangan terlalu mengharapkan Robby. Nanti bila kita dijumpai berdua, kejadian kemaren terulang lagi. Robby tidak mau itu. Jadi Robby mohon kita berteman saja"

"Berteman ya" Suara pelan Om Singgih mensyaratkan kecewa.

"Om bisa datang saat weekend. Tapi Sebelumnya memberitahu. Gimana? "

Singgih terdiam dan menyender di kursinya.

"Itu kalau Om mau. Robby tidak bisa kalau sewaktu waktu Om Singgih datang dengan sesukanya. Setiap ingin jumpa datang. Robby tidak mau itu. Kalau ada waktunya Om di akhir pekan, silahkan datang jemput Robby. Dengan begitu Om bebas dengan orang lain selama seminggu"

MY LIFE BAG. 2Where stories live. Discover now