17. PINDAH KONTRAKAN

130 8 2
                                    

Sebelum Ibu dan adekku pulang kampung, atas saran Ibu aku harus pindah dari tempatku agar tidak ada yang mengganggu.

Lama aku dan ibu berembuk dengan adu argumentasi yang kadang membuat sakit hatiku timbul kembali.

Tetapi mengingat bahwa tidak ada lagi Ayah disampingnya akhirnya aku mengalah demi kesehatan Ibuku.

"Iya bu, Robby akan cari kontrakan" Begitu jawabku.

Sebenarnya aku enggan pergi dari kontrakan ku karena bisa leluasa mengekspresikan diri dengan berjualan.

Tapi mengingat kasih dan sayang  ibuku, akupun menuruti.

****

Sebuah perumahan yang dibangun pemerintah (Perumnas) akhirnya kutemukan. Dengan bersusah payah aku mencarinya tapi hanya dalam sehari.

"Bu, sudah Robby temukan rumahnya. Ibu harus lihat dulu agar tidak menyesal nantinya" Kataku sekembalinya di suatu sore.

"Ibu percaya sama kamu, nak. Ibu tinggal bayar saja. Tapi baik juga kalau kita melihatnya. Apa jauh dari kuliahmu, nak? "

"Tidak bu. Hanya tempatnya ramai. Robby sebenarnya tidak terlalu suka yang ramai"

"Looohhh... Kenapa kamu tidak cari yang sepi. Ibu setuju saja dimana kamu tinggal, asal tidak mengganggu kuliahmu, nak"

"Biar tidak cape, bu. Lama lama juga Robby ak kan terbiasa."

"Jangan beritahu sama teman mu itu, si Mulyono"

"Ibu... "

"Ibu tak suka. Sama si Singgih juga. Lebih baik kau bergaul sama teman teman kuliahmu seperti yang ibu lihat kemaren itu"

"Iya bu. Iya. Robby tidak akan beritau mereka"

****

"Robby mau kemana bang? "

"Lihat kontrakan baru"

"Hah? Kontrakan baru? " Agil sedikit terkejut aku menyebut kontrakan baru.

"Iya, ibu minta aku pindah dari sini. Tidak boleh berdagang"

"Lah urusannya apa bang? "

"Panjang ceritanya, bang"

"Terus... I... " Agil tidak meneruskan pertanyaannya karena kepotong.

"Robby hibahkan ke bang Agil"

"Hibahkan bagaimana, By? "

"Bang agil yang jualan. Semua peralatan Robby serahkan ke bang Agil dan teteh, biar abang ada usaha tetap."

"Iya Nak. Robby biar kuliah saja. Ibu masih sanggup membayar kuliah nak Robby. Jadi apa kata Robby, nak Agil Terima saja."

Agil dengan terharu memelukku.

"Makasih bang. Kebaikan bang Robby akan mendapat balas baik dari Allah. Dan juga Ibu"

"Jagain sana. Mulai besok itu milikmu. Tapi hasil hari ini buat ongkos ongkos kami dulu, bang"

"Ambil bang. Ambil."

"Kami pergi dulu. Mau lihat kontrakan"

"Naik apa bang Robby? "

"Tuh beca"

"Emang dekat"

"Rahasia"

"Nak Agil, tolong ya, kalau ada yang tanya, jangan beritahu apapun. Rahasiakan" Pesan ibuku ke Agil.

"Beres, Bu. Agil akan jaga bang Robby dari siapapun" Jawab Agil

****

Dalam perjalanan kami menuju kontrakan yang aku temukan, dari jarak pandang 6 meter sebuah mobil sedan menghadang kami hingga abang becaknya merem mendadak karena begitu dekat.

MY LIFE BAG. 2Where stories live. Discover now