9. BERITA DUKA CITA.

144 12 3
                                    

Sudah jatuh tertimpa tangga. Mungkin istilah ini tepat sekali di ungkapan ke aku. Bagaimana tidak, Baru saja uangku habis membetulkan usahaku seminggu yang lalu, berita duka aku Terima dari pihak kampus pagi ini.

"Robby, kau ditunggu di ruang Rektor" Ucapan dosen ku yang mendekatiku membuat mata teman kuliahku tertuju ke aku semua.

"Rektor pak? " Tanyaku lemas.

"Apalagi ulahnya Om Pierr ini. Apa dia mengeluarkan aku dari Universitas juga? " Om yang langsung ada dalam otakku.

"Ya, kamu ditunggu. Cepat kamu temui sana"

"Baik Pak. Robby kesana"jawabku.

" Kau kenapa, By?"tanya temanku. Aku tidak menjawab, karena aku tertuju ke ruang Rektor.

Tok

Tok

Tok

"Masuk!" Suara dari dalam sana.

"Selamat pagi, pak"

"Robby..... Si tampan yang terkenal" Pujian pak Rektor tidak seketika menghilangkan Pierr dari benakku.

"Makasih pak, pujiannya" Jawabku.

"Duduk, Rob"

"Makasih, pak"

Pak Dekan memintaku untuk tidak kaget mendengar berita yang akan disampaikan yang diterima pihak kampus kemaren sore.

Siapa yang membawa kabar ini? Apa omku yang telah membuat aku diusir? Atau Benny?

"Tenangkan pikiranmu. Tenang menerima apapun yang sudah digariskan Allah kepadamu, Robby"

"Iya Pak. Robby akan mencoba" Jawabku.

Rasa benci ku terhadap Ayahku seketika hilang lenyap. Kubayangkan Ayahku terbujur kaku dalam peti mati. Air mataku seketika menetes.

"Robby, yang sabar nak" Ujar Rektor ku. "Kau boleh izin selama semingu, mengingat jauhnya kampungmu"

"Terima kasih atas izinnya, pak"

"Oh iya, kalau bisa hari ini kau berangkat saja. Ini ada titipan dari Om mu, pak Komandan"

"Hah..?"

"Kenapa Robby? Pihak kampus memberitahu ke pak Komandan. Biar bagaimanapun, kau sudah dianggap sebagai anaknya. Terima ya! "

"Sial" Umpat ku dalam hati. "Masih bisa berbaik baik dia sama aku. Apa maksudnya si setan itu"

"Tidak usah pak. Kembalikan saja sama Om Pierr. Sudah terlalu banyak bantuannya ke Robby"

"Tidak bisa, Robby. Ini amanat yang kami terima. Kau harus terima ini"ucap pak Rektor sambil menyodorkan amplop ke hadapanku.

" Dengan cara apa Om Pierr memberikannya, pak? "Tanyaku ingi  tau.

" Ditransfer melalu rekening admin"

"Baik. Robby terima, pak. Sampaikan salam hormat Robby ke Om Pierr"

"Baik. Sekarang kamu boleh pulang, kalau bisa langsung ke kampung"

"Baik Pak, hari ini juga Robby pulang kampung" Jawabku dan keluar dari ruangannya.

Kematian Ayahku tidak ada dalam fikiranKu selain rasa benci yang mendalam ke Om Pierr. Kenapa dia melakukan ini ke aku? Rasa kasihan? Apa agar bisa mendekati ku lagi?
Tidak akan aku Terima dia.

Uang yang diberikan akan aku kembalikan. Itu janjiku dalam hati.

****

Keramaian terminal menjelang siang itu, menghilangkan semua perasaan kalut dalam hatiku.

MY LIFE BAG. 2Where stories live. Discover now