35. Kantor

89 4 3
                                    

Senin pagi,  kami tidak melihat pak Ridwan berada di kantor.
Staf pada berkumpul di mejanya pak Novri bergosip ria.

Ketika pintu kubuka karena aku hendak ke toilet, Pak Ari memanggilku.

"Sabtu kemaren ke rumah pak Ridwan ya By" Pak Ari bertanya.

"Betul" Singkat jawabku.

"Acara apa, By"

"Sepertinya ulang tahun"

"Kenapa sepertinya.. Kan kamu datang ke sana"

"Hanya sebentar"

"Aneh ya. Anak magang di undang. Kita kita tidak" Ujar bu Devi.

"Maaf, Robby ke toilet" Kataku.

"Silahkan, Robby"

Saat kembali dari toilet mereka masih berkumpul entah membicarakan apa karena saat aku masuk mereka diam.
Pak Novri melihatku, tapi tidak kubalas tatapannya.

Hingga menjelang istirahat, aku dan Clemen berkutat dengan pekerjaan kami. Tidak ada pembicaraan kalau bukan urusan kerja. Karena Clement orangnya pendiam.

****

"Robby di tanya sama pak boss tuh" OB kami menghampiriku di pantry saat aku hendak mengabil air minum.

"Ditanya bagaimana maksudmu, bang"

"Dia ada dirungan Ayahnya, Big Boss"

"Urusannya denganku? Heh, bang aku ini hanya anak magang, bukan staf untuk apa boss menanyakan ku. Emang pak Boss nanya gimana"

"Robby masuk tidak, ya ku jawab, namanya magang kerja masuklah"

"Kirain nanya kerjaan. Aku makan dulu ya bang. Kalau jumpa lagi, bilang saja apa adanya"

"Ok bang. Oh ya ada yang titip salam. Cewek cantik"

"Cewek cantik? "

"Bagian keuangan. Tadi dia titip salam. Namanya Prianty. Cakep dah bang."

"Enggak dah. Makasih." Akupun meninggalkannya.

'Apaan lagi... Cewek nitip salam. Emang kontolku apa bangun bila  dekat sama dia? Enggak lah. Fokus magang dan kuliah, itu targetku"Gerutuku sambil jalan.

Sendirian menikmati makan siangku, karena staf makannya yang enak enak di luar sana, termasuk Clemen yang punya orang tua orang berada.

Aku tidak memperhatikan bahwa ada orang yang mengintaiku karena pintu agak terbuka, biar bau makananku tidak mengendap di ruangan kerja kami.

"Enak makannya, By" Suara pak Gio di pintu.

Mataku tertuju padanya. Sedangkan tanganku memegang tutup tempat makanku mengalingi nasi didalam tempat makanku.

"Apapun dinikmati pak. Buatan Ibuku" aku masih berbohong. Padahal aku sendiri yang memasaknya. "Maaf Robby tidak nawarin.. Nasi sama teri goreng saja soalnya"

"Selagi masih bisa menikmati, kita syukuri Robby"

Mendengar kata kata pak Gio, rasanya adem hati ini. Tidak ada sedikitpun rasa angkuhnya walaupun dia pemilik perusahaan. Rendah hati, baik, tampan sepertinya semua yang baik baik patut di sematkan ke dia.

"Ini Robby lagi mensyukuri pak, makanya Robby makan. Oh iya.. Maaf yang kemaren"

"Tidak apa apa, By. Toh sudah lewat ini. Eh bajumu bagus, warnanya aku suka"

"Pemberian pak Ridwan. Andai kemaren itu pak Ridwan memberi tahu, akan ada ulang tahun, mungkin ini yang akan Robby pakai. Soalnya Robby tidak ada pakaian bagus. Sayang... "

MY LIFE BAG. 2Where stories live. Discover now