mama astrid pulang

137 11 7
                                    

Seharian ini naren belum keluar karna dia merasa badannya meriang,dia hanya rebahan di kasurnya,tak banyak yg dia lakukan hanya sesekali dia kekamar mandi.

Mamanya hari ini akan pulang,naren terlihat bahagia selain dia merindukan adiknya orang yg paling ingin dia temui setelah adiknya adalah mamanya,ya memang mamanya sangat sibuk,semenjak papanya meninggal mamanya semakin jarang pulang karna sibuk akan urusan bisnis.

_____________________________________

Mobil mama astrid sudah terparkir digarasi,mamanya menenteng beberapa paper bag,ya setiap pulang mamanya selalu membawakan sesuatu untuk 2 anak bujang kesayangannya itu.

Mama astrid lebih dulu masuk kekamar nares,ternyata sama dengan naren,nares juga tengah rebahan.

Terdengar suara ketukan di pintu kamar nares.

Tokk...tok...tok...

"Masuk"

"Mama" nares langsung bangkit dari tidurnya.

"Adek,mama kangen banget loh,adek baik-baik aja kan"
"Ini mama bawain sesuatu buat adek,yg satu buat kakak"

"Ngapain si mama beliin buat dia juga"
"Dek,gak boleh gitu dong sama kakak,mama beliin buat kakak ya biar kalian gak saling iri"

"Biarin gak usah dibeliin dia,orang pelit kaya gitu"
"Adek"
"Kok ngomongnya gitu,emang kakak pelit kenapa hm?"

"Aku minta uang ke dia,malah dia alesan gak ada terus dia marah"

"Masa kakak marahin adek?"
"Iya ma,mama gak percaya sama nares?"

"Yaudah biar mama yg negur kakak"
"Kakak dikamar kan?"
"Iya ma dikamar,marahin dia ma"

Mama astrid pun langsung menuju kamar naren,sedangkan nares tersenyum melihat kakaknya akan dimarahi mamanya.

Tanpa mengetuk pintu kamar naren,mama astrid langsung masuk begitu saja,terlihat naren sedang duduk bersandar di ranjangnya,naren pun kaget melihat mamanya,tangan kanan naren yg sedari tadi tremor langsung dia sembunyikan dibalik selimut agar tidak ketahuan mamanya dan membuat mamanya panik.

"Mama"
"Kapan mama pulang?" Naren menyambut mamanya dengan senyuman

"Kak"
"Mama mau ngomong sama kakak"
"Ngomong soal apa ma?kok serius banget"

"Adek minta uang ke kakak kan,tapi kenapa kakak marahin adek hm"
"Uang yg mama kasih habis?"
"Mama gak pernah ya ngajarin kakak buat pelit ke sodara sendiri,mama kan udah sering bilang kalian itu harus saling berbagi"

"Tapi ma,aku gak marahin adek"
"Kemarin aku gak pegang uang mangkanya aku belum kasih,tapi sorenya aku langsung kasih ke adek ma"

"Mama gak mau tau ya,mama gak suka kalau kalian itu berantem atau kakak marahin adek lagi"
"Harusnya kaka juga mikir kalau adek juga sering ngalah buat kakak,kakak gak boleh egois dong apa lagi cuma gara-gara uang kaka marahin adek"

"Ma"
"Aku gak marahin adek"
"Apa pernah selama ini naren marah ke adek?"

"Apa pernah naren egois?naren tau kok adek sering ngalah buat naren,naren ngerti"
"Naren minta maaf udah bikin mama marah"

"Naren gak minta mama buat percaya sama naren,mungkin kemarin naren emang egois naren yg salah"

"Mama gak mau tau ya kak,intinya mama gak mau ini keulang lagi apa lagi cuma karna uang,nanti kamu minta maaf ke adek"

Mamanya langsung pergi meninggalkan naren,selang 5 menit naren pun mulai bangkit dari rebahannya dia mulai menggapai kursi rodanya ia ingin menuju kamar adiknya.

Setelah berhasil duduk dikursi rodanya,naren pun menuju kamar nares,untung saja kamar nares tak terkunci dan pintunya terbuka,naren pun langsung masuk kamar adiknya itu.

"Dek"

Naren pun mulai mendekati nares

"Dek,kakak minta maaf ya kalau kemarin adek ngira kalau kaka marah"

"Maafin kakak ya"
"Maaf kalau kakak juga egois ke adek,harusnya kaka sadar kalau adek banyak bantuin kakak"

"Maaf ya dek"
"Emang enak dimarahin mama lu"

Naren hanya tersenyum tipis ke arah adiknya

"Udah pergi sana,lu tu bau"
"Badan lu bau obat semua,sono pergi"

"Kaka kesini cuma mau minta maaf,kalau gitu kakak pergi dulu"

Naren pun langsung kembali ke kamarnya,mendengar ucapan adiknya kalau dia bau obat,naren pun langsung pergi kekamar mandi dan membersihkan badannya,dia tak mandi karna badannya terasa meriang,naren hanya menyeka tubuhnya agar tetap bersih dan berganti pakaian.

Sore ini om damar juga datang,ya om damar datang untuk memastikan kondisi naren,saat masuk ke dalam rumah om damar melihat mama astrid tengah duduk di teras belakang akhirnya om damar pun menghampiri mama astrid.

"Strid"
"Damar"

"Udah lama kamu disitu?"
"Baru aja,aku kesini cuma mau lihat naren"

"Kenapa?kok kelihatan suntuk banget kamu"

"Enggak,aku habis marahin naren"
"Kemarin dia habis marahin adiknya karna adiknya minta uang"

"Sabar"
"Kamu pulang cuma mau marah-marah?"

"Harusnya kamu dengerin naren dan nares cerita jangan langsung kamu marahin,apa lagi kalau kamu cuma tau dari satu sisi aja"
"Bisa jadi ini cuma salah faham strid"

"Iya,nanti aku coba ngomong lagi sama naren,dan minta maaf ke dia udah marah-marah dan ngomong yg enggak-enggak tadi ke naren"

"Oh ya,ngomong-ngomong aku tadi lihat kursi roda dikamar naren,apa naren kambuh lagi waktu aku gak dirumah mar?"

"Kamu terlalu sibuk kerja,sampe kondisi anakmu aja kamu gak tau strid"
"Naren gapapa,dia bilang ke aku kakinya lagi sakit,sama beberapa hari badannya lagi lemes,mangkanya aku suruh pake kursi roda dulu"

"Beneran gapapa kan?"
"Kenapa kamu gak coba tanya sama naren?"

"Kalau aku tanya sama dia,pasti dia bakal jawab gapapa dan gk jujur kalau lagi sakit"

"Karna anakmu tau pasti kalau dia jujur kamu akan khawatir strid,luangin waktu lebih banyak untuk mereka,kamu terus-terusan kerja ngebiarin naren dan nares kehilangan sosok ayah dan ibunya,mereka udah kelihangan figur ayah jangan sampe kehilangan figur kamu juga"

"Aku kerja juga demi mereka mar"
"Tanpa kamu harus turun kelapangan uang tetap akan ngalir terus strid"

"Aku tau jadi kamu juga berat,kamu hebat bahkan dari dulu kamu udah hebat,ngebesarin naren dan nares sendiri pasti gak gampang"

"Lakuin apa yg ngebuat kamu bahagia strid,tapi kamu juga harus ingat masi ada naren dan nares yg butuh kasih sayang kamu"

"Makasih ya mar,dari dulu kamu gak pernah berubah"

Om damar pun memeluk mama astrid dan memgusap lembut punggung mama astrid.

"Aku bangga sama kamu,naren dan nares pasti juga bangga punya mama sehebat kamu"

730 Hari bersama NarendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang