Hari jumat adalah hari yg ditunggu narendra,dia biasa sholat jumat di masjid yg ada dikompleknya,seperti biasa narendra berangkat jumatan sendiri.
Setelah mandi dan berganti baju tak lupa naren memotong kukunya karna sunnah dihari jumat,setelah itu naren juga memakai wewangian.
Narendra berniat setelah jumatan dia ingin pergi ke mall untuk membeli kado untuk adiknya,meskipun ulang tahun mereka sudah terlewat jauh.
Naren pun mengambil tasnya dan mulai mendorong kursi rodanya sendiri,kebetulan di ruang keluarga ada oma,naren pun berpamitan ke oma.
_____________________________________
"Oma naren pamit ya,naren mau sholat jumat di masjid depan" ucap naren ke oma,tapi tak ada jawaban dari oma,jangankan dijawab oma pun tidak melirik ke arah naren."Naren pamit ya oma,maaf naren gak salim dulu soalnya naren udah wudhu"
"Solat ya solat aja sana"
"Gak usah kePDan saya juga gak mau salaman sama kamu"
"Berangkat sendiri gak usah minta anter pak toto"Naren tak memberi jawaban apapun,tapi naren hanya memberikan senyuman ke arah omanya,setelah itu naren pun melanjutkan pergi untuk sholat jumat.
Jarak rumah ke masjid sebenarnya cukup dekat jika berjalan normal mungkin sekitar 10menitan sampai,tapi karna naren harus memakai kursi roda naren harus memakan waktu 15menitan lebih.
Setelah 15menitan lebih akhirnya naren sampai ke masjid belum terlalu banyak orang yg datang,terlihat naren cukup kelelahan.
"Eh mas rendra,sendirian aja mas" ucap pak slamet,marbot masjid disana
"Iya pak sendiri" narendra pun melempar senyuman ke arah pak slamet,setelah itu rendra melihat urine bagnya kembali penuh,nares pun terlihat agak kesal padahal sebelum berangkat dia sudah membersihkan dirinya,mau tidak mau naren harus kekamar mandi lagi untuk mengosongkan urine bagnya.
Setelah urine bagnya kosong,naren pun kembali bersuci dengan wudhu,setelah mengambil wudhu,naren ingin berdiri untuk masuk ke masjid,tetapi kakinya masi terasa sakit.
"Ayo kaki,harus kuat aku mau sholat" batin naren.
Dengan penuh effort naren pun berhasil berdiri meskipun dia harus sedikit menahan rasa sakit,naren pun meninggalkan kursi rodanya di luar maajid,naren pun berjalan pelan masuk masjid,naren pun mencari pegangan apapun itu untuk membantunya berjalan,pak slamet yg mengetahui naren kesusahan untuk berjalan pun membantu naren.
"Saya bantu mas" pak slamet pun memapah narendra,sebenarnya pak slamet ingin membawa naren di saf yg depan tapi naren menolak.
"Pak jangan terlalu depan ya,saya di belakang gapapa"
"Mas rendra bisa solat sambil berdiri?"
Naren pun tersenyum ke arah pak slamet "belum bisa pak,dirumah kalo sholat dikursi roda biasanya,kaki saya masi agak sakit soalnya pak"
"Yaudah nanti saya kasi kursi biar mas rendra bisa duduk" pak slamet pun membantu naren untuk duduk,setelah itu pak slamet,cukup penasaran dengan kresek hitam yg dari tadi dipegang naren.
"Ini apa mas?" Ucap pak slamet sambil menunjuk ke arah kresek hitam itu.
"Ini urine bag pak,saya buang air kecilnya lewat selang ini" pak slamet pun melihat jika urine bag baru saja tadi dikosongkan itu sudah terisi lagi.
Terlihat bapak-bapak disamping naren kepo dan berguman jika itu najis.
Meskipun naren tak mendengarnya secara jelas,tapi naren bisa melihat bapak-bapak itu tadi sempat menutup hidungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
730 Hari bersama Narendra
Teen Fiction"aku terus menjadi cahaya untukmu,karna aku tau kegelapan membuatmu ketakutan ze" ucap pria yg sedang duduk disampingku. "gak usah sok puitis deh lu ren,sok jadi cahaya emang lu bohlam lampu apa" Narendra,sapaannya pria yg sebentar lagi usianya 16 t...