4. Dewan Hazard (Part 2)

76 27 16
                                    

Benar. Vivian masih mengingat dengan jelas bahwa Alexa tadi mengatakan jika nama lengkapnya adalah Alexander Graysen Velkano. Lalu mengapa kata Velkano juga ada dibelakang nama Lucifer?

“Apa jangan-jangan mereka kakak-adik?” Tebak Nara.

Mendengar itu, Jessi dengan cepat menanggapi. "Tidak mungkin. Mana ada kakak-adik yang seumuran."

Lucifer dan Alexa berada dalam semester yang sama. Jadi tidak mungkin mereka berdua adalah kakak adik, kecuali....

"Mungkinkah Kak Alexa dan Kak Lucifer adalah saudara kembar?" Nara yang sangat penasaran tidak bisa untuk tidak bertanya.

Kata 'kembar' terus berputar di benak Vivian. Gadis itu kemudian menatap wajah Alexa dan Lucifer secara bergantian. Meskipun keduanya sama-sama tampan, namun Vivian tidak bisa menemukan letak kemiripan di wajah keduanya. Mereka berdua tampan dengan wajahnya masing-masing.

Namun mereka memiliki nama belakang yang sama yaitu Velkano. Orang lain juga mungkin bertanya-tanya seperti dirinya.

Mungkinkan itu hanya kebetulan?

Lamunan Vivian terbuyar saat sebuah suara yang cukup keras menyapu gendang telinganya. Ia terlalu lama melamun hingga tidak sadar jika sosok lain sudah menggantikan posisi Lucifer didepan sana.

“Nama saya Louis Aufal Liavin dari jurusan Teknik Komunikasi. Kalian bisa memanggil saya Kak Louis. Di hazard saya menjabat sebagai Koordinator Departemen Kominfo dan yahh saya satu kelas dengan Kak Lucifer.”

See?

Bahkan hanya dengan menyebut nama Lucifer saja gadis-gadis disana kembali berteriak heboh. Membuat anak laki-laki lain disana merasa terganggu atas pekikan gadis-gadis itu.

Mendengar namanya kembali disebut, Lucifer hanya mengangkat sebelah alisnya. Ia tahu betul jika Louis sengaja melakukannya. Pria itu lantas menyungging senyum diam-diam.

“Bukankah dia cukup tampan?”

“Ya, kau benar. Bahkan ku rasa dia tak kalah jauh dari Kak Alexa”

“Menurut ku apapun itu tetap Kak Lucifer pemenangnya”

“Ketampanannya tidak bisa dibantah!!”

Setelah Louis kembali ke tempatnya, Alexa kemudian berkata. “Mereka yang akan membantu saya untuk mengawasi kalian selama masa OSPEK nanti.”

Untuk ketiga kalinya, Lino hendak berbisik lagi kepada Fighter membuat sang empu merasa jengah. Pria dengan rahang tegas itu sengaja berpura-pura untuk tidak melihat kearah Lino, namun pria berkulit putih pucat disebelahnya justru sedikit menarik lengan bajunya membuat Fighter mau tidak mau sedikit merendahkan tubuhnya.

“Apa kau sudah tau? Semalam banyak orang mengunggah postingan di laman ‘X’ tentang kegiatan ospek yang akan dilakukan disini. Mereka mengatakan jika calon mahasiswa baru seperti kita akan menyesal jika masuk ke kampus ini. Aku juga mendengar bahwa mereka mengatakan hazard-hazard disini sangat jahat.” Lino menjauhkan tubuhnya setelah selesai berbisik.

Sejujurnya Fighter juga melihat postingan-postingan itu semalam, namun ia tidak ingin menyimpulkan segala sesuatunya terlalu cepat.

“Jangan terlalu mudah percaya pada sosmed, fakta dan rumor seringkali dicampur adukan.”

“Tapi bagaimana jika apa yang orang-orang itu katakan adalah benar?”

Sebenarnya Fighter terlalu malas untuk membahas hal ini, tapi sepertinya Lino tidak akan membiarkannya dengan tenang sebelum ia menanggapi ucapannya. Jadi dengan malas ia pun berkata.

HAZARD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang