Beberapa menit sebelumnya, Laura berjalan tergesa menuju ruang hazard dengan 2 kotak makanan di tangannya. Setelah menghilang hampir setengah hari lamanya, ia akhirnya bisa kembali bertemu dengan Lucifer. Laura tidak bisa untuk menahan dirinya untuk tidak tersenyum.
Klik...
Pintu ruang hazard terbuka, Laura segera masuk jedalamnya saat pintu otomatis tertutup kembali. Ia mengetuk pintu putih yang ada di ujung ruangan itu, sebab selain dewan hazard siapapun dilarang masuk tanpa izin dari kelima orang itu.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk." Itu suara Lucifer. Tanpa menunggu lama Laura segera masuk dan mendapati pria yang ia cari tengah tengkurap diatas sofa panjang.
"Kau sudah datang? Apa yang kau bawa, Louis?" Ujar pria itu tanpa melihat siapa yang datang.
Laura meletakkan 2 kotak nasi box yang ia bawa diatas meja kemudian berdiri didekat Lucifer yang masih tidak menyadari kehadirannya. Pria itu pasti berpikir jika yang saat ini berada disana adalah Louis.
Dengan sengaja Laura membuat suara batuk yang cukup keras hingga berhasil membuat Lucifer membuka matanya.
"Aku membawa nasi. Apa kau lapar?"
Mendengar suara wanita, Lucifer segera bangkit dan merubah posisinya menjadi duduk. Wajahnya terlihat begitu terkejut melihat kehadiran Laura disana.
"Laura?! Bagaimana bisa kau tau aku disini?" Katanya yang kini secara refleks merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
Sial! Penampilannya saat ini pasti sangat berantakan.
Gadis berambut cokelat itu tak langsung menjawab, ia mendudukan dirinya tepat disebelah Lucifer yang masih terlihat terkejut.
"Tadi saat kau menelfon, Louis meninggalkan ponselnya secara tak sengaja. Aku mengangkat panggilannya karena Louis tak ku jung kembali. Tapi siapa sangka? Preman keren yang tertulis disana ternyata adalah kau." Laura tersenyum ketika menjelaskan kronologinya. Ia membuka salah satu box nasi yang ia bawa.
Mendengar penuturan Laura, Lucifer kehilangan kata-katanya. Jadi, Louis menyimpan nomor ponselnya dengan 'Preman Keren'? Meskipun ada sedikit pujian disana, tapi kata preman didepannya sedikit mengganggu Lucifer.
"Ayo makan, bukankah kau bilang kau kelaparan?" Tangan kanan Laura terulur untuk menyuapi sesendok nasi kearah pria disebelahnya.
Sial! Harusnya Lucifer tidak mengatakan kata seperti 'kelaparan' tadi, itu membuatnya terdengar begitu menyedihkan.
"Tidak, aku tidak lapar." Tolaknya. Sepertinya pria itu mencoba untuk mengelak.
"Benarkah? Tapi di telfon kau bilang, kau dan Alexa sangat kelaparan."
Melihat Lucifer yang sepertinya sedang menahan malu, Laura akhirnya tertawa lepas. Karena menurutnya, wajah Lucifer sangat lucu saat ini.
"Sial, tadi ku pikir Louis yang mengangkatnya. Aku tidak tau itu kau."
"Hahaha tidak apa-apa. Memangnya kenapa jika kau tau itu aku? Kita ini manusia, jadi wajar saja jika kita merasa lapar. Oh ya, ngomong-ngomong dimana Alexa?"
"Dia sedang mandi disana." Lucifer menunjuk pintu kamar mandi dengan dagunya. Baru setelahnya Laura sadar jika ada suara gemercik air di ruangan itu.
"Jadi, kau mau makan atau tidak?" Tanya Laura.
Lucifer menjawab dengan cepat. "Suapi aku."
Maka dengan senang hati Laura pun menyuapi sesendok demi sesendok nasi ke mulut Lucifer.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAZARD
Fiksi RemajaMenceritakan tentang sebuah organisasi bernama 'Hazard' dan segala sesuatu yang terjadi di Independent University. "Dewan Hazard itu baik tapi juga jahat disaat yang bersamaan."