Happy Reading All 🤍
Desember, 1980
Seorang lelaki tampak terbangun dari tidurnya, ia melihat sekeliling. Dilihatnya bagunan sederhana dengan ciri khas berupa fasad rumah yang unik, dinding berbentuk miring atau yang biasa orang sebut sebagai gaya 'Jengki'. Interior yang ditunjukkan oleh bentuk furniture yang ujungnya runcing, terkesan sedikit berbeda namun tetap rapi dan enak dipandang. Bangunan ini didominasi dengan warna putih dan coklat kayu. Dipan ranjang pun terbuat dari besi yang kini sudah mengelupas dan sedikit berkarat.
Lelaki kelahiran tahun 1963 itu bangkit. Langkahnya menuju pada dinding kamar yang tertutup vitrase bermotif bunga. Tangan kekarnya menyibak vitrase tersebut hingga terlihat pemandangan dari lantai 2. Dilihatnya aktivitas para tetangga yang terlihat sibuk berlalu-lalang. Beberapa sudah siap dengan pakaian rapi dan tas dalam genggamannya. Beberapa pula terlihat menggunakan kaos dan tengah bergotong-royong membangun yang mungkin adalah masjid? Entahlah.
Namun, ada satu hal yang berhasil menarik perhatiannya. Seorang perempuan dengan potongan rambut pendek dihiasi dengan jepitan rambut di bagian tengkuk, jika tidak salah model rambut ini dipelopori oleh artis asal Amerika Serikat bernama Grace Patricia Kelly di awal tahun 50-an. Surainya hitam legam. Atasan yang dikenakan dengan rok A-line lebar coklat terang dan sepatu warna sepadan. Wajahnya cantik dan kedua matanya terlihat indah. Aneh memang jika lelaki ini dapat melihat kecantikan seorang perempuan dari lantai 2. Namun faktanya seperti itu.
Satu yang menjadi pertanyaannya adalah, perempuan itu terlihat berlari tergesa-gesa seolah sedang berada pada pelariannya.
Namun seketika pandangannya menjadi buram. Perempuan itu-perempuan yang ia lihat penampakannya dari lantai 2 bangunan rumahnya-ia tersenyum lemah, seakan tengah menahan rasa sakit yang luar biasa. Surainya berantakan menghiasi setiap ujung dari wajahnya, matanya teduh dan beberapa detik kemudian mulai menutup sempurna.
Dan di saat yang sama, dingin dan hampa mulai menyapa. Itulah yang dirasakan seorang lelaki yang kini tengah menutup rapat kedua matanya. Dalam terik dan panasnya matahari, ia merasa kedinginan. Peluh keringat mengucur dari dahinya. Ada cahaya yang mengenai matanya dengan cepat. Cahaya itu membuatnya merasakan perih. Kedua matanya yang sebelumnya sudah mulai terbuka kini harus kembali tertutup sangat rapat. Sekujur tubuhnya menggigil hingga membuat telapak tangannya hampir membiru. Napasnya terasa sesak ketika cairan bening masuk ke dalam organ respirasinya.
Ah! Ternyata dirinya masih belum mati juga.
Namun ada atmosfer aneh yang mengalir di tubuhnya. Kepalanya terasa pening hingga tidak dapat berpikir apa pun. Lelaki itu seakan ditarik menuju dimensi lain. Dan....
"Hah!" Lelaki itu mendapati dirinya di atas kasur dengan keringat membasahi tubuhnya. Napasnya tak beraturan. Kedua tangannya pun bergetar dan memang terlihat membiru.
Lelaki itu meremas rambutnya frustrasi. Mimpi-mimpi buruk ini sangat membuatnya mual hingga ingin muntah. Pikirannya seakan melayang dan berputar. Ia tidak dapat berpikir jernih. Kepalanya terasa sangat berat. Seperti orang kesetanan, ia menepis segala hal yang berada di sekitarnya. Bola matanya menjelajah ke sana-kemari, hingga pandangannya menatap sebuah botol berisi minuman beralkohol di atas nakas. Tanpa berpikir panjang ia segera menyambar botol tersebut, ia menegaknya tanpa sisa. Satu-satunya hal yang dapat membuatnya sedikit melupakan kepahitan dalam hidupnya walau tetap tak dapat ia hindari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternity;
Teen Fiction[ON GOING] Eternity; Keabadian Pernahkah kalian mendengar seseorang yang memiliki kekuatan sejak lahir? Iya, kekuatan sungguhan. Mungkin banyak terjadi dalam film karangan. Namun percaya atau tidak, Aretha Pricillia dapat melihat aura seseorang hany...