Happy Reading All!
Tanpa terasa, hari ke-6 pun tiba, yang artinya di esok hari kegiatan relawan ini akan berakhir dan para peserta dapat pulang ke rumah masing-masing. Sama seperti kemarin, setelah melakukan briefing pada pagi hari, seluruh anggota divisi pendidikan akan segera menjalankan tugasnya masing-masing hingga bel sekolah tanda selesainya pembelajaran berbunyi.
Aretha menegak botol minum miliknya hingga tersisa setengah. Ia menarik napasnya dalam-dalam, menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya dengan lembut. Akhirnya ia dapat beristirahat sejenak setelah mengajar selama 3 jam tanpa henti. Para siswa kini tengah beristirahat selama 30 menit, setelah itu tugas Aretha untuk mengajar akan digantikan oleh Fifi sedangkan tugasnya nanti hanya berkeliling dan mengawasi para siswa. Seketika terlintas di pikirannya mengenai Maria. Sejak kemarin ia selalu bertanya-tanya bagaimana keadaan gadis kecil itu. Apakah ia sudah dapat tersenyum seperti seharusnya?
Ia memikirkan suatu hal, haruskah ia menjenguk Maria? Aretha memantapkan niatnya. Lagi pula jarak dari sekolah hingga puskesmas tempat Maria dirawat tak sebegitu jauh. Ia tak ingin menyia-nyiakan waktu istirahatnya hanya untuk memandangi para siswa yang tengah bermain, atau melamun memikirkan apa pun layaknya orang bodoh. Satu tangannya segera meraih ponsel miliknya yang ia simpan dalam saku, lantas ia segera mengirimkan pesan singkat pada Audrey. Walau ia tak yakin akan segera dibalas, mengingat kawan sekamarnya itu tengah melakukan tugasnya sebagai salah satu anggota divisi keperawatan untuk membantu tenaga medis menangani pasien.
Gadis dengan surai yang ia gerai itu segera membangkitkan diri, kedua kakinya segera melangkah untuk menemui salah seorang pembina untuk meminta izin.
Setelah mendapatkan izin dari pembina walau sempat dicurigai jika Aretha akan kabur dan meninggalkan tugasnya, ia segera melangkah keluar area sekolah. Jarak sekolah hingga ke puskesmas adalah 2,5 kilometer, memang cukup melelahkan jika berjalan kaki, namun ia merasa ia juga harus melihat-lihat jalanan sekitar. Besok merupakan hari terakhirnya menginjakkan kaki di sini, dan ia merasa harus mengeksplor Nusa Tenggara Timur. Selain itu ia juga ingin melihat bagaimana divisi lain bekerja.
Setelah menghabiskan waktu selama kurang lebih 10 menit, Aretha akhirnya sampai pada bangunan berlantai dua dengan nuansa warna hijau cerah. Bangunan ini tak begitu luas, namun di dalamnya tampak sesak oleh pasien serta perawat. Tampaknya suasana puskesmas sedang sibuk akibat penyakit kulit yang menyerang melalui kualitas air yang kurang bersih.
Ia pun segera melangkah masuk, memecah kerumunan pasien yang begitu membeludak, berniat bertanya dan mencari keberadaan Maria.
"ARETHA!"
Seseorang memanggil namanya, sepertinya Aretha mengenali pemilik suara berat ini.
"Reth,"
Ia membalikkan badannya, mencari sumber suara yang telah memanggil namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternity;
Teen Fiction[ON GOING] Eternity; Keabadian Pernahkah kalian mendengar seseorang yang memiliki kekuatan sejak lahir? Iya, kekuatan sungguhan. Mungkin banyak terjadi dalam film karangan. Namun percaya atau tidak, Aretha Pricillia dapat melihat aura seseorang hany...