16; Kolibri

93 80 14
                                    

Happy Reading All!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading All!

Sejak itu, media berita digemparkan dengan kasus persidangan Wijaya. Hampir seluruh media berita mulai dari koran, berita televisi, radio hingga media sosial meliput kejadian kemarin. Wijaya Kusuma–pria bejat itu dikabarkan kabur dari tahanan. Setelah menusuk putri kandungnya sendiri yang juga menuntut dirinya, pria itu kabur. Tampaknya ia memiliki sekelompok orang yang memihak dirinya. Menurut keterangan polisi dan CCTV setempat, pria itu dikabarkan pergi keluar pulau. Ia menggunakan identitas dan passport palsu. Wajah milik Wijaya pun disebar ke publik agar memudahkan polisi mencari keberadaannya.

Siang ini, di tengah teriknya matahari di luar, Arion setia duduk menemani Aretha yang saat ini terbaring lemas di atas brankar rumah sakit. 24 jam sudah terhitung sejak Aretha tak sadarkan diri di ruang persidangan. Satu hari penuh ia terbaring di sana. Tubuhnya terlihat lebih ringkih dari biasanya. Suhu tubuhnya pun terasa dingin dan bibirnya terlihat pucat dan kering.

"Maafin gue Reth, gue gagal jagain lo." Arion meraih satu tangan Aretha yang dipasangi selang infus. Dingin sekali. Arion bahkan sadar jika tulang-tulang tangan Aretha lebih nampak dibanding biasanya. "Lo kurusan Reth. Bangun bentar yuk, kita makan bareng baru lo tidur lagi. Bisa ya?"

Arion menggelengkan kepalanya cepat. Ia terlihat seperti orang bodoh saat ini. Menurut dokter, keadaan Aretha tidak begitu parah. Untungnya luka yang ia dapatkan tidak begitu dalam dan mengenai organnya. Ia jatuh pingsan karena kehabisan napas sesaat akibat cengkraman Wijaya yang begitu kuat. Terlihat bercak memar di sekitar leher Aretha saat ini. "Pasti sakit banget ya Reth?" diperlakukan kasar oleh seorang yang disebut Ayah merupakan hal terburuk bagi seorang anak.

"Kata dokter, lo boleh pulang setelah dua hari. Tapi satu hari aja lo belum bangun. Bangun Reth, gue kangen."

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Hingga satu menit berlalu. Namun tak ada jawaban apa pun. Padahal Arion telah membayangkan mukjizat Tuhan yang mengizinkan dirinya melihat Aretha tersenyum kembali satu menit lalu.

Pandangan Arion menuju pada jendela rumah sakit di samping brankar. Gordennya yang terbuka lebar menampakkan pemandangan taman belakang rumah sakit yang cukup indah. Tak begitu luas, namun bersih dan terawat. Banyak pasien maupun pengunjung berada di sana kala sore hari. Namun di siang terik ini, hanya sedikit yang mau berpanas-panasan di sana.

Burung Kolibri berwarna hijau kebiruan dan sedikit warna ungu pada bagian lehernya hadir dalam pandangan Arion. Burung mungil itu tengah bertengger pada sisi jendela dan beberapa kali mematuknya–seperti burung pada biasanya. Arion tidak tahu apakah burung seperti ini memang banyak berkeliaran atau memang dirinya-lah yang secara kebetulan menemui burung yang sama akhir-akhir ini.

Kedua mata dari burung dengan kecepatan 98 kilometer per jam itu seolah menghipnotis dan memaksa Arion untuk terus menatapnya.

Agustus, 1981

Eternity;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang