Happy Reading All!
Jari jemari panjang milik Aretha kini sedang bergulat dengan buku-buku di hadapannya. Ia tengah buru-buru merapikan buku-bukunya yang berserakan dan memasukkannya ke dalam tote bag yang ia bawa.
Aslan yang baru saja keluar dari toilet setelah boker pun melihatnya kebingungan. "Udah mau balik? Cepet amat." Kedua matanya memperhatikan gerakan Aretha dengan jeli.
"Gue harus kerja hari ini Lan."
Yang menjadi lawan bicaranya itu hanya ber-oh riya. Ia pun ikut membereskan laptop yang terbuka di atas meja tempat biasa ia dan Aretha bergulat dengan materi-materi. "Lo pulang naik apa?" Tanya lelaki dengan pakaian khas rumahnya, kaos putih polos dan celana selututnya.
"Biasa, nunggu bus." Balasnya singkat seraya mengotak-atik ponsel genggamnya.
"Lo serius nggak perlu jasa babang ojek ganteng?"
Aretha terkekeh kecil, ia pun tampak berpikir dengan tatapannya yang melihat Aslan dari atas hingga bawah, seperti tengah men-scanning sahabatnya itu. "Kalau dipikir-pikir lagi gue butuh deh."
Aslan tersenyum bangga, ia segera berjalan ke arah nakas yang berada tepat di samping ranjang king size miliknya. Jemari maskulinnya itu segera mengambil kontak mobil dan motor. "Tuan putri mau naik mobil apa motor nih?" Alisnya ia gerakkan ke atas dan bawah.
"Karena Tuan Putri butuh yang cepet nyampe, jadi, motor aja deh."
"Sip! Tunggu gue pake jaket bentar!"
***
Aslan mematikan mesin motor ninjanya setelah meminggirkan motor keluaran terbarunya itu pada halte bus yang menjadi tempat tunggu bagi Aretha. Aslan melepas genggamannya pada stang motor miliknya dan meraih tangan Aretha, membantunya turun dengan selamat.
Jujur, hal-hal kecil seperti itu membuat Aretha kagum pada sosok sahabatnya itu. Jika seandainya Aslan sedikit lebih waras saja sudah pasti ia ingin memilikinya. "Makasih baginda Raja sudah mau mengantar Tuan Putrinya."
Aslan membuka kaca helmnya dan tersenyum di baliknya. "Kenapa nggak langsung ke tempat lo kerja sih? Kenapa turunnya di sini?"
"Tempat kerja gue deket Aslan...." Gadis itu memanjangkan kalimat terakhirnya agar Aslan tidak kembali cerewet akan hal-hal kecil seperti itu.
"Justru karena deket makanya sekalian." Lelaki itu tampak menyengir menampakkan deretan gigi rapinya dari balik helm.
"Tapi karena gue udah turun jadi gue males buat naik lagi." Aretha menengadah, langit tampak berwarna jingga kebiruan menandakan setelah ini akan berganti dengan malam. "Udah lo pulang sana."
"Jadi ceritanya lo ngusir gue gitu?" Raut wajah sedihnya tampak dibuat-buat apalagi dengan gerakan tangannya yang berbalut sarung tangan hitam yang ia gerakkan terbuka dan menutup, menirukan gaya Pick Me.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternity;
Teen Fiction[ON GOING] Eternity; Keabadian Pernahkah kalian mendengar seseorang yang memiliki kekuatan sejak lahir? Iya, kekuatan sungguhan. Mungkin banyak terjadi dalam film karangan. Namun percaya atau tidak, Aretha Pricillia dapat melihat aura seseorang hany...