33; Yet, so Hurt

3 3 0
                                    

Happy Reading All!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading All!

9 minggu kemudian...

Sebuah ruangan bernuansa putih bersih menjadi persinggahan pertama burung Kolibri bertubuh mungil. Panjang tubuhnya tak sampai 10 senti, namun dapat mengepakkan sayapnya dan pergi sejauh 60 kilo meter. Kolibri itu bertengger pada sudut jendela, memperhatikan bunga Anyelir berwarna merah muda pucat yang semakin mengering. Makhluk kecil itu senantiasa memperhatikannya sejak awal, seseorang menanamnya dengan rapi di atas nakas, lantas terus merawatnya agar terus tumbuh selama berhari-hari. Namun sepertinya, kali ini seseorang itu telah pergi, terlihat bagaimana bunga Anyelir itu kian mengering, dan kini telah menampakkan warna kecoklatan di bagian kelopaknya. Makhluk kecil itu tampak murung ketika mendapati Anyelir yang ia sukai ternyata mulai layu, lantas ia mulai memperhatikan seorang perempuan yang tertidur lemah di atas brankar, dengan selang-selang medis yang menjulur ke tubuhnya.

Sosok perempuan itu mengerjapkan matanya berulang kali. Wangi khas rumah sakit segera menusuk hidungnya ketika kesadarannya perlahan kembali. Tubuhnya terasa kaku dan tak dapat bergerak. Ia bahkan tidak merasakan tubuhnya sendiri. Penglihatannya yang kabur pun lambat laun membaik, ia dapat melihat dengan jelas selang infus yang menempel pada punggung tangannya. Kepala dan mulutnya tidak dapat bergerak bebas karena ventilator dan selang nasogastrik yang ia gunakan. Oximeter juga turut menghiasi jari-jemarinya. Sedangkan bagian perut hingga punggungnya terlilit oleh perban.

Ia kira dirinya sudah mati dalam kejadian yang mengerikan itu. Dapat ia ingat dengan jelas bagaimana rasa yang amat pedih ia rasakan menjalar ke seluruh tubuhnya hingga terasa menusuk dalam tulangnya. Rasanya benar-benar mengerikan. Ia bahkan merasa sesak hingga tidak dapat bernapas kala itu. Namun rupanya, ia masih hidup saat ini. Entah sudah berapa lama ia meninggalkan kesehariannya hanya untuk tertidur di atas brankar rumah sakit. Satu yang saat ini melintas dalam pikirannya,

"Di manakah Arion?"

Tak lama setelahnya Aretha dapat melihat sosok perempuan berjalan mendekat ke arahnya dengan sebuah nampan berisi segelas air mineral. Gadis berkulit sawo matang dan kedua matanya yang cantik. Seorang gadis yang ia kenal sebagai Candra di masa lalu kini tampak terkejut kala mendapati sahabatnya telah membuka mata dan menatapnya lemah.

"Aretha?!" Nampan yang ia bawa terjatuh, melebur bertabrakan dengan dinginnya ubin. Kedua tangannya bergetar kala menyadari sahabatnya itu sudah siuman setelah berminggu-minggu tak sadarkan diri.

Aretha yakin sekali gelas itu telah pecah, namun anehnya, ia tak dapat mendengar apa pun.

Hal yang tidak terduga bagi Aretha, dilihatnya Meysha mulai menangis. Sahabatnya itu memeluk salah satu tangannya, kepalanya ia telungkupkan. Aretha dapat merasakan air mata Meysha yang mengalir di atas kulitnya.

Tidak ada hal lain yang dapat Aretha lakukan selain berusaha menarik sudut bibirnya yang terasa berat. Aretha bahkan menyadari rambut legam milik Meysha yang kini sudah mulai memanjang hingga melebihi pundaknya.

Eternity;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang