Hi! udah lama bgt ya sejak terakhir kali aku up, jadi minggu ini aku bakal up 4 chapter!!!
Happy Reading All!
Satu minggu telah berlalu. Tak terasa tibalah hari keberangkatan Aretha serta Aslan. Hari ini keduanya tengah berada di titik kumpul peserta. Tak disangka banyak sekali peserta yang berasal dari daerah yang sama. Beberapa guru serta teman-teman dari para peserta pun ikut hadir untuk mengantar keberangkatan mereka. Termasuk Meysha, Ali dan Finn. Ketiga temannya itu rela memohon izin kepada guru pengajar untuk mengunjungi Aretha dan Aslan. Mendengar hal itu membuat Aretha sedikit terharu karena guru yang tengah mengajar kelas saat itu adalah guru yang paling tidak bisa diajak bekerja sama-Pak Ahmad, guru agama yang paling mengesalkan di SMA Taruna Bhayangkara.
"Barang yang kalian bawa sudah lengkap kan?" itu adalah Pak Sigit-Waka kurikulum SMA Taruna Bhayangkara yang turut hadir mengantar murid-muridnya menjalankan tugas sebagai relawan.
"Sudah Pak," kakak kelas Aretha-Keisya berseru.
"Penerbangan kalian akan dimulai setengah jam lagi, jadi persiapkan diri kalian baik-baik. Ibu yakin kalian bisa membawa nama harum sekolah dengan mengikuti kegiatan seperti ini." Kali ini Bu Arifa memberi nasihat.
Seluruh peserta dari SMA Taruna Bhayangkara berseru. "Baik Bu!"
"Lan, gue bakal kehilangan sosok sahabat sejati kayak lo. Jadi baik-baik ya di sana, gue selalu doa-in lo apa pun yang terjadi." Finn-lelaki gila yang sudah lama tak terlihat batang hidungnya oleh Aretha itu menangis tersedu-sedu.
Aslan menatapnya jijik. "Apaan sih njir najis."
"Aelah, lo mah gitu. Ini itu namanya pencitraan." Cerocosnya sembari pura-pura mengelap air mata buayanya.
Aslan yang masih menatapnya jijik itu segera menampol Finn.
"Makan tuh pencitraan." Ali tertawa puas melihat Finn yang terjungkal ke belakang dan hampir mengenai petugas bandara di sana.
Ketiga manusia itu memang gila dan akan selalu gila. Namun, itulah yang Aretha suka dari ketiganya.
"Reth," Meysha memegang kedua lengan Aretha, ia menatapnya dalam. Sedetik setelahnya segera menangis kencang layaknya bayi yang baru lahir. "Gue bakal sendirian di kelas sampai tujuh hari ke depan."
Tangisannya begitu kencang hingga membuat setengah peserta yang hadir mengalihkan pandangannya menuju sumber suara. Ah, ia lupa jika Meysha masih masuk dalam kelompok pertemanan ketiga orang gila itu.
Aretha segera menutup mulut Meysha dengan satu tangannya. "Sssttt, nggak usah lebay deh, cuma tujuh hari."
"T-tapi tetap aja, gue bakal duduk sendirian." Meysha memanyunkan mulutnya.
Melihat tingkah sahabatnya itu Aretha hanya tertawa, ia yakin jika dirinya ada di posisi Meysha saat ini ia juga akan merasa sedih. Meysha memang sama gilanya, namun itulah yang membuat hubungan persahabatannya bertahan lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternity;
Teen Fiction[ON GOING] Eternity; Keabadian Pernahkah kalian mendengar seseorang yang memiliki kekuatan sejak lahir? Iya, kekuatan sungguhan. Mungkin banyak terjadi dalam film karangan. Namun percaya atau tidak, Aretha Pricillia dapat melihat aura seseorang hany...