19; Dia, Pemilik Masa Lalu

74 64 7
                                    

Happy Reading All!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading All!

Aretha menghembuskan napasnya panjang. Ini jauh dari yang ia bayangkan. Sungguh, jika bisa ia akan berteriak sekencang-kencangnya saat ini.

"Jadi, sejak kapan kalian deket?" Finn yang duduk pada bagian depan mencondongkan badannya ke arah Arion yang sibuk menyetir.

"Finn...." Aretha yang duduk pada kursi bagian tengah mendelik, mencubit lengan Finn dari belakang, membuat lelaki itu terus merintih kesakitan.

Yap, benar. Arion, Aretha, Meysha, Finn dan Ali tengah berada dalam satu mobil. Padahal sehari sebelumnya, Aretha sudah membayangkan datang ke panti, menyapa Melati serta penghuni panti yang sudah ia anggap sebagai adik-adiknya dan menghabiskan waktu bersama Arion. Namun sial, niatnya untuk pergi berdua dengan Arion diketahui oleh Meysha. Dan dari situ, sahabat laknatnya itu membocorkan kepada yang lain. Dan berakhirlah seperti ini. Sungguh, ia benar-benar merasa muak, mual, frustrasi, kesal, jengkel, jenuh, bosan dan marah saat ini.

Aretha menatap keempat sahabatnya secara bergantian dengan geram. Finn, ia yang tidak memiliki urat malu segera duduk pada bagian depan dan sejak 10 menit yang lalu sudah menanyakan berbagai pertanyaan absurd pada Arion. Walau mereka sekelas, Finn nyaris tak pernah berbicara pada Arion karena lelaki itu memang tak suka banyak bicara. Sedangkan sisanya, termasuk Aretha duduk pada bagian tengah karena mobil milik Arion memang tidak memiliki kursi pada baris ketiga. Karena itulah Aretha sejak tadi sudah berganti posisi sebanyak 5 kali karena merasa tak nyaman dengan kehadiran keempat sahabat laknatnya yang lebih cocok disebut monyet atau gorila.

Aretha memejamkan matanya, ia kembali menghembuskan napas. Ia hanya berharap segera sampai agar ia dapat segera meminta maaf pada Arion.

"Kalian sudah pernah ke panti sebelumnya?" Arion menaikkan suaranya berharap terdengar hingga belakang, pandangan matanya masih fokus pada jalanan sedangkan Aretha dapat melihat ekspresinya yang tidak nyaman.

"Udah, di sana seru banget. Lo tahu, banyak anak-anak yang kelakuannya kayak kita berempat. Ada satu yang mirip banget kayak Aslan, sama-sama nggak tahu malu." Finn membalikkan tubuhnya supaya dapat melihat reaksi Aslan yang duduk pada ujung kanan.

"Tanpa lo sadar, lo sudah malu-maluin kita semua." Aslan merespons malas, kedua matanya tak lepas melihat jalanan dari balik kaca mobil.

"Terus kita nggak beli makanan dulu buat anak panti?" Arion kembali bertanya.

"Bener, kita lupa nggak nyiapin makanan." Ali dengan posisinya yang duduk sedikit maju karena kursi bagian tengah yang sempit itu menyahut.

"Sha, bukannya lo udah nyiapin makanan?"

Seluruh pandangan mata menuju pada Meysha yang sejak tadi diam pada ujung kiri, tentu saja tidak termasuk Arion yang fokus menyetir. Meysha melihat keempatnya secara bergantian, lantas mengangguk. "Udah, lagi di anter sama sopir."

Eternity;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang