14; Setiap Laut yang Mengerikan

122 102 30
                                    

TW // violence, suicide, harsh words

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TW // violence, suicide, harsh words

di part ini kalian bakal melihat mimpi buruk Arion setiap malam, mimpi buruk yang ia kira memang merupakan dosa miliknya, namun ada satu alasan atas dosa yang ia perbuat, alasan yang selalu ia lewatkan.

Happy Reading All!

Ada seorang bayi laki-laki yang terlahir pada saat langit terbelah, 27 Mei 2006 tepat pukul 4 pagi. Fenomena tersebut terlihat begitu unik di mana langit seakan terbelah menjadi dua dan memiliki jalan pada bagian pembatasnya. Namun satu jam setelahnya, peristiwa gempa bumi tektonik kerak dangkal mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah selama 57 detik. Gempa bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter. Semua orang tampak ketakutan. Amarah, teriakan serta tangisan terdengar nyaring. Dan suara tangis bayi laki-laki tersebut menjadi satu dengan tangisan ketakutan pada penduduk Yogyakarta walau berbeda pulau. Bayi tersebut diberi nama Arion Alendra Mahardika.

Ia lahir dengan tubuh yang sempurna. Kulitnya putih bersih, kedua matanya lebar dengan bulu matanya yang lentik. Hidungnya tegas dan senyumnya merekah bagai bunga yang tengah bermekaran dengan cantik. Ia mendapatkan kasih sayang dan kehangatan dari kedua orang tuanya. Dalam bidang ekonomi, ia juga beruntung karena terlahir sebagai penduduk kelas menengah ke atas. Ayahnya merupakan seorang manajer di sebuah perusahaan besar dan Ibunya merupakan pengusaha fashionpada saat itu. Bisa dibilang semua yang ia butuhkan telah tercukupi sejak lahir, dan semua orang patut iri kepadanya.

Ia tumbuh dengan baik, semua yang ia lihat begitu indah dan hangat. Hingga sampailah ketika umurnya menginjak 4 tahun.

Saat itu merupakan musim panas, teriknya matahari menyilaukan pandangannya ketika bermain pasir dan membentuknya menjadi kastil-kastil. "Pah, lihat, kastil buatan Arion bagus kan?" ia berucap dengan mulutnya yang penuh dengan makanan.

Pria yang ia panggil Ayah itu menggeleng namun kedua sudut bibirnya ia tarik. "Lebih bagus punya Papa," Ayahnya berseru memperlihatkan kastil buatannya yang memang terlihat lebih bagus.

"Ihh, Arion bisa kok buat lebih bagus lagi!" Lelaki kecil itu bertekad, lantas segera mengumpulkan lebih banyak pasir pantai.

Sedangkan seorang wanita yang tampak berada di usia 20-an awal itu tengah tersenyum melihat kedua anggota keluarga kecilnya. Ia duduk di atas alas tikar dan di tangannya terdapat sebuah kotak makanan milik Arion. "Ayo Arion makan dulu sini," suaranya sedikit berteriak guna menyamarkan suara ombak yang terus tergulung.

"Agak nanti Ma!" Arion kecil membalas, masih fokus membuat kastil dengan kedua tangan mininya.

"Ombaknya nakal Pah, kastil punya-ku jadi roboh."

Ayahnya terkekeh namun kemudian tampak membersihkan tangannya dan mengambil ponsel yang berdering dari saku celananya. "Bentar ya Arion, Papa angkat telepon dulu."

Eternity;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang