TW // Violence, harassing
Happy Reading All!
Meysha menghempaskan puluhan lembar kertas HVS di atas meja. "Dia," Gadis ber-sweater putih itu menunjuk pada salah satu kertas yang berada paling atas. Ia menunjuk tepat pada wajah seorang wanita yang terpampang di sana menggunakan spidol hitam dalam genggamannya.
Aretha membaca singkat tulisan-tulisan yang tercetak rapi. Bola matanya sibuk ke kanan dan kiri untuk memahaminya. "Dia?" Aretha ikut menunjuk ke foto si wanita yang di maksud.
Meysha mengangguk lalu mulai membuka ransel hitam miliknya. Dikeluarkannya selembar kertas kosong dari sana, kemudian membuat sebuah coretan menggunakan spidol hitam.
Aretha menatapnya lamat, menunggu Meysha menyelesaikan pekerjaannya.
Tahun 2019, saat Aretha menempuh pendidikan menengah pertama. Wijaya terjerat kasus pelecehan terhadap gadis berumur 13 tahun. Saat itu orang tua dari korban telah melapor dan menjerat Wijaya. Namun sayang, tiadanya bukti membuat Wijaya hanya mendapatkan masa percobaan selama 6 bulan. Tahun berikutnya, lelaki bejat itu kembali beraksi. Kini bukan sekedar pelecehan, namun sudah masuk dalam kasus pemerkosaan.
"Tunggu," Aretha mengerjapkan matanya beberapa kali, satu tangannya naik untuk menghentikan cerita dari Meysha. Ini membuatnya mual. Ia sangat benci dengan lelaki yang melakukan pelecehan, apalagi hingga pemerkosaan.
Ruangan kafe yang tergolong sempit itu pun melenggang sesaat. Karena di dalam sana hanya terdapat Aretha, Meysha, serta 2 pelanggan lain yang sibuk dengan urusannya sendiri.
Dua menit berlalu. Meysha menghembuskan napasnya, memperbaiki posisi duduknya. Sebelum kembali melanjutkan ceritanya.
Setelah melakukan hal sebejat itu, Wijaya melarikan diri. Polisi yang saat itu belum punya cukup bukti untuk menahannya, memang tidak sebegitu mementingkan kasus ini. Apalagi ketika mengetahui Ibu dari korban merupakan kupu-kupu malam, dan polisi menduga hal itu telah tersalurkan pada putrinya.
Menjijikkan.
Wijaya pun dengan bebas hidup bersikap seolah tak melakukan hal keji apa pun. 3 tahun setelahnya, korban yang saat itu sudah berusia 15 tahun berusaha mencari keadilan. Ia berusaha menyebarkan bukti melalui media internet, sehingga dengan cepat menyebar dari mulut ke mulut. Kasus pun kembali dibuka dan Wijaya yang lengah berhasil ditangkap. Dan hingga saat ini, Wijaya telah sekali melakukan persidangan. Berkali-kali pria itu mengajukan banding, namun ditolak. Putusan hakim masih belum keluar, dan seharusnya sudah keluar setelah persidangannya yang kedua.
"Intinya, kita harus mencari si korban." Imbuh Meysha pada akhir kalimatnya. Tangan kanannya berhenti bergerak ketika selembar kertas yang tadinya putih, kini penuh dengan coretan-coretan mengenai kasus Wijaya. Mulai dari time line atau alur waktu, siapa saja yang terlibat, nama lengkap dari korban, nama pengacara yang menyelidiki kasus hingga asal-usul Wijaya dan kehidupan masa mudanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternity;
Teen Fiction[ON GOING] Eternity; Keabadian Pernahkah kalian mendengar seseorang yang memiliki kekuatan sejak lahir? Iya, kekuatan sungguhan. Mungkin banyak terjadi dalam film karangan. Namun percaya atau tidak, Aretha Pricillia dapat melihat aura seseorang hany...