37; A Miracle Between Us

3 0 0
                                    

Happy Reading All!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading All!

"So," Arion berdehem pelan sebelum melanjutkan kalimatnya. "Are we dating right now?"

Aretha menggeleng. "Siapa bilang kita udah resmi pacaran?"

Arion tampak kebingungan, ia merasa secara tidak langsung pernyataan cintanya telah ditolak. "But, we just kissed."

Aretha tertawa mendengarnya. Ia puas telah membuat Arion tampak kebingungan saat ini. "Emang seorang teman nggak boleh ciuman di dahi?"

"Siapa yang bilang boleh?"

"Gue." Balas Aretha singkat tanpa menatap kedua mata Arion.

Keduanya kini tengah menyusuri bibir pantai di saat langit malam mulai menampakkan dirinya. Di tengah ricuhnya ombak menggulung, keduanya berbincang, bertukar cerita seperti seharusnya.

"Jadi perasaan lo udah berubah?" Arion semakin kebingungan. Langkahnya pun terhenti.

Sedangkan gadis berbalut dress selututnya itu terus melangkah, meninggalkan Arion. Lantas ia berseru "Mungkin?"

"Lo serius?" wajah Arion tampak murung, ia kemudian berlari menyusul Aretha yang telah melangkah jauh di depannya.

"Lo udah bikin gue nangis berhari-hari, jadi harus berhari-hari juga buat maafin lo." Aretha membalikkan tubuhnya, ia tersenyum simpul, sedikit menahan tawanya karena reaksi yang Arion perlihatkan begitu lucu baginya.

Lantas, gadis cantik berbalut dress selutut itu berlari kecil menuju tepi pantai. Dapat ia rasakan jemari kakinya menyentuh permukaan air laut.

"Jadi, semua yang kalian lakukan adalah bohong? Sasya? Kenapa dia bisa di sana juga?" gadis itu memutuskan untuk duduk beralaskan pasir pantai, menatap langit-langit malam berhias bintang.

Lelaki itu ikut terduduk, pandangannya menatap pada wajah cantik milik gadis yang menjadi cinta pertamanya di kehidupan lalu maupun saat ini. "Mereka nggak sepenuhnya bohong. Operasi pendonoran hati buat lo berhasil, namun tubuh gue mengalami pendarahan dan dinyatakan gagal. Pihak rumah sakit menyatakan kalau kecil kemungkinan gue selamat, tapi, Papa bersikeras buat bawa gue ke rumah sakit di Singapura, ke rumah sakit yang lebih bagus. Dan yap, hampir dua bulan gue dirawat di sana, gue koma, tapi keajaiban datang. Sepanjang koma gue memimpikan sesuatu yang indah sekaligus menyakitkan, tentang lo, dan tentang kita." Pandangan Arion beralih ke arah ombak yang tak bosan saling mengejar, membiarkan hembusan angin menerpa wajahnya, membuat surai hitamnya sedikit berantakan karenanya.

"Satu minggu setelah siuman, gue bertengkar hebat sama Papa. Dia melarang gue untuk pulang, tapi gue nggak peduli, gue harus menemui lo." Sebuah senyum simpul terukir pada wajahnya. "Malam hari setelah perayaan ulang tahun lo, gue menghubungi Aslan, dan dia bilang kalau lo sudah tahu tentang kepergian gue. Jadi, bisa dibilang prank-nya baru dimulai hari ini."

Eternity;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang