21; Her Vilest Dad (2)

37 29 6
                                    

Happy Reading All!

Banyak orang percaya bahwa burung Kolibri melambangkan kemanisan, ketangguhan, kehadiran orang yang dicintai yang telah meninggal, dan bahkan dikatakan sebagai pembawa pesan spiritual. Burung Kolibri sendiri hanya memiliki 1.000 - 1.500 bulu di seluruh tubuhnya. Sehingga makhluk kecil ini disebut sebagai burung dengan jumlah bulu paling sedikit di dunia. Saat terbang, burung Kolibri mengepakkan sayapnya 50-200 kali setiap detiknya tergantung kondisi udara dan arah terbangnya. Yang mengejutkan adalah ia juga mampu terbang mundur. Detak jantung burung kolibri rata-rata 1,200 detak per menit. Dan saat istirahat, menghembuskan nafas sebanyak rata-rata 250 kali per menit.

Kata-kata itu yang sering Sarah dengar dari Ayahnya. Entah mengapa Ayahnya begitu menyukai seekor burung Kolibri. Ia bahkan sering dianak-tirikan hanya karena burung ini. Sejak Sarah kecil, Ayahnya telah merawat dua ekor burung Kolibri.

"Satu Ayah, satunya lagi Sarah." Itulah perkataan Ayahnya ketika Sarah masih kecil.

Baginya, sosok Ayahnya itulah yang menjadi rumah. Ia ingat bagaimana Ayahnya-yang merupakan seorang jurnalis yang juga aktif dalam kegiatan politik rela menggarap dan bekerja berkali lipat agar dapat membelikan Sarah baju baru karena bajunya sudah lusuh. Beberapa kali pula pria hebat itu rela membasahi dirinya dengan air hujan untuk memastikan putrinya tak tersentuh oleh rintik hujan. Sarah begitu bersyukur memiliki sosok Ayah seperti itu.

"Tipe lelaki yang Sarah suka yang seperti apa?" suatu saat Ayahnya bertanya. Kala itu Sarah masih berusia 10 tahun.

Sarah kecil tampak berpikir sejenak. "Yang kayak Ayah." Gadis kecil itu kemudian tersenyum lebar, disusul dengan tawa dari Ayahnya.

Namun tanpa ia ketahui, Ayahnya tengah memperlihatkan tanda-tanda terserang wabah ebola di tahun 1976 setelah memutuskan untuk bermigrasi ke Afrika tengah. Dan sudah dapat ditebak, satu bulan kemudian Ayahnya dikabarkan meninggal.

Sarah yang kala itu masih berusia 10 tahun secara resmi menjadi yatim-piatu. Gadis itu bahkan belum sempat melihat jasad Ayahnya sebelum dimakamkan dan mungkin juga tidak memiliki kesempatan untuk melihat makamnya. Ia tak mengerti apa pun juga tak memiliki siapa pun. Ia tak mengerti bagaimana caranya agar ia dapat pergi ke Afrika tengah untuk menemui makam ayahnya. Tangannya bergetar hebat kala mendengar fakta bahwa Ayahnya telah tiada dari salah seorang perawat di tempat karantina tersebut. Ia menangis tujuh hari tujuh malam setelahnya, menghabiskan banyak air mata dan terus berlarut dalam kesedihan. Terkadang terbesit di benaknya apakah ini lelucon atau bukan? Apakah ini mimpi atau bukan?

"Kamu, tumbuh besar ya, temani aku di sini." Sarah menunjuk pada salah satu burung Kolibri. Kolibri dengan kombinasi warna maroon dan ruby serta sedikit warna hijau terang di salah satu bagian sayapnya

Makhluk kecil itu tampak menatap Sarah lekat. Sedangkan satu temannya sibuk dengan makanannya yang sudah bercecer. Lantas Sarah hanya tersenyum "Soalnya Ayah sudah nggak ada." Bisiknya, kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya membersihkan sangkar.

Namun tujuh hari kemudian, satu Kolibri itu ikut menghembuskan napas terakhirnya. Kini hanya tersisa satu, satu yang Ayahnya sebut sebagai 'Sarah'. Satu berwarna kombinasi putih dan hijau zamrud serta merah terang pada bagian bawah paruhnya. Dan satu Kolibri itulah yang menemani dirinya hingga napas terakhir.

***

Tuk, tuk, tuk

Aretha tersadar dari lamunannya ketika seekor burung Kolibri berwarna kombinasi putih dan hijau zamrud bertengger dan mematukkan paruhnya pada sudut jendela dalam kamar Aretha.

Apa itu barusan? Tidak, itu pasti hanya halusinasinya saja bukan?

Gadis berambut ikal itu segera mengedipkan matanya beberapa kali, berharap apa yang kini tengah ia lihat hanyalah halusinasinya saja.

Eternity;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang