22; Dia, yang Aku Cari Keberadaannya

42 29 6
                                    

Happy Reading All!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading All!

Sinar matahari pagi yang menusuk mengganggu waktu nyaman seorang gadis yang masih tertidur dengan pulas. Ia yang sudah terlelap sejak 7 jam lalu kini mengernyit dan mulai membuka mata. Yap, seperti rencananya semalam, ia akan menginap beberapa hari di panti dan gadis itu kini tengah berada di kamar yang menjadi miliknya 2 tahun lalu.

Aretha mulai membuka selimut yang menutupi tubuhnya, lalu segera duduk di bibir kasur. Ia menatap sekeliling, mengumpulkan nyawa sembari mengingat masa-masa saat ia tinggal di bangunan sederhana ini. Kamar ini, sekarang sudah menjadi kamar milik salah satu penghuni panti yang baru. Aretha tidak mengenalnya, namun pemiliknya saat ini sedang mengikuti kegiatan kemah di sekolahnya sehingga Aretha dapat menempatinya.

Perabotan seperti nakas, kursi dan meja belajar rupanya sudah diganti dengan yang lebih baik. Ia masih ingat betul bagaimana ia belajar dengan kondisi kursi yang tidak rata dan meja yang sudah buluk. Ia bahkan takut suatu saat meja belajar berbahan jati yang dibeli murah itu akan meluruh dan membuat buku-bukunya berserakan. Begitu pula dengan nakas, nakas sebelumnya sudah mengelupas, gagangnya copot dan hilang entah ke mana.

Pandangan mata Aretha kembali menjelajah sembari sesekali merapikan rambutnya yang sudah seperti surai singa.

Satu hal yang membuatnya mengalihkan fokusnya adalah sebuah poster yang ditempel asal pada pintu almari yang juga masih sama bentuknya. Poster jadul itu ternyata masih ada, padahal ia menempelnya dengan asal dan terlihat sangat jelek. Itu adalah poster dengan gambar penyanyi yang terkenal di tahun 1960 sampai 1970-an. Mac Kissoon dan Kattie Kissoon. Keduanya adalah kakak-beradik yang kemudian menjadi panyanyi duo pop. Saat Aretha masih kecil poster itu terpajang di salah satu tiang di tengah kota. Ia melihatnya, tertarik, lantas segera mencari dan mendengarkan musik mereka, dan anehnya ia langsung menyukainya. Sudah 50 tahun jika dihitung dari tahun ini, sudah lama sekali. Beberapa temannya juga sempat menanyakan mengapa Aretha suka mendengar musik-musik jadul.

"Kak Reth, sarapan bareng dulu gih di bawah!" Suara Bella–penghuni panti yang menjadi kawan dekatnya itu setengah berteriak menyadarkan Aretha dari lamunannya.

Ah, ia ingat sekali ketika Mama selalu mengomel untuk membangunkan dirinya yang seperti kerbau jika tidur.

"Siap!"

Gadis yang masih berbalut piyama itu hanya mencuci mukanya dan segera turun ke lantai bawah. Tepat di meja makan, sudah banyak anak panti yang berkumpul di sana. Sungguh, inilah yang selalu ia rindukan ketika tinggal sendiri. Sudah banyak wajah-wajah yang tidak ia kenal, menandakan anak panti terus berevolusi, anak-anak yang sudah cukup umur pasti akan meninggalkan panti ini dan berganti dengan anak-anak lainnya yang masih kecil.

"Hati-hati Reth." Melati memperingatkan Aretha yang setengah berlari menuruni anak tangga.

Aretha hanya terkekeh pelan. Matanya berbinar kala melihat banyaknya lauk yang tersusun rapi di atas meja makan. "Ini Mama semua yang masak?" tanyanya, masih dengan mulut yang menganga.

Eternity;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang