Happy Reading All!
Aretha berteriak kencang ketika sebuah pesan muncul pada layar ponselnya. Tubuhnya yang sejak tadi setia pada ranjangnya ia guling-gulingkan ke kanan dan ke kiri. Kakinya bergerak layaknya duyung yang terdampar. Pesan tersebut ia terima dari lelaki yang akan mengajaknya makan malam hari ini, ia berkata akan menjemputnya tepat jam 7 malam. Gadis itu kembali membuka ponselnya, mengetikkan balasannya dan segera melihat jam. Pukul 17.30.
Seketika ia membangkitkan tubuhnya, membuat selimut yang tadinya melilit tubuhnya kini terjatuh menyentuh lantai. Ia segera berlari menuju lemari berbahan jati yang terletak di sudut kamarnya yang sederhana namun tetap rapi karena selalu ia tata. Gadis itu terlihat sibuk memilih baju. Ia tak tahu tujuannya hari ini karena lelaki itu hanya berkata akan mengajaknya makan malam. Sehingga ia memilih pakaian kasual yang cocok dibawa pergi ke mana pun. Ia melihat pantulan dirinya dalam cermin. Ia juga harus merias wajahnya bukan?
***
Tepat pukul 7 malam suara mesin mobil menderu di depan rumah sederhana milik Aretha. Gadis dengan setelan sweater hitam dan rok midi yang sejak tadi sudah menunggu di teras segera membuka pagar rumahnya. Ia sedikit terkejut melihat Arion yang ternyata membawa mobil hanya untuk membawanya pergi makan malam bersama. Apakah ini kencan? Bukan, tentu bukan.
"Kenapa nunggu di luar?" lelaki itu tampak mengenakan jeans berwarna krem dengan kemeja hitam yang terlihat formal.
Kerongkongan Aretha tercekat begitu melihat Arion yang tampak lebih tampan dari penglihatannya. Namun ia segera menepis segala pikirannya yang kotor. Sekali lagi ia menegaskan dalam hati 'Ini hanya makan malam'. "Biar lo nggak nunggu."
Arion mengangguk. Ia segera membukakan pintu mobil agar Aretha dapat segera masuk.
"Makasih."
Setelah menutup pintu untuk dirinya sendiri, ia segera memasang seat belt dan bergegas menginjak gas. "Pakai sabuk lo,"
20 menit kemudian keduanya sampai pada sebuah restoran mewah yang berada di tengah kota. Restoran 4 lantai dengan dominasi warna putih bersih dan emas yang mengkilap. Banyak mobil yang berjejer menandakan banyaknya pengunjung yang datang.
Aretha menelan ludahnya. Ia tak percaya Arion akan membawanya kemari. "Lo serius mau makan di sini?"
Arion mengangguk. "Kenapa? Gue baru pertama kali ke sini."
"Mahal." Aretha berbisik sembari berjinjit guna mencapai telinga Arion.
Namun hal yang tak Aretha sangka, lelaki yang berjalan santai di sampingnya kini justru tertawa. Sungguh, sepertinya ini kali pertama Aretha melihatnya tertawa alih-alih menatapnya tajam tanpa ekspresi. "Lo ketawa?"
"Lo lucu, ngomong gitu doang sampai jinjit." Arion kembali tertawa, meninggalkan Aretha yang berhenti di tempat.
Setelah menaiki lift, keduanya sampai pada lantai 4 restoran ini. Bagian dalam restoran tampak begitu mewah dengan perabotan yang tampak mahal dan dirawat dengan baik. Para pelayan berlalu-lalang dengan setelan putih yang dilapisi rompi berwarna hitam, mereka tampak ramah menyapa para pelanggan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternity;
Teen Fiction[ON GOING] Eternity; Keabadian Pernahkah kalian mendengar seseorang yang memiliki kekuatan sejak lahir? Iya, kekuatan sungguhan. Mungkin banyak terjadi dalam film karangan. Namun percaya atau tidak, Aretha Pricillia dapat melihat aura seseorang hany...