Happy Reading All!
Seorang gadis berambut hitam legam dengan setelan seragam putih-abu itu segera turun dari motor ninja milik Aslan. Ia kemudian melepas helm yang melekat di kepalanya, sedangkan Aslan sibuk memarkirkan motornya dengan benar.
Setelah selesai dengan motornya dan melepas helm, Aslan melihat ke arah Aretha yang tampak kesulitan dengan helmnya. "Bisa nggak?"
Pandangan Aretha mengarah pada Aslan, lantas meringis kecil. Ia memang sejak tadi kesulitan.
"Sini," dengan sigap Aslan segera membuka pengaman pada helm milik Aretha dan melepasnya. Kemudian meletakkannya pada salah satu kaca spion motornya.
"Makasih." Aretha tersenyum ke arah Aslan.
Aslan hanya tersenyum. Lantas keduanya segera berjalan beriringan dari parkiran sekolah menuju gedung kelasnya.
Bangunan sekolah mereka memang bisa dibilang cukup luas-sekitar 2 hektar. Dengan sekolah yang sebegitu luasnya, bangunan dari sekolah ini dibagi menjadi beberapa gedung, dengan total 5 bangunan gedung dengan fungsi dan penggunaan yang berbeda pula setiap gedungnya. Setiap gedung pun diberi nama sesuai abjad. Gedung A, gedung yang berada paling depan dan menghadap ke arah Timur adalah untuk para siswa kelas 10 serta masjid sekolah. Di sebelah gedung A terdapat gedung B untuk siswa kelas 11 serta perpustakaan. Lalu gedung C yang berada di sebelah Timur, berhadapan dengan gedung A adalah untuk siswa kelas 12 serta kelas akselerasi. Untuk Aula dan kantin berada di sebelah selatan yang masuk ke dalam gedung D. Sedangkan gedung terakhir yaitu gedung E merupakan lobby serta ruang guru.
Begitulah kira-kira sedikit gambaran dari SMA Taruna Bhayangkara yang cukup luas. Aretha bahkan sempat berpikir berapa kalori yang terbakar jika ia berlari atau sekedar berjalan mengelilingi seluruh gedung.
Dari sudut mata Aretha, ia melihat seorang lelaki yang tak asing. Lelaki itu juga tampak berjalan dari arah parkiran. Sial, lelaki itu adalah Arion. Dengan sigap Aretha segera menarik tubuh Aslan agar dirinya tak terlihat oleh Arion yang datang dari arah berlawanan. Untungnya Arion masih fokus dengan ponselnya.
"Lan, tutup-in gue Lan." Dengan panik Aretha terus berlindung di belakang punggung Aslan. Gadis itu terus menarik-narik hoodie yang Aslan kenakan.
"Lo ngapain sih Reth?" Aslan tampak heran melihat kelakuan aneh Aretha.
Aretha kemudian menunjuk ke arah Arion yang berjalan semakin mendekat dengan telunjuknya, tentu saja masih dalam persembunyiannya di belakang punggung Aslan-seperti ayam yang tengah berlindung pada induknya.
"Hah?" Aslan masih saja kebingungan.
Aretha yang semakin geram pun kembali menunjuk ke arah Arion, namun kali ini menggunakan matanya yang melotot dan mulutnya yang ia manyun-manyunkan ke depan.
Kali ini Aslan segera menoleh, mengarahkan pandangannya pada Arion. Ah, itulah yang dimaksud Aretha. Baiklah ia paham.
"AR!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternity;
Teen Fiction[ON GOING] Eternity; Keabadian Pernahkah kalian mendengar seseorang yang memiliki kekuatan sejak lahir? Iya, kekuatan sungguhan. Mungkin banyak terjadi dalam film karangan. Namun percaya atau tidak, Aretha Pricillia dapat melihat aura seseorang hany...