8; Maaf dan Pamit

221 217 26
                                    

Happy Reading All!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading All!

Tringgg....

Bel tanda berakhirnya seluruh pembelajaran berbunyi. Seluruh murid SMA Taruna Bhayangkara pun mulai berkemas dan segera keluar dari kelas masing-masing. Begitu pun dengan Aretha, ia kini tengah berjalan menuju gerbang sekolah. Ada satu tujuan yang memperlambat langkah kakinya. Ia ingin menemui seseorang yang akhir-akhir ini menjadi perhatiannya, Arion. Lelaki yang tanpa aba-aba datang dalam hidupnya dan hingga kini masih menjalin hubungan baik dengannya. Banyak sekali hal-hal yang ia pelajari dari lelaki itu, dan itu sedikit menarik di mata Aretha.

Gadis itu menjelajahi suasana sekolah yang ramai dengan siswa yang keluar-masuk gerbang. Seharian sudah ia habiskan tanpa bertemu dengan sosok bernama Arion. Matanya sibuk mencari seseorang dengan tubuh semampai pemilik aura hitam legam.

"DOR!"

Aretha membulatkan netranya sebelum membalikkan badan. Tubuhnya sedikit meloncat karena terperangah. Dilihatnya sosok Aslan bersama motor ninja kesayangannya yang Aretha yakini harganya sangat fantastis.

"Nyariin siapa?" Lelaki itu segera melepas helm yang melekat dikepalanya agar lebih mudah untuk berbicara.

"Arion masuk Lan? Gue nggak lihat dia dari tadi."

Sontak Aslan pun menampilkan wajahnya yang terlihat sangat mengesalkan. Ia membuka mulutnya lebar dan menutupnya dengan tangan kirinya. "Lo sama Arion beneran gitu?" Lelaki itu kemudian menautkan kedua tangannya mengejek.

Aretha menatapnya datar. Sungguh, jika bisa ia akan segera menampol lelaki di hadapannya ini. "Gila!" Namun Aretha lebih memilih membalasnya secara verbal karena tenaganya yang sudah diambang batas karena pembelajaran di hari Senin begitu mengesalkan.

Aslan meringis pelan. "Arion nggak masuk, sakit katanya."

Terlihat raut wajah khawatir yang terpampang jelas pada wajah Aretha.

Ah, sepertinya Aslan mulai tahu hubungan keduanya. "Jadi lo beneran pacaran sama dia?"

Aretha segera melayangkan tangan kirinya dan mendengus kesal. "ASLAN!"

"Akh," Lelaki berambut klimis itu refleks memegangi lengannya yang terasa panas akibat pukulan Aretha. "Gue cuma tanya Reth,"

"Tapi pertanyaan lo bodoh." Aretha memalingkan wajahnya.

"Ya sorry deh, perlu boncengan nggak? Gue nggak yakin lo tahu alamat rumahnya."

Aretha kembali menatap wajah milik Aslan, kedua matanya kini berbinar. Sahabatnya itu tahu apa yang ada di pikirannya. Thanks God, setidaknya ada sedikit kewarasan dari sahabatnya itu. "MAU!"

***

Kini Aretha sampai pada perumahan yang cukup mewah. Bukan cukup, tapi sangat mewah. Terdapat patung-patung kuda putih yang terpajang di bagian depan. Pun tercetak nama dari perumahan ini yang begitu besar dan terlihat mewah.

Eternity;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang