6; Pembenci Laut

229 214 33
                                    

Happy Reading All 🤍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading All 🤍

"Makasih udah nganterin kita, mmm, maksudnya Arsa." Aretha menundukkan badannya dengan sopan.

"Lo tahu kan kalau gue terpaksa?"

"Iya, makasih karena udah mau nurutin kemauannya Arsa buat nganterin dia." Aretha tersenyum penuh paksa.

Setelah mengantar Arsa menuju rumah Aretha untuk beristirahat, keduanya kini kembali pada halte bus. Beberapa menit lalu Arsa bersikeras menyeret Arion ikut bersamanya dan keadaan yang sudah malam membuat Aretha memutuskan untuk membawa Arsa tinggal di rumahnya semalaman. Dan untuk masalah bagaimana bocah kecil itu berangkat sekolah besok, Aretha dapat mengunjungi panti subuh-subuh untuk mengambil seragam milik Arsa.

"Ternyata bener ya lo miskin," Ucap Arion tanpa dosa setelah melihat bangunan rumah Aretha yang pada dasarnya memang sederhana.

"Iya, lo bener. Gue miskin, gue nggak punya Ibu, gue nggak punya Ayah, gue mantan anak panti, gue sebatang kara yang kerjaannya cuma ngerepotin Meysha, Aslan, Finn sama Ali." Napas Aretha menderu setelah menjelaskan panjang lebar bak sedang melakukan rap. Ia tidak marah, ia hanya kesal.

Arion yang mendengarnya hanya mengedipkan matanya beberapa kali, takjub. Bagaimana perempuan gila di hadapannya ini dapat memiliki kemampuan rap yang luar biasa?

"Jadi sekarang lo bisa pulang ke mansion lantai 100 lo itu." Aretha tersenyum ke arah Arion, lantas membalikkan tubuhnya sebelum teringat bahwa ia harus mengklarifikasi sesuatu. "Ah, masalah yang diucapin Arsa tadi, itu, anu," gadis itu menggaruk tekuknya yang tidak gatal, ia bingung harus berkata apa namun otaknya menyuruhnya untuk berkata sesuatu. "Gue bukannya suka sama lo, tapi, itu, gue cuma..."

Lelaki yang saat ini mengenakan hoodie hitam dan duduk pada bangku halte itu hanya terdiam tanpa ekspresi, menunggu Aretha yang sejak tadi berkata anu-itu-anu-itu. "Cuma?"

"...cuma, ih harusnya lo diem dulu, biarin gue ngerangkai kata-kata sendiri!"

Semprotan dari Aretha berhasil membuat Arion kembali takjub. Wah, perempuan ini benar-benar gila.

"Ah udahlah, lupain aja. Intinya tipe gue bukan yang tanpa ekspresi kayak lo, tapi gue juga nggak akan berhenti nyapa dan nelpon lo." Setelah menampilkan wajah garangnya, Aretha segera menggantinya dengan senyuman indah. "Dah! Lo bisa pulang sekarang!" Perempuan itu segera melangkah, namun berbalik arah dengan tempat tinggalnya.

Menyadari hal tersebut, Arion segera membuka mulutnya. Biasanya ia sama sekali tak ingin tahu dengan urusan orang lain, namun kali ini dirinya seakan menyuruhnya untuk bertanya.

"Rumah lo ada di sana," Arion menunjuk arah rumah milik Aretha.

Yang menjadi lawan bicaranya itu berbalik dan mengangguk, sudah pasti ia mengetahuinya. "Gue punya tujuan lain malam ini."

Eternity;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang