28; Kita adalah Duka

12 8 0
                                    

Happy Reading All!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading All!

"Gimana euy? Bisa ndak?" lelaki berkulit sawo matang yang berasal dari Bandung itu tampak menghampiri Aretha yang kesulitan memasang jendela kayu menggunakan bor.

"Bisa, harus bisa!" Tanpa memalingkan wajahnya, Aretha berteriak. Tumpukan debu terlihat menghiasi kedua tangannya yang berlapis sarung tangan sampai lengan dan wajahnya pun terlihat kusam oleh debu. Lengan jumpsuit-nya ia tekuk guna mempermudah gerakan tangannya, kacamata savety pun terpasang agar melindungi kedua matanya. Jika dilihat-lihat, penampilannya kini lebih seperti panitia bedah rumah. "Tolong ambilin bautnya aja Bay," gadis itu menunjuk pada banyak baut yang bercecer di dekat kakinya, kedua tangannya yang masih sibuk memegang bor menyulitkan dirinya untuk mengambil benda kecil tersebut.

Lelaki Bandung yang dipanggil Bayu itu segera menuruti permintaan Aretha. Dengan cepat ia segera mengambil beberapa baut untuk kemudian ia berikan kepada Aretha. "Nih, kalau butuh apa-apa bilang."

"Pasti bro," Aretha mengelap keringat yang kerap mengalir dari pelipisnya, sedangkan pandangan matanya masih fokus pada jendela kayu yang cukup berat.

"Kalau dipikir-pikir kamu kuat pisan, dari tadi belum istirahat."

"Lagi semangat-semangatnya ini." Gadis dengan rambut yang ia cepol itu terkekeh pelan.

Hari ini adalah hari Minggu dan sekolah memang diliburkan, maka dari itu hari ini dimanfaatkan para peserta relawan untuk memperbaiki sarana dan prasarana sekolah. Sejak 4 jam yang lalu para anggota divisi pendidikan pun sudah bekerja sama membersihkan, memperbaiki, mengecat, menghias serta membeli beberapa perabotan baru guna menunjang proses pembelajaran pada esok hari. Dan saat ini, dalam salah satu kelas yang sebelumnya terlihat kumuh, terdapat 5 orang dengan tugasnya masing-masing yang akan menyulap kelas ini menjadi lebih baik dan layak untuk disebut sebagai kelas. Aretha dengan bor kesayangannya, Bayu dan Jolie yang sibuk mengecat tembok, Diva yang mengecat dan membersihkan meja agar bebas dari coretan-coretan pulpen, serta Andre yang sibuk mengangkat perabotan seperti meja, kursi dan lemari untuk dikeluar-masukkan. Hal-hal seperti ini memang memerlukan tenaga lebih dan Aretha justru semakin semangat. Sejak tadi ia sudah memegang bor, berusaha memperbaiki meja, kursi serta jendela yang tampak rapuh dan lepas dari penyangganya.

"Gue bener-bener nggak nyangka divisi pendidikan juga bakal nguli." Diva yang masih berada di ruangan yang sama tampak mengeluh. Sedari tadi ia sibuk mengecat ulang perabotan seperti meja dan kursi yang penuh coretan. Kedua tangannya pun tampak kotor dengan cat berwarna coklat.

"Semua divisi nguli kali Div," Bayu menimpali.

"Lo jangan banyak omong Bay, sini bantuin gue kalau gabut, masih banyak meja yang harus dicat ini mah."

"Siap-siap." Bayu segera beranjak pergi ketika tugasnya untuk menolong Aretha terselesaikan.

"Siap gimana? Tugas lo ngecat tembok belum selesai ya," Jolie ikut mengomel. Kedua tangannya sibuk mengecat tembok kelas menjadi warna krem sehingga menimbulkan kesan yang lebih rapi.

Eternity;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang