20; Rintik Hujan yang Menyakitkan

36 27 6
                                    

Setengah dari part ini menceritakan sesi wawancara Aretha, so mungkin beberapa dari kalian akan merasa sedikit bosan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setengah dari part ini menceritakan sesi wawancara Aretha, so mungkin beberapa dari kalian akan merasa sedikit bosan

That's why khusus minggu ini aku akan up 3 chapter!

Happy Reading All!

Sore segera berganti malam. Matahari yang sebelumnya menyinari dengan terik kini menghilang, digantikan dengan bulan yang bersinar ditemani bintang-bintang. Hujan rintik pun turut menyertai. Aroma khas dari hujan segera menyeruak dalam penciuman milik Aretha.

Gadis dengan balutan kaos rumahan dan celana training itu membuka jendela dalam kamarnya dengan semangat. Malam ini terasa berbeda, tak seperti biasanya, kini ia merasa penuh semangat meski baru saja pulang dari shift malamnya. Aretha duduk pada kursi belajarnya yang menghadap jendela. Ia menghembuskan napasnya dengan sebuah paper bag pemberian Arion di atas meja.

Apa ini?

Apakah lelaki itu akan memberinya sesuatu seperti saat ia melihat drama-drama dalam TV? Sebuah cincin? Atau gelang mungkin? Tentu tidak bukan?

Satu tetes air hujan mengenai sudut jendela kamarnya sehingga suara ketukan segera terdengar. Aretha tersentak dari lamunannya, lantas kedua tangannya segera meraih paper bag tersebut, membukanya dengan perlahan.

Dalam genggamannya kini terdapat sebuah kotak berukuran kecil. Kotak berwarna coklat jati yang tampak tua. Di setiap sisi terdapat ukiran yang didesain sedemikian rupa. Satu alis Aretha terangkat, ia bingung. Gadis itu masih bertanya-tanya benda apakah ini. Lantas ia segera membukanya. Barulah saat itu ia tahu bahwa benda ini merupakan sebuah kotak musik. Di dalamnya terdapat siluet seorang wanita yang cantik.

Aretha mengulum senyum tipis. Ia sedikit tersipu dengan barang pemberian Arion walau jauh dari perkiraannya. Satu jemarinya pun segera menekan tombol pada bagian tengahnya. Dan pada saat yang sama suatu bayangan dalam pikirannya seakan mendatanginya secara bertubi-tubi.

Kotak ini,

Lagu ini,

Suasana ini,

...dan perasaan ini.

Lagi, ia seakan tengah bermimpi. Seakan tengah diseret oleh sesuatu sehingga ia dipaksa melihat bayangan-bayangan aneh tersebut. Entahlah, ia tak yakin. Apa benar ini hanya bayangan atau... ingatan?

"Akhhh...,"

Gadis itu memegangi kepalanya yang terasa berat. Namun tetap, bayangan itu kembali muncul dan semuanya terasa menyakitkan. Dadanya terasa sesak, ia kesulitan bernapas. Kerongkongannya tercekat, tiba-tiba ia merasa haus. Kedua kakinya segera berlari mencari air. Dengan lunglai dan tanpa tahu arah ia terus mencari air. Kepalanya kian terasa berat, seluruh tubuhnya terasa sakit. Kemudian, hal yang selalu Aretha benci seumur hidupnya, pendengarannya mulai mendengar suara mendesis. Lantas, berubah menjadi suara melengking yang begitu menyeramkan.

Eternity;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang